Yogyakarta Gamelan Festival 2024 Digelar 5-11 Agustus, Gratis

Keikutsertaan seniman gamelan dari Kanada dan Prancis menjadi sorotan utama.

Yogyakarta Gamelan Festival 2024 Digelar 5-11 Agustus, Gratis
Pemotongan tumpeng oleh Program Director Yogyakarta Gamelan Festival diberikan ke perwakilan pengisi rangkaian YGF 2024 seusai konferensi pers. (muhammad zukhronnee muslim/koranbernas.id)

KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA – Yogyakarta Gamelan Festival (YGF) akhirnya kembali digelar untuk yang ke-29 kalinya pada 5-11 Agustus 2024. Festival yang telah menjadi ikon budaya Yogyakarta ini mengusung tema Piweling dan menghadirkan kolaborasi internasional, menandai kebangkitan seni tradisional Indonesia di kancah global sekaligus membuka babak baru dalam pelestarian dan pengembangan gamelan.

Ari Wulu selaku Program Director YGF 2024, dalam konferensi pers Senin (29/7/2024) menegaskan pemilihan tema Piweling bukan tanpa alasan.

"Ini bukan sekadar festival musik, tapi jembatan antara masa lalu dan masa depan. Melalui Piweling, kami ingin mengajak masyarakat untuk kembali terhubung dengan akar budaya, menumbuhkan rasa syukur, kebersamaan dan pertumbuhan," ujarnya.

Highlight festival adalah konser gamelan Piweling yang akan digelar selama tiga hari berturut-turut, 8-10 Agustus di Plaza Pasar Ngasem. Konser ini akan menampilkan pertunjukan dari berbagai kategori, termasuk gamelan anak-anak, kreasi baru, dan kolaborasi internasional.

Instrumen kuno

"Kami ingin menunjukkan bahwa gamelan bukan hanya instrumen kuno, tapi juga bisa adaptif dan relevan di era modern," tambahnya.

Keikutsertaan seniman gamelan dari Kanada dan Prancis menjadi sorotan utama, menunjukkan daya tarik gamelan yang melampaui batas negara. Kolaborasi ini diharapkan dapat membuka wawasan baru bagi para pegiat gamelan lokal dan memperkenalkan gamelan Indonesia ke panggung internasional yang lebih luas.

"Ini membuktikan bahwa gamelan bukan hanya milik Indonesia, tapi telah menjadi bagian dari warisan budaya dunia," Wulu menekankan.

Festival ini juga menghadirkan serangkaian acara edukatif. Lokakarya Metode Sariswara Ki Hadjar Dewantara akan berlangsung 5-7 Agustus di Pendopo Gayam 16, dengan pemateri Listyo Hari Krisnarjo dari Lab Sari Swara dan Taman Kesenian. Lokakarya dirancang khusus untuk pemula, menggunakan metode Sari Swara untuk mengajarkan dua gendhing klasik.

Arsip musik

Selain itu, Rembug Budaya Arsip Musik sebagai Warisan pada 6 Agustus di OKID Cafe akan dihadiri pembicara dari American Gamelan Institute dan Lokananta.

"Diskusi ini sangat penting untuk menyadarkan kita akan pentingnya pengelolaan arsip musik sebagai bagian dari pelestarian warisan budaya," jelasnya.

KPH Purbodiningrat, penasihat Jogja Festivals dan YGF, menyambut positif penyelenggaraan ini. "YGF telah menjadi agenda yang dinantikan oleh insan seni dan budaya, baik nasional maupun internasional. Selama 29 tahun, festival ini telah membuktikan diri sebagai wadah kreativitas dan pelestarian budaya yang konsisten," ujarnya.

Yang menarik, seluruh program YGF 2024 terbuka dan gratis untuk umum. Langkah ini diambil untuk memastikan aksesibilitas bagi semua kalangan sekaligus mempromosikan gamelan kepada generasi muda. "Kami ingin gamelan bisa dinikmati oleh semua lapisan masyarakat, tanpa terkecuali," tegasnya.

Persiapan khusus

Danar dari Swara Prana, salah satu kelompok yang akan tampil, mengungkapkan persiapan khusus mereka untuk YGF ke-29 ini. "Kami telah menyiapkan banyak suling bambu buatan sendiri untuk pertunjukan nanti. Ini adalah upaya kami untuk menghadirkan keunikan dalam penampilan kami," ujarnya.

Sedangkan Cak Lis dari Sariswara menyoroti keselarasan tema Piweling dengan metode pembelajaran Ki Hadjar Dewantara. "Metode Sariswara yang akan kami ajarkan dalam lokakarya sangat sejalan dengan semangat 'Piweling'. Ini adalah cara kita menghormati warisan pendidikan dan budaya kita," jelasnya.

Festival akan ditutup dengan spektakuler melalui Gaung Gamelan di Stadion Kridosono pada 11 Agustus, melibatkan ratusan pemain dari 14 Desa Budaya dan berbagai kelompok komunitas. "Ini akan menjadi puncak perayaan gamelan yang belum pernah terjadi sebelumnya di Yogyakarta," kata Ari.

Dengan menggabungkan elemen tradisional dan modern, serta menghadirkan kolaborasi internasional, YGF 2024 diharapkan tidak hanya melestarikan warisan budaya, tetapi juga membuka peluang baru bagi perkembangan gamelan di masa depan. (*)