Tim UMBY Gelar Orientasi Sekolah Ceria Bebas Perundungan
Perundungan berakibat fatal, menyebabkan korban bunuh diri atau cedera serius akibat kekerasan fisik, gangguan psikologis seperti depresi.
KORANBERNAS.ID, BANTUL -- Tim Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) Fakultas Psikologi Universitas Mercu Buana Yogyakarta (UMBY) mengadakan kegiatan orientasi program “Sekolah Ceria” Psikoedukasi Kader Sebaya Ceria di SMPN 3 Sentolo Kulonprogo.
Kepala Humas UMBY, Widarta MM, Jumat (16/8/2024), menjelaskan tim terdiri Ratri Pratiwi MA dan Jelang Hardika M Psi Psikolog. Kegiatan itu bekerja sama dengan Yayasan Nawakamal yang diwakili oleh Aspi Kristiati MA, Maryama Nihayah MA dan Kuni Aisyah Habibah S Psi.
Orientasi program “Sekolah Ceria” dilaksanakan di SMPN 3 Sentolo, Kamis (8/8/2024) yang diikuti oleh 40 orang perwakilan siswa dan lima orang guru.
"Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan kader sebaya dalam memberikan edukasi kepada teman sebaya tentang perundungan melalui Pelatihan Kader Sebaya Ceria," kata Widarta.
Peningkatan kasus
Menurut dia, peningkatan kasus perundungan di sekolah menjadi perhatian yang penting bagi berbagai pihak. Perlu ada kegiatan yang melibatkan siswa, guru dan pihak terkait dalam mengatasi, mengelola serta mencegahnya. “Salah satunya dengan inisiasi kader sebaya,” tambah Ratri Pratiwi selaku ketua Tim PkM.
Materi pencegahan perundungan atau bullying disampaikan oleh Maryama Nihayah. Dia menjelaskan apa itu bullying, bentuk-bentuknya serta cara pencegahannya. Peserta diajak untuk mendefinisikan, memberikan contoh perilaku perundungan dan dampak perundungan yang terjadi di sekitar mereka.
Peserta agar memiliki pemahaman untuk melaporkan dan melawan pelaku apabila menjadi korban perundungan. Selain itu, peserta diberikan pemahaman bahwa tindakan perundungan dapat berakibat fatal, seperti menyebabkan korban bunuh diri atau cedera serius akibat kekerasan fisik, gangguan psikologis seperti depresi.
Materi kedua, disampaikan oleh Kuni Aisyah Habibah yang menjelaskan terkait respons dan pertolongan psikologis yang diberikan melalui pengamatan pada kasus perundungan terhadap korban dan pelaku sebelum mengambil tindakan.
Tempat melapor
Materi ketiga yang disampaikan oleh Aspi Kristiati. Peserta diajarkan cara mendengarkan dan menanggapi teman yang bercerita tentang masalahnya. Peserta juga diajak untuk role play menjadi pendengar yang baik.
Selain itu, juga diajak menggunakan gambar sesuai dengan kreativitas peserta untuk memetakan kepada siapa saja orang terdekat dan instansi apa saja yang dapat menjadi tempat melaporkan kasus perundungan.
Pada akhir kegiatan, peserta diminta untuk mengekspresikan kreativitas mereka terkait kampanye stop perundungan/bullying, khususnya di lingkungan sekolah. Peserta menggunakan berbagai media seperti poster dan video TikTok sebagai bentuk kampanye stop perundungan.
“Penting untuk kita menyadari bahaya dari bullying. Dengan kegiatan ini diharapkan siswa dapat meningkatkan kesadaran dan mampu memfasilitasi teman sebaya saat mengalami perilaku bullying,” tegas Drs Sudaryanto, Kepala SMP Negeri 3 Sentolo.
Salah seorang peserta kegiatan, Dwito, mengungkapkan ini sangat bermanfaat dan dibawakan dengan cara yang menyenangkan. Harapannya, kegiatan ini menjadi awal terbentuknya kader sebaya bagi siswa yang mengalami perundungan, sehingga dapat menjadi contoh bagi sekolah lain. (*)