Warga Mejing Gelar Nyadran, Panjatkan Doa dalam Dua Agama

Rangkaian persiapan menyambut Bulan Ramadan.

Warga Mejing Gelar Nyadran, Panjatkan Doa dalam Dua Agama
Warga saling berebut gunungan dalam Nyadran di Mejing.(sariyati wijaya/koranbernas.id)

KORANBERNAS.ID,BANTUL -- Warga pedukuhan Mejing Kalurahan Mulyodadi Kapanewon Bambanglipuro Bantul menggelar acara nyadran di makam setempat,Minggu (25/2/2024) sore. Mengambil tema "Guyub Rukun Paseduluran Saklawase"  semua warga nampak hadir dengan mengenakan baju tradisional Jawa.

Acara ini dihadiri oleh  anggota DPRD Bantul terpilih untuk periode 2024-2029 dari Partai PDI Perjuangan Ani Widayani MIP,Lurah Mulyodadi Ari Sapto Nugroho SH dan ratusan masyarakat Mejing mulai anak-anak hingga orang  tua.

Nyadran merupakan salah satu tradisi yang masih lekat dalam kehidupan masyarakat Jawa. Nyadran berasal dari bahasa Sanskerta “Sraddha”yang artinya keyakinan. Tradisi Nyadran merupakan suatu budaya mendoakan leluhur yang sudah meninggal dan seiring berjalannya waktu mengalami proses perkembangan budaya sehingga menjadi adat dan tradisi yang memuat berbagai macam seni budaya. 

Nyadran dikenal juga dengan nama Ruwahan, karena dilakukan pada bulan Ruwah (kalender Jawa) atau Sya'ban (kalender Hijriah).. Tradisi Nyadran berdasarkan sejarahnya merupakan suatu akulturasi budaya Jawa dengan Islam.

Acara diawali dengan reresik makam, kemudian kirab,ujub, doa yang mana dalam Nyadran dilakukan secara dua agama yakni Katolik dan Islam. 

Hal itu sesuai agama yang dianut masyarakat Mejing. Doa dilakukan secara bergantian. Setelahnya diadakan kenduri,pemotongan tumpeng, kembul bujono, rebutan gunungan serta ziarah makam.

"Kami memberikan apresiasi kepada masyarakat Mejing yang sudah guyub rukun untuk menggelar acara Nyadran. Jadi ini adalah tradisi setiap tahun," kata Ari.

Nyadran dimaksudkan sebagai sarana mendoakan leluhur yang telah meninggal dunia serta mengingatkan diri bahwa semua manusia pada akhirnya akan mengalami kematian.

Juga dijadikan sebagai sarana guna melestarikan budaya gotong royong  dalam masyarakat sekaligus upaya untuk dapat menjaga keharmonisan bertetangga melalui kegiatan kembul bujono (makan bersama).

Masyarakat menggelar kembul bujono dengan setiap keluarga yang mengikuti kenduri membawa makanan sendiri. Makanan yang dibawa berupa makanan tradisional, seperti ingkung ayam, sambal goreng ati, urap sayur, prekedel, tempe, tahu bacem, dan lain sebagainya serta dilengkapi dengan pisang raja. 

Selain itu dibagikan kue apem dan ketan untuk dinikmati bersama. Nyadran termasuk sebagai salah satu tradisi menjelang datangnya bulan  Ramadan.

Sementara itu Ani Widayani mengatakan bahwa tradisi Nyadran harus terus dilestarikan oleh seluruh masyarakat. Nyadran juga sebagai sarana untuk meningkatkan kerukunan serta menumbuhkan semangat membangun daerahnya. 

"Mejing  adalah wilayah binaan saya. Dan sebagai wakil rakyat saya berjanji akan terus memperhatikan segala pembangunan yang ada di pedukuhan Mejing. Termasuk membawa program serta dana  aspirasi saya kelak setelah dilantik diantaranya bagi Mejing," jelasnya.

Kesungguhan Ani untuk membangun Mejing adalah wujud ucapan terima kasih atas kepercayaan masyarakat yang begitu besar kepada dirinya dalam pemilu 14 Februari silam. Dimana mantan Lurah Sumbermulyo Kapanewon Bambanglipuro ini  meraih 98 persen suara warga Mejing. 

"Segala amanah ini akan saya laksanakan dengan sebaik-baiknya," ujarnya. (*)