Ulang Tahun, Guru MadrasahTerbitkan Gurit 54

Ulang Tahun, Guru MadrasahTerbitkan Gurit 54

KORANBERNAS.ID, BANTUL--Hobi menulis sudah mendarah daging dalam diri Guru Seni Budaya MTsN 3 Bantul DIY, Drs. Sutanto. Setelah berhasil menerbitkan beberapa buku melalui Komunitas Yuk Menulis (KYM) pimpinan Vitriya Mardiyati, Sutanto terus kecanduan untuk terus berkarya menyalurkan hobinya menulis.

Dan bertepatan dengan ulangtahun ia berhasil menulis buku solo yang ke-54 yang berjudul Gurit 54.

“Buku tersebut merupakan kumpulan 100 geguritan (puisi berbahasa Jawa) sebagai upaya turut melestarikan budaya Jawa khususnya sastra tulis. Judul “Gurit Lima Papat” dipilih untuk pengingat usia saya yang telah memasuki usia 54 tahun di tahun 2022 ini,” kata Sutanto di kediamanya Celep Kalurahan Srigading Kapanewon Sanden, Bantul,Rabu (15/6/2022).

Selain Gurit 54,pria yang juga aktif di kegiatan olahraga catur tersebut telah menulis 11 buku. Adapun buku ke-1, Anggrek Vanda untuk Bunda (kumpulan 10 cerita anak), buku ke-2, Nada-nada Cinta (kumpulan 52 puisi), buku ke-3, Pahlawan Ketapel (kumpulan 15 cerita anak), buku ke-4, Rangkaian Kata Sarat Makna (kumpulan 333 pantun), buku ke-5, Burung Berhati Emas (kumpulan fabel), buku ke-6, Untaian Kata Penuh Makna (kumpulan 222 pantun), buku ke-7, Pak RT Menjadi OTG (True Story), buku ke-8, Gurit 53 (Kumpulan Geguritan), buku ke-9, Menebar Rasa (kumpulan 111 puisi), buku ke-10, Rinonce Sekar Melati (Kumpulan 100 geguritan) dan buku ke-11, Menebar Manfaat (kumpulan puisi akrostik 100 pahlawan).

“Karya tadi menjadi pemacu saya terus menulis. Dan pada buku yang ke-12 ini saya berkreasi dengan membuat pola yang seragam, bait pertama terdiri 5 baris dan bait kedua 4 baris. Untuk bahasa yang digunakan, penulis memilih jawa ngoko maupun krama dengan harapan bisa diterima kalangan muda maupun tua,”katanya.

Sutanto mengaku berupaya menangkap fenomena yang terjadi di masyarakat tentang berbagai hal tidak dibatasi tema tertentu, sehingga isi geguritan cukup bervariasi. Namun penulis memiliki misi untuk mengingatkan berbagai hal terkini lewat tulisan kepada pembaca.

Misal terkait hubungan manusia dengan Tuhan (Aja Nigina, Azan Wus Ngumandhang, Ajak-ajak, Bakal Kuciwa, Bebaya, Bagya Mulya), Covid-19 (Gagrak Anyar), masalah sosial masyarakat (Amrih Becike, Bebungah, Ajar Sabar, Bregas, Brebeg, Cidra), Cinta pada seorang kakak (Adoh papanmu, Asung pamuji, Atur panuwun, Crita lawas), bakti kepada orangtua (Anggonku bekti, Bekti), nasionalisme (Abang putih), hubungan kekeluargaan (Blaka suta, Gemati, Edi peni), asmara (Cumondhoke ati, Durung wancine, Esemmu, Esthining manah), dan lainnya.

Menanggapai terbitnya buku Gurit-54 tersebut, Pegiat Gurit dan Fasilitator Mahasiswa Mancari Ilmu. Dr. KRT. Akhir Lusono menyebut Sutanto sebagai eksistensi yang nggegirisi. Dirinya sering iri dengan Guru Seni Budaya MTsN 3 Bantul yang istiqomah tetap terus menulis.

“Usia mungkin masih 2 atau 3 tahun di bawah beliau tetapi produktivitasnya sungguh saya ciut nyali. Bukan karena minder tetapi karena kasunyatan. Selamat Mas Sutanto, kegigihan dan prestasi panjenengan sungguh sangat menginspirasi. Generasi muda harus bisa nyecep kaweruh dari panjenengan. Saya tunggu tulisan yang lain. Tantanglah saya juga untuk produktif menulis,” imbuh Akhir Lusono.

Sementara itu, Motivator Nasional dari Magelang Fuzna Marzuqoh, SH menyebut Gurit 54 bukan karya sastra biasa. Ini adalah cara menghidupkan budaya. Sastra adalah bahasa jiwa. Dengan sastra, dunia akan bergerak dinamis penuh rasa. Sastra pun dapat menjadi jembatan penghubung diantara insan yang berbeda tempat, berbeda saat dan berbeda derajat. Itulah yang membuat dirinya mencintai sastra.

“Kali ini saya kembali bertemu dengan sebuah karya sastra indah, berisi untaian kata berbahasa Jawa yang Adi luhung, Pak Sutanto lagi-lagi menguntai kata untuk dinikmati para pembaca,” pungkas Fuzna.(*)