Tidak Setiap Desa Bisa Dijadikan Desa Wisata

Tidak Setiap Desa Bisa Dijadikan Desa Wisata

KORANBERNAS.ID, SLEMAN -- Desa wisata menjadi salah satu alternatif untuk memenuhi kecenderungan pasar yang mulai bergeser. Hal tersebut disampaikan Bupati Sleman, Kustini Sri Purnomo, saat menjadi narasumber Seminar Pengembangan Desa yang diselenggarakan oleh Gamakonkrit BEM KM UGM di Grand Ambarukmo, Depok Sleman, Sabtu (6/11/2021).

Menurut Kustini, pergeseran tersebut dari kondisi yang serba modern ke tradisional skala kecil yang unik. Pengembangan desa wisata yang baik dalam perspektif ekonomi daerah dapat memeratakan pendapatan secara lebih luas.

“Pemerataan pendapatan tersebut mulai dari masyarakat yang tinggal di desa tersebut hingga pemerintah daerah, karena sekitar 40% pengeluaran wisatawan digunakan untuk belanja,” ujar Kustini.

Kustini menjelaskan, Pemkab Sleman memiliki peran penting dalam pengembangan desa wisata. Peran yang pertama yaitu sebagai regulator, yakni memberikan regulasi pengembangan desa wisata. Pemkab Sleman pada tahun 2015 menerbitkan Perda Kabupaten Sleman Nomor 11 Tahun 2015 tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan (RIPK) Derah Tahun 2015-2025.

Peran kedua Pemkab Sleman yaitu sebagai fasilitator dan motivator memberikan fasilitasi diantaranya untuk meningkatkan kualitas pelayanan bagi SDM, membangun sinergitas dan networking dengan para pelaku wisata dan stakeholder pariwisata. Selain itu memfasilitasi pemasaran desa wisata, kegiatan penguatan desa wisata, pendampingan desa wisata, serta kampanye sadar wisata.

Kustini menambahkan, desa wisata merupakan bagian dari pengembangan pariwisata berkelanjutan dan menjadi program untuk mempercepat kebangkitan pariwisata. Namun tidak setiap desa dapat dijadikan desa wisata.

Setidaknya diperlukan tiga komponen bagi sebuah desa untuk menjadi desa wisata. Komponen yang dimaksud yaitu basis data potensi desa, minat dan kesiapan masyarakat, konsep dan arah pengembangan.

“Saat ini di Kabupaten Sleman terdapat 53 desa wisata dengan kualifikasi yang telah berkembang dan kurang lebih 100 desa wisata rintisan dengan melibatkan kurang lebih 2.000 tenaga kerja yang terlibat langsung,” kata Kustini. (*)