43 Tahun Pentas Tanpa Berhenti, Vakum Akibat Pandemi, Ramayana Ballet Purawisata Hidup Lagi

43 Tahun Pentas Tanpa Berhenti, Vakum Akibat Pandemi, Ramayana Ballet Purawisata Hidup Lagi

KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA – Ramayana Ballet Purawisata layak dicatat sebagai legenda. Selama 43 tahun event tersebut dipentaskan setiap malam tanpa berhenti. Bagi Yogyakarta sebagai Kota Pariwisata dan Kota Budaya, inilah pergelaran seni pertunjukan yang sangat layak dibanggakan.

Sempat vakum kurang lebih dua tahun akibat pandemi, Ramayana Ballet Purawisata kini hidup lagi. Rabu (23/3/2022) sepertinya menjadi malam istimewa bagi pengunjung, sekaligus menandai dipentaskannya kembali pergelaran sendratrari yang digemari wisatawan terutama turis mancanegara.

Sembari memainkan smartphone merekam adegan demi adegan, pengunjung terlihat menikmati pergelaran yang berlangsung di Purawisata Amphitheater. Perangkat sound system yang jernih dipadu permainan tata lampu menjadikan pergelaran malam itu memikat, meski hujan turun lebat.

 “Kita mencoba mengembalikan Ramayana Ballet Purawisata pentas setiap malam. Pentas reguler kami selengggarakan hari Kamis, Jumat, Sabtu dan Minggu,” ungkap Dr dr Ulla Nuchawaty MM,  Komisaris PT Ganesha Dwipayana Bhakti, kepada wartawan di sela-sela acara.

Didampingi Direktur Utama PT Ganesha Dwipayana Bhakti, Rahimsyah Taufik serta Kusworo selaku Wakil Direktur Bidang Pengembangan, lebih jauh dokter Ulla menjelaskan pihaknya sudah membulatkan tekat disertai harapan mendalam mengelola tempat wisata yang menjadi salah satu ikon Yogyakarta itu.

Disampaikan, manajemen PT Ganesha Dwipaya Bhakti yang mengelola Kawasan Mandira Baruga seluas 2,46 hektar di Kawasan Premium Yogyakarta tepatnya Jalan Brigjend Katamso - Ireda, Keparakan Mergangsan, saat ini sedang melaksanakan proses transformasi.

“Bertransformasi lebih baik adalah tekat kami untuk terus melestarikan budaya dan seni karya anak bangsa. Menjadikan Purawisata Amphitheater Jogja sebagai tempat berkiprah para seniman Indonesia adalah wujud upaya serius kami untuk merealisasikannya,” kata dokter Ulla.

Saat ini sudah terbentuk tim yang solid sedang melakukan sebuah proses transformasi untuk Kawasan Mandira Baruga. Yang pasti, terjadi perubahan konsep pelayanan dan pemasaran semua produk premium meliputi Hotel Tasneem, Etnik Kafe, Gazebo Resto maupun Purawisata Amphitheater.

Khusus Purawisata Amphitheater yang saat ini dilakukan peluncuran kembali, mengalami proses perubahan sangat signifikan dengan hadirnya lukisan mural tiga dimensi menampilkan beberapa episode adegan cerita Ramayana Ballet Purawisata.

Tampil dengan formal lukisan besar memenuhi dinding depan utama, tercipta sebuah pemandangan baru yang dramatis di Kawasan Mandiri Baruga.

Pada dinding depan sebelah kiri terlihat tokoh Hanoman, kera putih sakti ikon Ramayana Ballet Purawisata itu terlihat garang seperti memecah dinding istana Alengka. “Tampilan lukisan mural tiga dimensi ini menjadi spot sangat menarik untuk foto selfie,” ujarnya.

Pada sisi kanan, tokoh Rama dan Sinta terlihat tampil dengan kegagahan dan kerupawanannya. Rama, atas permintaan Sinta,  seakan berpose tengah memanah kijang kencana dalam lakon sandratari Ramayana Ballet Purawisata.

Lukisan tiga dimensi ini sangat menarik dengan ujung mata panah yang keluar dari frame dapat menampilkan adagen seseorang terpanah dengan panah Rama, apabila pengunjung berdiri persis di depan anak panah dalam spot selfie yang dilakukannya.

Tak hanya itu, pada dinding atas pintu masuk terlihat deretan tokoh utama Ramayana Ballet Purawisata. Berpadu menjadi satu. Dari kelompok Rahwana dan Kelompok Rama.

Menurut dokter Ulla, inilah sebuah pesan moral bahwa mereka hanya berbeda dalam drama tari, tidak dalam realita sesungguhnya. Sebuah penggambaran untuk kehidupan sesungguhnya.

Lukisan mural tiga dimensi Purawisata Amphitheater menjadi spot foto yang menarik. (sholihul hadi/koranbernas.id)

Berikutnya, pada sisi kiri terlihat dinding besar tinggi yang dilukis dengan tema Hanoman Obong. Terjadinya peperangan dahsyat antara pasukan Rama didukung pasukan Hanoman bertempur dengan pasukan Raksasa di Kerajaan Alengka, di mana Rahwana berkuasa.

Peperangan ini dipicu Rahwana menculik Sinta. Rama dan pasukannya hadir untuk membebaskan Sinta. Ekspresi seni mural tiga dimensi tersebut menjadikan spot ini tempat yang paling pas untuk foto grup atau selfie, bila berkunjung ke Purawisata Amphitheater.

Masih ada lagi, saat memasuki bagian dalam Purawisata Amphitheater, terlihat sebuah pemandangan luar biasa seperti memasuki kerajaan Alengka, harus melewati jurang dan laut luas. Pemandangan itu terekspresi nyata pada lantai jalan utama menuju panggung.

Pada sisi kanan, pasukan Hanoman terdiri dari kera sudah ditunggu oleh pasukan Raksasa di sisi kiri, sementara sudut pandangan depan terlihat Rama sedang bertempur dengan Rahwana. Panah saktinya mengarah ke Rahwana.

Aliran air seolah mengalir dari dua sisi tangga kiri dan kanan arah masuk ke panggung Purawisata Amphitheater. Sebuah ekspresi yang menarik.

“Itulah perubahan yang tengah terjadi di Purawisata Amphitheater. Diharapkan semua ini berdampak pada perkembangan seni dan budaya di Yogyakarta,” ucap dokter Ulla.

Kusworo menambahkan, selain produk edukasi yang saat ini sudah berjalan, sejumlah produk baru juga sedang dipersiapkan. Dijadwalkan, sekitar sepekan hari usai Lebaran Idul Fitri tahun ini, produk-produk baru tersebut secara bertahap bisa dinikmati pengunjung.

Sebut saja di antaranya stand up comedy, kethoprak humor atau tembang kenangan, jazz, Koes Plus-an dan lainnya. Tak hanya itu, dipersiapkan pula program nonton bareng atau nonbar event-event olahraga misalnya sepak bola atau balap formula. Praktis kawasan itu hidup 24 jam. “Mudah-mudahan dalam waktu dekat terealisasi. Kawasan Mandira Baruga bisa untuk kegiatan apa saja,” jelasnya. (*)