Wilayah Juwiring Klaten Sering Banjir, Ratusan Relawan Ikuti Pelatihan Siaga Bencana

Wilayah Juwiring Klaten Sering Banjir, Ratusan Relawan Ikuti Pelatihan Siaga Bencana

KORANBERNAS.ID, KLATEN -- Kabupaten Klaten merupakan daerah rawan bencana. Penanganan kebencanaan dipandang perlu, di antaranya melalui pelatihan relawan.

Terkait dengan penanganan kebencanaan, ratusan relawan se-Kecamatan Juwiring Kabupaten Klaten mengikuti pelatihan siaga bencana desa berbasis masyarakat.

Pelatihan bertema Bersama untuk Kemanusiaan kali ini dilaksanakan dua hari berturut-turut sejak Selasa (29/11/2022) hingga Rabu (30/11/2022) di empat lokasi yakni aula Kantor Camat Juwiring, Kantor Desa Pundungan, Islamic Centre Desa Knaiban dan Gedung Garuda Desa Serenan.

Narasumber dalam kegiatan tersebut adalah Palang Merah Indonesia (PMI) Klaten, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Klaten, Dinas Kesehatan Klaten dan ORARI.

Camat Juwiring, Herlambang Jaka Santosa, menjelaskan,  total relawan yang mengikuti pelatihan 285 orang, perwakilan dari 19 desa. Setiap desa mengutus 15 relawan.

"Juwiring merupakan wilayah rawan bencana alam, yang sering terjadi adalah banjir. Sebab ada wilayah yang dilewati Kali Dengkeng," katanya saat ditanya potensi bencana alam di wilayahnya.

Sementara itu, Ketua PMI Klaten Purwanto Anggono Cipto di sela-sela pembukaan pelatihan relawan siaga bencana desa berbasis masyarakat di aula Kantor Camat Juwiring, Selasa (29/11/2022), mengapresiasi semangat dan dedikasi relawan di kecamatan itu.

Ini ditunjukkan saat pandemi Covid-19 yang diawali dengan kegiatan penyemprotan di semua desa di Kecamatan Juwiring. "Waktu itu yang pertama kali melakukan penyemprotan se kecamatan adalah Juwiring. Itu menjadi contoh dan saya apresiasi," ujarnya.

Pada pelatihan tersebut, relawan Juwiring juga melibatkan seluruh elemen masyarakat, bahkan kepala desa pun ikut pelatihan.

Pada pelatihan hari pertama, materi yang diberikan adalah praktik khususnya mengoperasionalkan ambulans dan pertolongan pertama kegawatdaruratan.

Menurut Purwanto, banyak desa yang mempunyai ambulans namun di lapangan tidak sedikit yang belum memahami SOP (Standar Operasional Prosedur) membawa ambulans.

"Kemarin saking semangatnya teman-teman relawan rak ngagas bagaimana cara mengangkat korban. Yang penting diangkat ke mobil terus dibawa ke rumah sakit. Padahal itu semua ada SOP-nya, jangan sampai kita salah mengangkat korban," kata mantan Kepala Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Klaten itu.

Dia berpesan, pelatihan tersebut sebagai ajang belajar bersama dan berbagi pengalaman. Ilmu yang diperoleh jangan sampai digunakan hanya saat ada bencana saja. (*)