Waspadai Tawaran Rumah Berharga Murah

Waspadai Tawaran Rumah Berharga Murah

KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA -- Ketua DPD Persatuan Perusahaan Real Estate Indonesia (REI), Rema Adyaksa Pradipta, mengingatkan masyarakat agar berhati-hati sebelum membeli hunian. Rumah yang terlalu murah maupun rumah yang ditawarkan dengan konsep emosional dan spiritual patut dicurigai.

Dia mencontohkan rumah bersubsidi yang harganya dibatasi pemerintah tak boleh lebih dari Rp 150 juta pada 2020. Menurutnya, rumah dengan harga tersebut hanya bisa dibangun di atas tanah seharga Rp 200.000 per meter persegi.

“Padahal mencari tanah dengan harga Rp 200 meter persegi sangat sulit, kalau pun ada tempatnya jauh dan tidak strategis seperti di Ponjong, Wonosari Gunungkidul dan seterusnya. Tempat itu susah diakses dan sistem transportasi publiknya harus diperbaiki," kata Rama pada Seminar Investasi Properti di DIY Masih Menguntungkan dan Aman di Hotel Ibis Style  Yogyakarta, Kamis (30/1/2020).

Harga rumah di DIY, lanjut Rema, secara umum terbagi tiga jenis yakni di bawah Rp 500 juta, antara Rp 500 juta dan Rp 700 juta serta di atas Rp 700 juta.

Hampir sebagian besar konsumen membeli rumah di bawah Rp 500 juta untuk hunian, sebaliknya mayoritas konsumen membeli rumah di atas Rp 700 juta untuk investasi.

"Dalam kondisi demikian, pembeli harus ekstra waspada apabila mendapat tawaran rumah sangat murah.Harus benar-benar dikroscek karena secara alami, harga rumah murah sulit ditemukan," lanjutnya.

Selain harga, konsumen juga harus hati-hati ketika ditawari hunian dengan konsep emosional ataupun spiritual misalnya perumahan syariah.

Menurut Rema, hunian berkonsep emosional dan spiritual bisa digoreng oleh pengembang nakal untuk meraih keuntungan tanpa mempertanggungjawabkan aspek pembangunan yang layak.

"Rasionalitas pembeli bisa dikaburkan oleh konsep emosional dan spiritual. Jadi konsumen harus benar-benar mengecek profil pengembang," tambahnya.

Perumahan yang dinilai paling aman dibangun oleh pengembang tergabung dalam asosiasi. Konsumen juga harus jeli mengecek lokasi dan tata ruang karena bisa jadi tempat dibangunnya perumahan tidak sesuai peruntukan.

Miyono selaku Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia DIY mengatakan, prospek bisnis properti di DIY masih bagus karena daya beli masyarakat masih kuat. “Berdasarkan survei konsumen, indeks keyakinan konsumen di DIY masih tinggi,” kata dia. (sol)