Workshop Daulat Sastra Jogja Upaya Regenerasi Sastrawan Muda

Workshop Daulat Sastra Jogja Upaya Regenerasi Sastrawan Muda

KORANBERNAS.ID, BANTUL -- Jalan panjang membumikan sastra ke remaja Yogyakarta masih terus ditempuh oleh pegiat sastra Jogja dan Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DIY.

Melalui workshop hari ketiga Temu Karya Sastra, Selasa (21/6/2022), di Sanggar Anak Alam Nitiprayan Bantul, peserta yang rata-rata merupakan remaja pemula ini bertemu pemateri yang piawai dalam hal penulisan cerpen, puisi dan lakon.

Di kelas lakon, sesepuh reriungan teater Fajar Suharno hadir membagikan pengalamannya berkesenian selama beberapa jam.

Menurutnya, peserta remaja yang benar-benar pemula ini merupakan tantangan bagi pegiat sastra. Tidak hanya waktu pelatihan yang diperlukan, namun konsistensi pendampingan usai workshop ini sangat diperlukan.

"Ini masih sangat prematur karena masih SMA, ketika dibuka forum dialog gitu, macet. (Mereka) belum berani untuk mengutarakan ide-ide. Ya nggak apa-apa, sudah bagus. Hanya saja, berarti penyelenggara harus sabar," ujar Suharno saat ditemui usai menjadi pemateri tamu workshop dan Temu Karya Sastra, Daulat Sastra Jogja.

Senada dengan Fajar Suharno, pemateri tamu untuk kelas cerpen Satmoko Budi Santoso mengungkapkan beberapa caranya berbagi ilmu.

"Memotivasi yang pasti, supaya senang menulis. Semua kan pemula, yang penting senang nulis dulu, senang satra, tidak terbebani teori-teori, saya merangsang itu dulu. Saya juga menyampaikan apa yang dikatakan almarhum Arswendo Atmowiloto bahwa menulis itu mudah, itu benar," papar Satmoko.

"Yang saya sampaikan tadi, membuat tulisan yang lekat di hati pembaca, nah itu kan perlu strategi. Tapi yang pertama, menulis itu gampang, jangan dibebani macam-macam dulu," lanjutnya.

Yohanes Adhie Satiyoko selaku pengarah kegiatan Daulat Sastra Jogja menyatakan benar peserta sebenarnya diajak untuk mampu memproses apa yang ada dalam imaji mereka.

Dari imaji ini agar dihadirkan secara estetis di dalam satu ruang yang bisa dinikmati oleh mereka-mereka yang memang suka dengan itu.

"Intinya adalah regenerasi pecinta sastra. Kita mencoba memberikan dasar-dasar yang kuat sehingga nanti mereka ke depan akan mampu mengembangkan sesuai dengan kaidah-kaidah," jelasnya.

Adhi melanjutkan, yang diajarkan di sini sebenarnya kata kunci puisi, cerpen dan naskah lakon itu tidak berbanding lurus dengan ekspresi bahasa.

"Artinya di sini mereka memperoleh rumus-rumus dan pola-pola tentang apa itu genre puisi cerpen, naskah lakon, kemudian cara menulis bagaimana? Kemudian apa kaidah-kaidah untuk apresiasi?" tambahnya.

Setelah mereka memperoleh itu, mereka diharapkan mampu mengekspresikan melalui medium bahasa yang mereka sangat kuasai. “Kita ajarkan dasar-dasar supaya mereka bisa berkembang secara luas," tandasnya. (*)