Guru Jangan Menularkan Kebodohan ke Anak
KORANBERNAS.ID, PURBALINGGA -- Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Purbalingga Ir Setiyadi M Si menuntut para guru terus belajar dan mau berubah ke arah yang lebih baik, seiring tuntutan zaman di era digital saat ini.
“Jika tidak mau berubah, jangan jadi guru. Jangan menularkan kebodohan ke anak-anak. Kasihan anak-anak kita,” ujar Setiyadi ketika membuka Bimbingan Teknis (Bimtek) Pengelolaan Pembelajaran Kurikulum 2013 bagi Guru SMP se-Purbalingga, di Aula SMP Negeri 3 Purbalingga, Senin (16/11/2020).
Bimtek diikuti 77 SMP. Setiap sekolah mengirimkan 4-8 guru mata pelajaran Ujian Nasional yakni Matematika, Bahasa Indonesia, IPA dan Bahasa Inggris.
Bimtek gelombang pertama berlangsung empat hari hingga Kamis (19/11/2020), dilanjutkan gelombang kedua, juga empat hari, pekan depan. Adapun penyaji materi di antaranya Bangun Pracoyo SPd MPd dan Suyanto SPd MPd, keduanya pengawas Dindikbud Purbalingga serta Sodery SPd MPd, Kepala SMP Negeri 2 Kutasari.
Pembukaan Bimtek dipusatkan di Aula SMPN 3 Purbalingga dan disiarkan secara langsung melalui youtube. Karena masih Pandemi Covid-19, pelaksanaan Bimtek di enam tempat yakni SMPN 3 Purbalingga, SMPN 1 Padamara SMPN 1 Bobotsari, SMPN 1 Bojongsari, SMPN 1 Rembang dan SMPN 1 Bukateja.
Penyebaran peserta di berbagai tempat ini untuk menghindari kerumunan. Setiap peserta tetap mematuhi protokol kesehatan pencegahan Covid-19.
Setiyadi mengibaratkan, peserta didik seperti sekeranjang batu, yang terdiri dari berbagai jenis batu, ada bahan batu akik, batu mutiara, berlian dan sebagainya.
“Mau jadi apa batu-batu itu, tergantung gurunya. Guru harus bisa memperlakukan satu per satu anak-anak, untuk mengembangkan potensinya semaksimal mungkin, agar menjadi anak kreatif, inovatif dan mandiri. Ya, di sinilah perlunya guru untuk terus belajar dan mau berubah sesuai zaman,” ujar Setiyadi.
Setiyadi juga meminta para guru meningkatkan budaya literasi dengan banyak membaca. Orang yang banyak membaca, akan tumbuh daya kritis, cara berpikirnya analitis dan tepat mengambil keputusan serta tidak gampang terprovokasi berita-berita hoax.
“Saat ini, ada orang yang gampang terprovokasi, itu karena tingkat literasinya rendah,” tegasnya. (*)