UAD Lahirkan Profesor Termuda Bidang Ilmu Pendidikan Matematika
KORANBERNAS.ID, BANTUL--Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta menelurkan profesor termuda di Lingkungan Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDikti) Wilayah V Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Profesor Muda Bidang Ilmu Pendidikan Matematika ini adalah Prof Dr Rully Charitas Indra Prahmana SSi, MPd.
Rully lahir di Medan 35 tahun silam, awalnya Matematika bukanlah bidang yang ia idamkan apalagi menjadi bagian yang mengantarkannya menjadi profesor termuda, mimpi pun tidak. Lulus S1 di Universitas Gadjah Mada pun Rully meraih nilai Indeks Prestasi (IP) yang pas-pasan.
“Saya dulu waktu di Medan merasa udah hebat banget matematikanya, ketika masuk UGM dan lulus IPK saya cuma 3,14. Saya lelah, pingin segera cepat selesai aja gitu,” kenang Rully saat menceritakan pengalamannya kepada wartawan, Kamis (22/9/2022).
“Sebagai orang desa saya sekolah ya cari beasiswa, nah kebetulan dapatnya beasiswa S2 untuk pendidikan matematika. Semester pertama saya sampai datangi dosennya dan kebingungan harus memulai dari mana. Dari dosen inilah saya diberi buku pendidikan matematika dan ilmu sosial, buku ini bisa dibaca, berbeda dengan matematika murni yang banyak berisi rumus-rumus. Semenjak itu semester pertama IPK saya 4,” terangnya.
Rektor UAD, Muchlas menyebut Rully Charitas Indra Prahmana merupakan profesor ke sembilan yang dihasilkan UAD. Namun satu orang profesor telah meninggal dunia, sedang profesor dari luar UAD sebanyak 20 orang. Sehingga saat ini, UAD hanya memiliki 28 orang guru besar.
UAD, jelas Muchlas, terus berupaya untuk terus menambah jumlah guru besar. Dalam waktu dekat ada tiga calon guru besar yang akan diusulkan ke LLDikti Wiyalah V DIY.
“Tahun ini ada 10 orang yang akan diusulkan menjadi guru besar dan ada 30 orang yang sedang diinkubasi,” kata Muchlas.
Muchlas menambahkan dirinya juga berkeinginan mengajukan guru besar. Karena itu, ia mengharapkan Rully bisa menjadi mentornya untuk menyelesaikan persyaratan menjadi guru besar.
“Menduduki jabatan guru besar, menambah tanggung jawab terhadap diri dan institusi. Di atas yang mengetahui, masih ada yang lebih mengetahui. Artinya, meskipun sudah menduduki jabatan tertinggi tetap rendah hati,” imbuhnya.
Selain itu, kata Muchlas, juga bisa meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan kepada yang lebih yunior. Bahkan tidak boleh sungkan mengingatkan Muchlas tentang paper untuk persyaratan guru besar. Kemudian meningkatkan pengabdian dalam mengembangkan ilmu pengetahuan.
“Jangan sampai karena sudah guru besar tidak ada spirit lagi untuk berkarya. Pak Rully masih muda dan memiliki waktu yang panjang. Kami berharap ada pengoptimalan pengabdian,” kata dia.
Sementara Aris Junaidi mengatakan, Rully adalah profesor kedua yang SK diserahkannya di UAD. Sebelumnya, SK profesor bidang Matematika Terapan, Prof Suparman. Sekarang Prof Rully Bidang Ilmu Pendidikan Matematika.
“Prof Rully Charitas merupakan profesor termuda di LLDikti Wilayah V DIY. Kami berharap karya dan produktivitas Prof Rully bisa maksimal karena waktunya masih panjang sehingga bisa memajukan UAD,” kata Aris.
LLDikti, lanjut Aris, masih terus berupaya agar guru besar terus bertambah, Pihaknya akan memfasilitasi, membantu di dalam proses kenaikan dari Rektor Kepala ke Guru Besar. LLDikti selalu mendorong pada setiap kesempatan agar perguruan tinggi menyiapkan yang sudah Rektor Kepala untuk disiapkan menjadi guru besar.
Profesi guru besar, kata Aris, memiliki peluang kerjasama, riset, pembimbingan dan pengujian tesis, desertasi. Bahkan kolaborasi dalam bentuk hibah, banyak sekali peluangnya seperti Erasmus+ dari Inggris, dan tawaran riset dari berbagai negara serta dari Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset Teknologi (Kemendikbudristek).
“Untuk bisa mempublikasi harus ada dana peneliti, harus ada penelitian yang betul-betul qualified yang bisa dipertanggungjawabkan secara akademis. Oleh karena itu perlu dana, untuk menghasilkan dana proposalnya harus bagus, harus ditulis oleh pakar yaitu guru besar,” paparnya.
“Harapannya, Prof Rully bisa menjadi promotor atau co promotor desertasi. Selanjutnya, ilmunya bisa diimplementasikan dan diabdikan kepada bangsa dan negara ini,” tandasnya. (*)