Tim Kementerian PUPR Akhirnya Turun ke Bantul

Tim Kementerian PUPR Akhirnya Turun ke Bantul

KORANBERNAS.ID – Menyusul terjadinya salah sasaran penyaluran bantuan program bedah rumah 2019 atau Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS), tim dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) RI akhirnya turun ke Bantul.

Tim yang dipimpin Aditya itu melakukan pengecekan ke Dusun Kediwung dan Dusun Kanigoro Desa Mangunan Kecamatan Dlingo Bantul, Sabtu (31/8/2019) sore.

Turut mendampingi, tenaga ahli anggota Komisi V DPR RI Drs HM Idham Samawi yakni Noor Janis Langgabarana, Lurah Desa Mangunan Jiyono Ihsan serta para pendamping.

Mereka mendatangi warga yang rumahnya tidak layak huni namun tidak menerima bantuan, setelah diekspose oleh media beberapa hari terakhir.

Adapun besaran bantuan Rp 17,5 juta terbagi Rp 15 juta berwujud material dan Rp 2,5 juta untuk biaya Hari Orang Kerja (HOK) atau membayar tukang.

Sebelumnya rombongan Komisi C DPRD DIY melakukan inspeksi mendadak (sidak),

Tim dari Kementerian PUPR mendatangi rumah Mujiyo (47) warga RT 35 Dusun Kediwung yang dihuni dengan istrinya Siti Maryantun (35) dan 4 orang anaknya.

Rumah itu sangat sederhana. Berlantai tanah, di ruang tamu tidak terlihat ada barang berharga. Tidak ada kursi tamu, sehingga ketika ada orang yang berkunjung, harus duduk lesehan di atas tikar kusam yang digelar di tanah.

Di tikar itu pula, Siti bermain-main dan momong anak terakhirnya yang baru berusia 8 bulan sambil sesekali memberi ASI.

 Di tempat ini Jiyono memberikan keterangan kepada pihak Satker Kementerian PUPR. “Keluarga ini tidak cukup uang untuk memperbaiki rumah. Pekerjaan Mujiyo sebagai pembuat arang, penghasilannya sangat kurang,” ujarnya.

Dalam sebulan paling banyak mereka bisa menjual 3 karung hingga 5 karung arang, harga setiap karung Rp 65.000.

“Kayunya nyari ranting-ranting. Tiap hari dia keliling hutan cari kayu-kayu atau ranting yang pada jatuh di tanah. Jadi memang ekonominya memprihatinkan sekali. Pendidikan keluarga ini juga rendah. Pak Mujiyo juga agak “kurang” sehingga sulit diajak berkomunikasi dengan baik dan lancar,” kata Jiyono.

Dirinya sudah melakukan cek sebelumnya ke rumah tersebut. Diketahui pada 2012 keluarga ini sudah mendapatkan bantuan bedah rumah dan digunakan untuk memperkuat struktur bangunan dengan nilai program kala itu Rp 7 juta berwujud material dan dikerjakan secara gotong royong warga.

Selanjutnya karena dalam aturan dikatakan tidak boleh mendapat bantuan serupa, maka Pemerintah Desa (Pemdes) Mangunan bergerak mencarikan bantuan dari sumber lain untuk memperbaiki rumah tersebut.

“Akan ada kearifan lokal tentunya, dan ini memang layak untuk dibantu. Kita akan carikan program bantuan lain,” kata Jiyono.

Gedhek bolong

Rombongan juga menuju rumah Mbah Widiharjo (90) dan istrinya Ny Ponikem (80) di Dusun Kanigoro Desa Mangunan.

Di rumah berdinding gedhek yang bolong di sana sini dan berlantai tanah, dua lansia tersebut beristirahat di atas tempat tidur kayu dan kasur yang lusuh.

Tidak ada barang berharga di rumah itu. Selain pasangan lansia, di rumah yang bersebelahan dengan rumah anaknya Jiyono dan keluarga juga tinggal cucunya Yayan Eko Ariyanto beserta keluarga. Total ada 3 KK dan 10 jiwa yang tinggal di rumah ini.

“Secepatnya kami akan tangani. Tahun 2019 dari APBDesa ada alokasi bantuan untuk 6 rumah, nanti prioritas kami berikan kepada dua keluarga yakni Pak Mujiyo dan Mbah Widiharjo. Semoga tahun depan akan ada program bedah rumah nanti penerima bisa KK yang lain  yang memang hidupnya dalam satu rumah,” tegas Jiyono.

Dirinya mengakui setelah berkeliling di Mangunan, dari total 5.000 KK di desa tersebut masih banyak  yang rumahnya tidak layak sehingga perlu mendapat bantuan.

“Saya juga segera mengumpulkan para ketua RT dan melakukan pendataan rumah mana yang masih terlewat. Selanjutnya saya serahkan ke  Mas Janis ada 40 nama, untuk diperjuangkan mendapat bantuan bedah rumah tahun berikutnya,” tandasnya.

Pemdes Mangunan juga berkoordinasi dengan banyak pihak agar ada penanganan rumah di Mangunan selain dari program bedah rumah, di antaranya dengan program relokasi rumah dari BPBD Bantul maupun bantuan provinsi.

“Untuk dua rumah tadi, kami target 2019 udah peletakan batu pertama,” katanya.

Noor Janis mengatakan bantuan BSPS yang turun di Mangunan adalah dana aspirasi Drs HM Idham Samawi bersumber dari Kementerian PUPR.

Dirinya datang ke lokasi guna melakukan cek ke lapangan terkait jalannya program tersebut.

 “Kami lakukan cek setelah adanya pemberitaan terkait program di Mangunan. Kami akan koordinasikan dengan pihak terkait untuk penanganan bagi yang sebenarnya layak namun belum mendapat. Atau pernah dapat namun kondisinya sebenarnya masih sangat layak mendapat bantuan,” katanya.

Sedangkan Aditya menegaskan untuk keluarga Mbah Widiharjo dinilai sangat layak untuk mendapatkan bantuan. Karena kondisi bangunan sangat memprihatinkan dan rumah dihuni banyak KK dan banyak jiwa.

“Karena tahun ini belum dapat, akan diupayakan di tahun-tahun mendatang. Memang program 2019 sudah berjalan, Tetapi semua pengajuan nama dari masyarakat disesuaikan dengan kuota dan titik sasaran. Karena tidak hanya Mangunan, namun banyak  keluarga lain juga membutuhkan bantuan serupa,” katanya.

Bantuan senilai itu tidak cukup untuk membangun sebuah rumah. “Maka harus ada swadaya dari pemilik rumah, misalnya punya hewan atau barang lain yang bisa dijual untuk digunakan menambah biaya guna memperbaiki rumahnya,” tambahnya. (sol)