Uang Nasabah di BUKP Wates Sulit Dicairkan karena tidak ada Uang

Uang Nasabah di BUKP Wates Sulit Dicairkan karena tidak ada Uang
Kantor BUKP Wates. (Istimewa).

KORANBERNAS.ID, KULONPROGO – Kesulitan mengambil uang tabungan dan pencairan deposito, ternyata tidak hanya dialami oleh para nasabah di Badan Usaha Kredit Pedesaan (BUKP) Galur, Kulonprogo. Nasabah BUKP Wates mengalami nasib serupa. Mereka tidak dapat mengambil uang sendiri yang disimpan di BUKP Wates.

Teguh Wibowo, warga Pleret 6, Pleret, Panjatan, Kulonprogo dan istrinya bercerita kepada koranbernas.id, Sabtu (5/4/2025), bahwa tabungan dan depositonya di BUKP Wates, Kulonprogo, juga susah untuk diambil. Teguh sudah datang ke BUKP Wates sejak menjelang Ramadhan lalu. Ia bermaksud mengambil uang untuk menambah modal usahanya. Ia beberapa kali datang ke BUKP Wates dan gagal membawa pulang uang.

“Saya tidak ngemis atau meminta lho, mengambil tabungan kita sendiri, kenapa susahnya minta ampun,” kata Teguh Wibowo mengeluh.

Alasannya bikin miris, petugas mengatakan BUKP Wates tidak ada duit. “Waduh! Ngalamat bermasalah ini, ” kata Bowo.

Karena keduanya khawatir tidak bisa mencairkan dana dengan cepat, Teguh Wibowo meminta bantuan beberapa kenalannya untuk mengurus deposito dan tabungan mereka tersebut.

“Hasilnya sama, kami yang ngurus sendiri juga nggak bisa cair, teman yang mengurus juga tetap tidak bisa cair, ini gimana, ” ujarnya.

Menurut Teguh Wibowo, mendengar jawaban bahwa tidak ada duit di BUKP Wates membuat keduanya yang berprofesi sebagai pedagang di Pasar Bendungan semakin resah. Keduanya bahkan memiliki firasat, duit tabungannya di BUKP Wates bakal hilang seiring dengan beredar kabar BUKP Galur bermasalah, dan BUKP lain juga.

“Siapa sebenarnya yang bertanggung jawab atas dana tabungan kami ini? Bupati atau Gubernur atau Presiden, kok nggak jelas, ” ujarnya.

Maka keduanya berpikir, untuk melapor masalahnya ini ke aparat penegak hukum atau mencari solusi lain di luar jalur aparat penegak hukum.

“Kami hanya berpikir, gimana caranya dana tabungan kami itu bisa cair cepat, itu saja,” ujar Teguh Wibowo.

Karena menurutnya, tabungan itu bukan dari gajian bulanan bukan hasil korupsi, bukan dari dana hibah negara. “Tetapi ini dari hasil kami mengumpulkan sedikit – demi sedikit keuntungan jualan di pasar. Ini hasil keringat orang kecil, mas,” tandasnya.

Dari kejadian susahnya mengambil dana tabungan di BUKP Wates ini, Teguh Wibowo dan istri bahkan terbersit ini merupakan firasat bahwa tabungannya di BUKP Wates kemungkinan besar akan hilang.

Alasannya, pertama, kejadian ini sangat aneh dan tidak lazim di dunia perbankan, karena BUKP Wates yang penabungnya sangat banyak sampai tidak memiliki dana stand by untuk melayani nasabah yang akan mengambil tabungan atau depositonya.

“Aneh kan, lha tabungan kami itu kemana ? Masak BUKP Wates tidak ada dana sama sekali. Masak mau ngambil sejuta dua juta saja susahnya minta ampun,” tambahnya.

Kedua, seandainya semua dana simpanan masyarakat beredar di peminjam tentu pengelola BUKP Wates punya cadangan dana untuk melayani pengambilan tabungan atau deposito.

“Ini pikiran kita wong ndeso bodo-bodo mas,” ujarnya menambahkan.

Teguh Wibowo dan istrinya mengaku punya tabungan dan deposito di BUKP Wates senilai Rp 42 juta. Dari tabungan sebesar itu, selama ini mereka baru berhasil mengambil Rp 8 juta, dengan susah payah.

“Masak harus ngemis-ngemis, masak mengambil tabungan harus berjuang keras seperti ini,” katanya.

Teguh Wibowo berharap Pemprov DIY dalam hal ini Gubernur DIY Sri Sultan HB X sebagai pemimpin tertinggi BUKP memberi jaminan bahwa tabungan mereka bisa dicairkan segera. (*)