Wayang untuk Generasi Milenial

Wayang untuk Generasi Milenial

BEBERAPA waktu yang lalu penulis menyaksikan, video berjudul “Kebangkitan Seni di Era New Normal” di kanal Youtube ISI Yogyakarta. Kebangkitan seni pada era new normal yang merupakan pentas virtual ini dilaksanakan sebagai bagian dari upaya memperingati Dies Natalis ke 27 ISI Yogyakarta.  Pentas ini  merupakan kombinasi pentas karawitan, teater dan wayang sinema.

Dalam pentas virtual ini penulis sangat tertarik dengan pementasan wayang sinema. Pentas wayang kali ini berbeda pada pentas wayang pada umumnya. Pentas wayang sinema menggunakan layar multimedia dan dukungan suara yang berkualitas, sehingga membuat pentas wayang virtual ini sangat menarik. Menyaksikan pentas wayang sinema akan membawa penonton seolah-olah berada pada gedung sinema untuk menonton pentas wayang. Pentas wayang ini juga dilakukan dengan durasi waktu yang tidak terlalu panjang, sehingga berpeluang pesan dalam pementasan dapat diterima oleh penonton atau audiens. Kondisi berbeda dengan pentas wayang yang selama ini ada, yang disajikan dalam durasi waktu yang lama.  Durasi waktu yang pendek dipilih agar pentas tidak memberikan kesan membosankan bagi penonton.

Wayang sinema didisain untuk konsep pertunjukan atau pementasan. Pertunjukan dibuat lebih sederhana dari pentas wayang pada umumnya. Bahasanya menggunakan bahasa Indonesia atau bahasa Jawa yang lebih sederhana, sehingga pesan yang ingin disampaikan lebih mudah diterima penonton. Tema pementasan disesuaikan dengan momentum dan kebutuhan dengan mempertimbangkan faktor kesederhanaan. Tema pentas tidak selalu mengusung tema cerita yang ada pada dunia pewayangan.

Wayang Milenial

Wayang sinema diinisiasi oleh salah satu dosen Program Studi Pendalangan ISI Yogyakarta, Aneng Kiswanto, M.Sn. Wayang sinema dipentaskan pertama kali pada tahun 2014 dan saat ini semakin diterima masyarakat. Pentas wayang sinema dapat disaksikan di kanal Youtube Wayang Sinema Official.

Wayang sinema, melengkapi eksistensi pertunjukan wayang yang selama ini ada. Wayang sinema membangun konsep pentas yang sederhana, komunikatif dan memanfaatkan kemajuan teknologi multimedia. Konsep ini membuat pentas wayang sinema semakin menarik  minat masyarakat untuk menonton.

Konsep ini memungkinkan wayang purwo disukai oleh lintas generasi. Penikmat wayang tidak hanya disukai oleh orang tua atau generasi baby boomer tetapi juga generasi muda atau generasi milenial. Optimalisasi kemajuan teknologi multimedia dan ditambah oleh dengan berbagai animasi membuat wayang ini menarik bagi generasi muda. Menikmati pentas wayang sinema seperti menikmati film di dalam bioskop. Pentas yang juga disajikan melalui Youtube  akan meningkatkan aksesibilitas terhadap pentas wayang sinema karena dapat diakses melalui gengaman tangan. Untuk menyaksikan wayang sinema tidak mengharuskan masyarakat dapat ke tempat pementasan.

Wayang  untuk Pendidikan

Karateristik wayang sinema yang memanfaatkan teknologi multimedia, menggunakan bahasa Indonesia, durasi pentas yang pendek dan mengusung tema kekinian, memberikan peluang untuk memanfaatkan wayang sinema dalam dunia pendidikan. Wayang sinema sering melakukan pementasan di sekolah. Pada tahun 2020 wayang sinema menjadi mitra Dinas Kebudayaan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta untuk mengenalkan sejarah dan nilai-nilai budaya kepada remaja atau generasi muda. Masyarakat dapat menyaksikan pentas wayang sinema dengan nilai-nilai sejarah dan budaya melalui Kanal Youtube Dinas Kebudayaan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

Karakter remaja atau generasi muda saat ini yang lebih menyukai bahasa visual memberikan kesempatan pesan yang disampaikan dalam pementasan wayang dapat diterima oleh penonton. Durasi pentas antara empat puluh menit sampai dengan satu jam juga akan memudahkan remaja atau generasi muda mendapatkan pesan yang disampaikan dalam setiap pementasan wayang sinema. Wayang sinema dapat menjadi alternatif sebagai media pembelajaran.

Dengan konsep wayang sinema diharapkan akan semakin mempopulerkan wayang purwo kepada masyarakat, khususnya generasi. Dari upaya ini diharapkan akan menarik minat generasi muda untuk belajar wayang purwa. Apabila generasi muda mulai tertarik belajar wayang purwo, maka tidak perlu lagi khawatir bahwa wayang purwo akan punah. Banyak generasi muda dan remaja yang berlajar wayang purwo sehingga seni tradisi ini akan terus eksis. **

Heri Abi Burachman Hakim, SIP, MIP.

Pranata Humas ISI Yogyakarta