Zaman Berubah, Tapak Suci Merekonstruksi Kurikulumnya

Zaman Berubah, Tapak Suci Merekonstruksi Kurikulumnya
Ketua Umum Pimpinan Pusat Perguruan Seni Beladiri Tapak Suci Putera Muhammadiyah, Afnan Hadikusumo, membuka Sarasehan Pendekar. (istimewa)

KORANBERNAS.ID, SLEMAN – Sebagai upaya menyesuaikan perkembangan, tantangan serta perubahan zaman pada era globalisasi, jajaran pimpinan Perguruan Seni Beladiri Tapak Suci (PPTS) Putera Muhammadiyah, merasa perlu untuk merekonstruksi kurikulumnya.

Pembahasan perubahan kurikulum tersebut dilaksanakan pada acara Sarasehan Pendekar yang berlangsung dua hari, Sabtu dan Minggu (8-9/7/2023), di  Balai Penjaminan Mutu Pendidikan (BPMP) DIY Kalasan Sleman.

Ketua Umum Pimpinan Pusat Perguruan Seni Beladiri Tapak Suci Putera Muhammadiyah, Drs HM Afnan Hadikusumo, menyatakan perubahan kurikulum merupakan pilihan yang sangat strategis.

“Setiap gerak dan langkah keilmuan dituntut untuk, pertama, mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kedua, harus ada penyamaan persepsi keilmuan. Ketiga, harus ada standardisasi kurikulum sesuai jenjang dan ketingkatan serta usia,” ujarnya saat menyampaikan sambutannya.

Peserta Sarasehan Pendekar Tapak Suci Putera Muhammadiyah. (istimewa)

Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI Daerah Pemilihan (Dapil) DIY yang telah menyandang Pendekar Utama ini menyatakan, Pimpinan Pusat Tapak Suci memandang perlu melakukan rekonstruksi kurikulum untuk menjawab problematika di lapangan.

Cucu dari pahlawan nasional Ki Bagoes Hadikoesoema ini mengakui masih ditemukan ketidakseragaman materi jurus-jurus Tapak Suci yang diajarkan antara satu tempat dengan tempat yang lainnya. Ini disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan kemampuan pelatih.

Dia berharap dengan dilakukannya rekonstruksi kurikulum, akan membantu memudahkan para pelatih melakukan proses transfer keilmuan bagi para siswa maupun kader Tapak Suci pada masa mendatang.

Seperti diketahui, Perguruan Seni Beladiri Tapak Suci Putera Muhammadiyah didirikan pada 31 Juli 1963 bertepatan 10 Rabiul Awal 1383 H di Kauman Yogyakarta. Sebelumnya perguruan tersebut dikelola dalam bentuk padepokan yang kental dengan senioritas.

Penyampaian materi Sarasehan Pendekar Tapak Suci Putera Muhammadiyah. (istimewa)

Sejak tahun 1963 itulah para pendiri memutuskan mengelola Tapak Suci menggunakan sistem pengelolaan organisasi modern yang dipimpin oleh seorang ketua umum. Selanjutnya Tapak Suci ditetapkan sebagai organisasi otonom di bawah naungan Persyarikatan Muhammadiyah.

Lebih lanjut Afnan menyampaikan, sebagai sebuah perguruan seni beladiri yang bercorak modern, Tapak Suci kemudian mengembangkan metode pembelajarannya menjadi lebih sitematis, metodis dan dinamis.

Hal ini dianggap penting mengingat belajar adalah proses memperoleh pengetahuan dan proses mentransmisikannya kepada orang lain. Kedua proses tersebut harus saling terkait, dan penting bagi pembelajar untuk belajar dan memperoleh pengetahuan yang mereka butuhkan agar mereka menjadi anggota yang efektif dan sukses.

Afnan menambahkan, di dunia pendidikan, kurikulum membantu untuk menyusun proses memperoleh pengetahuan dan mengajarkan pembelajar bagaimana memperolehnya dan mengapa.

Kurikulum yang akurat memastikan bahwa pembelajar menerima pelajaran yang tepat yang mereka butuhkan untuk mempelajari apa yang harus mereka ketahui.

“Inilah sebabnya mengapa pengajaran jurus dasar, misalnya, tidak selalu sesuai dengan kemampuan gerakan setiap pembelajar. Demikian pula, pengajaran kuda-kuda, rangkaian jurus dan mata pelajaran lainnya yang membutuhkan fleksibilitas. Kurikulum harus memungkinkan minat dan kemampuan pembelajar saling bercampur, sehingga pelajaran dapat dipahami dan dipelajari,” jelasnya.

Pentingnya peran kurikulum yang tepat dalam proses pembelajaran, lanjut dia, merupakan sebuah kenyataan. Artinya, ketika kurikulum dikembangkan dengan baik maka bisa digunakan untuk memastikan bahwa pembelajar dapat mempelajari transformasi keilmuan yang mereka butuhkan. Dengan begitu, proses belajar berlangsung secara benar dan tepat.

“Ketika pelatih menggunakan kurikulum secara efektif, pembelajar lebih mungkin untuk menyimpan informasi yang mereka terima secara efektif,” ujarnya.

Di tempat yang sama,  Ketua Majlis Guru PPTS, Drs H Hisbullah Rahman PBr menyampaikan keilmuan Tapak Suci bersifat metodis-dinamis sehingga pada perkembangannya akan terjadi penyempurnaan-penyempurnaan.

Disebutkan, selama ini keilmuan Tapak Suci dibagi tiga tingkatan yaitu pendasaran, pendalaman dan pengembangan. “Dalam rangka pengembangan itu maka Majlis Guru menyelenggarakan Sarasehan Pendekar pada saat ini,” ungkapnya.

Menurut Hisbullah, perkembangan keilmuan Tapak Suci perlu pemurnian supaya ke depan akan menghasilkan kader dan atlet yang bisa lebih membanggakan lagi bagi perguruan maupun bangsa Indonesia pada kancah olahraga silat regional maupun internasional.

Sekretaris PPTS yang juga Panitia Sarasehan, Ari, menjelaskan sarasehan kali ini diikuti peserta 25 pimpinan wilayah (pimwil). Masing-masing pimwil mengirimkan empat orang pendekar dengan ketingkatan minimal Pendekar Kepala.

Salah seorang Pendekar Muda, Ir Ahmad Syauqi Soeratno MM, juga memberikan apresiasi atas diselenggarakannya Sarasehan Pendekar. Harapannya, melalui kegiatan ini aspek keilmuan dan kurikulum kepelatihan dapat dipersiapkan lebih bagus.

“Karena sejak awal Tapak Suci merupakan bagaian dari Persyarikatan Muhammadiyah, maka sangat konsens terhadap hal-hal yang mengedepankan iman, akhlak dan ilmu,” ujarnya.

Syauqi yang juga bakal calon anggota DPD RI Dapil DIY dari Muhammadiyah untuk menggantikan Afnan Hadikusumo itu menilai, Sarasehan Pendekar adalah forum yang tepat untuk memastikan keberlanjutan peran Tapak Suci di internal Muhammadiyah maupun masyarakat, agar dapat terus berjalan sesuai dengan misi Persyarikatan Muhammadiyah.

Pendekar Utama, Dr Roni Syaifullah MPd selaku Wakil Ketua II PPTS juga merespons positif diselengarakannya Sarasehan Pendekar Tapak Suci. Kegiatan ini sejalan dengan organisasi yang secara keilmuan terus melakukan up date dan up grade, termasuk kurikulumnya.

Dia sepakat, dengan adanya tantangan globalisasi mau tak mau seni beladiri Tapak Suci perlu melakukan inovasi. “Misalnya dari sisi gerak, bagaimana pendekatan teknologi informasi kita desain sehingga tayangan yang dihadirkan akan menjadi inspiratif dan menarik untuk anggota-anggota di daerah,” jelasnya.

Salah satu inovasi saat ini, lanjut dia, keilmuan yang dikembangkan dari Majlis Guru terkait dengan adanya pasangan terampil dan rangkaian jurus. “Kita sadar, kurikulum keilmuan perlu ditinjau setiap saat dan disesuaikan dengan perkembangan zaman,” tandasnya. (*)