Gunungan Sampah Dikeruk, TPST Piyungan Terus Ditata

Gunungan Sampah Dikeruk, TPST Piyungan Terus Ditata

KORANBERNAS.ID,BANTUL -- Komisi C DPRD DIY melakukan monitoring ke Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Piyungan Dusun Banyakan Desa Sitimulyo Bantul, Kamis (10/9/2020). 

Rombongan yang dipimpin Wakil Ketua Komisi C Gimmy Rusdin Sinaga itu selain mendengar penjelasan mengenai penataan kawasan seluas 12,5 hektar tersebut, juga melihat langsung pembangunan yang berjalan.

Terlihat di lokasi, sampah yang sebelumnya berserakan dan bergunung-gunung dikeruk sehingga lebih bersih dan rapi. Tepi-tepi dermaga sampah dibuat bronjong yang kuat secara berkeliling setinggi enam meter.

Fauzan Umar selaku Kepala Balai Pengelolaan Sampah TPST Piyungan Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) DIY mengatakan TPST Piyungan sudah overload untuk menampung sampah dari Kota Yogyakarta, Sleman dan Bantul. “TPST harus ditata lagi, karena keberadaannya masih sangat dibutuhkan masyarakat,” katanya.

Bintoro selaku konsultan pengawas mengatakan proyek penataan kawasan TPST sudah berjalan 70 hari kalender dari target waktu yang ditentukan 180 hari. “Secara keseluruhan pembangunan telah berjalan 30 persen dengan target sisa waktu 110 hari kalender, kami optimistis bisa selesai sesuai tenggat waktu,” jelasnya.

Bronjong talud, lanjut Bintoro, pembangunannya sudah berjalan 98 persen. Bronjong dudukan lindi (air limbah sampah, red) sudah berjalan 40 persen, pekerjaan pancang di blok A selesai dan sekarang dilanjutkan blok B. Dari 48 titik, sudah ada 15 titik yang dikerjakan.

“Jadi untuk pelaksanaan, secara perhitungan teknis tidak ada kendala, akan selesai sesuai target waktu,” katanya.

Gimmy Rusdin Sinaga mengatakan dewan banyak menerima laporan dari masyarakat kaitannya dengan kondisi TPST Piyungan. Misalnya lindi meresap hingga permukiman, pengelolaan kurang optimal, jalan rusak maupun minimnya fasilitas penerangan jalan atau LPJU.

“Alhamdulillah kami lihat sudah ada talud tapi kami juga minta kualitas pembangunan dijaga dan sesuai standar,” katanya.

Staf Desa Sitimulyo, Lilik Purwoko, mengatakan selama ini warga mengeluhkan air lindi merembes ke permukiman hingga lahan sawah di sekitarnya. “Bahkan mulai tahun 2017 banyak yang gagal panen,” katanya. (*)