Yogyakarta Merajut Sejarah Maritim di Banjarmasin lewat Lawatan Nusaraya
Hubungan antara Yogyakarta dan Banjarmasin bukan hanya sejarah, tapi juga masa depan.
KORANBERNAS.ID, BANJARMASIN -- Di tengah arus modernisasi yang kerap kali meminggirkan budaya lokal, Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta membawa angin segar dengan menyelenggarakan Lawatan Nusaraya di Banjarmasin.
Kota yang dikenal dengan sejarah maritimnya ini menjadi pelabuhan keempat. Sebelumnya, kegiatan itu singgah di Palembang, Denpasar dan Semarang.
Mengambil tempat di Wetland Square Banjarmasin pada 18 - 21 September 2024, Lawatan Nusaraya menyuguhkan sebuah pameran terbuka yang melibatkan masyarakat lintas kota.
Dengan semangat merajut persahabatan berbasis budaya, acara ini membangkitkan kembali jalinan sejarah antara Kota Yogyakarta dan Banjarmasin yang telah terbangun selama berabad-abad, melampaui batas-batas geografis dan administrasi.
Banjar Jawa
Menurut Fajar Wijanarko selaku Kurator Lawatan Nusaraya, salah satu inspirasi dari kegiatan ini adalah kisah Banjar Jawa, yang menggambarkan relasi mendalam antara kedua wilayah melalui sejarah kolektif masyarakat Banjar.
"Maritim bukanlah pemisah, melainkan jembatan. Relasi sosial yang tercipta antara Banjar dan Jawa melalui marga-marga ini menjadi bukti kuat bahwa kebudayaan mampu merajut kita, melintasi lautan dan waktu," ujarnya melalui keterangan tertulis, Minggu (22/9/2024).
Kepala Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta Yetti Martanti menambahkan, Lawatan Nusaraya sebagai respon atas kegelisahan yang tumbuh di masyarakat terkait budaya yang semakin terpinggirkan.
Melalui pendekatan budaya lokal, Yogyakarta menawarkan ruang refleksi yang mengajak masyarakat melihat kembali kekayaan tradisi mereka, sembari memperkuat semangat Bhinneka Tunggal Ika di tengah derasnya perubahan.
Masa depan
"Hubungan antara Yogyakarta dan Banjarmasin bukan hanya sejarah, tapi juga masa depan. Dengan Lawatan Nusaraya, kami membawa pesan bahwa budaya adalah elemen pemersatu, sekaligus kekuatan yang mampu menjalin hubungan lintas wilayah dan lintas waktu," kata dia.
Menariknya, kehadiran Yogyakarta di Banjarmasin bukan hanya untuk memperkenalkan kekayaan budaya lokal, tetapi juga sebagai awal dari persiapan untuk perhelatan Jaringan Kota Pusaka Indonesia 2025, di mana Kota Yogyakarta akan menjadi tuan rumah.
Di Yogyakarta, lanjut dia, 60 persen tata kotanya merupakan Kawasan Cagar Budaya (KCB) yang terus dilestarikan dengan kolaborasi antara pemerintah dan masyarakat.
"Yogyakarta ingin menunjukkan bahwa pelestarian warisan budaya tidak hanya soal menjaga bangunan bersejarah, tetapi juga menghidupi nilai-nilai leluhur melalui kolaborasi yang holistik," tambah Yetti.
Tokoh kebudayaan
Acara tersebut dibuka secara resmi oleh Yetti Martanti bersama sejumlah tokoh kebudayaan lainnya seperti Wing Wiyarso Poespojoedho dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang, Kepala Bidang SDM Kebudayaan Dinas Kebudayaan Kota Palembang dan Zulfaisal Putera, Kepala Bidang Ketahanan Ekonomi, Sosial, Budaya, Agama dan Ormas Badan Kesbangpol Kota Banjarmasin.
Lawatan Nusaraya telah melayari tiga kota besar sebelumnya yaitu Palembang, Denpasar dan Semarang dan kali ini Banjarmasin menjadi persinggahan terakhir rangkaian tur budaya ini.
Dengan memanfaatkan ruang terbuka, acara ini tidak hanya menyajikan pameran budaya tetapi juga membuka dialog tentang bagaimana kota-kota di Indonesia bisa bekerja sama merawat warisan budaya mereka.
Di balik pameran tersebut, tersimpan harapan bahwa kegiatan ini mampu menjadi motor penggerak membangun jaringan kerja sama antar kota pusaka di Indonesia. Dengan berkolaborasi, kota-kota di Indonesia dapat bersatu dalam keberagaman, menjaga dan merayakan identitas mereka sebagai bagian dari satu kesatuan bangsa. (*)