Tertinggi Sepanjang Sejarah, Penemuan Kasus TB Naik 821 Ribu Kasus

Tertinggi Sepanjang Sejarah, Penemuan Kasus TB Naik 821 Ribu Kasus
Penandatanganan kerjasama pelibatan organisasi keagamaan dalam program penanggulangan kasus TB di Indonesia. (istimewa)

KORANBERNAS.ID, SLEMAN—Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan, penemuan kasus TB di Indonesia pada tahun 2023 meningkat hingga 821.000 kasus. Angka ini tercatat menjadi yang tertinggi sepanjang sejarah Indonesia.

Capaian ini merupakan buah kolaborasi yang kuat antara pemerintah, swasta, dan organisasi masyarakat. Peringatan Hari Tuberkulosis Sedunia merupakan momentum untuk memperkuat komitmen kita semua dalam penanggulangan tuberkulosis,” ungkap Budi Gunadi, saat memberikan sambutan secara virtual pada Puncak Peringatan Hari Tuberkulosis Sedunia Muhammadiyah 2024 : Peluncuran Pelibatan Rumah Sakit Organisasi Keagamaan, Rabu (5/6/2024). Acara berlangsung di RSU PKU Muhammadiyah Gamping Yogyakarta.

Menkes menyambut baik peluncuran sinergi pelibatan organisasi keagamaan dalam penanggulangan TBC di rumah sakit. Ia berharap, seluruh rumah sakit di bawah organisasi keagamaan ini dapat berperan aktif dalam memberikan pelayanan TBC berkualitas yang berpihak kepada pasien.

Dikatakan, Indonesia menempati peringkat kedua beban tuberkulosis (TBC) tertinggi di dunia, setelah India. Di Indonesia, diperkiraan ada 1.060.000 kasus TBC pada tahun 2022. Untuk mencapai eliminasi TBC pada tahun 2030, perbaikan yang signifikan dalam deteksi kasus dan pengobatan sangatlah penting.

Berdasarkan Laporan Tuberkulosis Global tahun 2023 yang diterbitkan WHO, Indonesia merupakan negara dengan beban tuberkulosis tertinggi kedua di dunia, setelah India. Di Indonesia, diperkirakan terdapat 1.060.000 kasus baru TBC setiap tahunnya dengan angka kematian mencapai 134.000. 

Ketua MPKU PP Muhammadiyah, Mohammad Agus Samsudin mengungkapkan, gerakan eliminasi TBC memerlukan komitmen kuat, dukungan dan peran serta secara terpadu dari seluruh jajaran lintas sektor, baik pemerintah maupun pemangku kepentingan lain termasuk dari sektor swasta, kelompok masyarakat dan organisasi keagamaan.

Untuk itu, bertepatan dengan puncak peringatan Hari Tuberkulosis Sedunia Muhammadiyah 2024, Majelis Pembinaan Kesehatan Umum (MPKU) Pimpinan Pusat Muhammadiyah, melalui program USAID Mentari TB memanfaatkan momentum ini untuk meluncurkan Pelibatan Rumah Sakit dari Organisasi Keagamaan dalam Penanggulangan TBC. 

Adapun organisasi keagamaan yang terlibat adalah Persekutuan Pelayanan Kristen untuk Kesehatan di Indonesia (Pelkesi), Persatuan Karya Dharma Kesehatan Indonesia (Perdhaki), Lembaga Kesehatan Nahdlatul Ulama (LKNU), dan Yayasan Dompet Dhuafa.

Sementara itu, Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir mengatakan, sinergi pelibatan rumah sakit dari lembaga-lembaga keagamaan lain dalam program penanggulangan TBC di Indonesia ini adalah wujud nyata prinsip inklusif Muhammadiyah. 

Saya berharap sinergi Muhammadiyah dengan organisasi-organisasi keagamaan beserta rumah sakitnya dalam penanggulangan tuberkulosis ini dapat berjalan dengan baik, sehingga dapat memberikan kemanfaatan yang semakin luas, ujarnya.

Hingga saat ini, dengan dukungan Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID) melalui USAID Mentari TB, Rumah Sakit Muhammadiyah Aisyiyah telah melakukan skrining TBC terhadap 8.810.749 orang, menemukan 35.636 penderita TBC dengan 93 persen diantaranya melakukan pengobatan. 

Selain itu, layanan TBC Resistan Obat juga telah didirikan di 10 rumah sakit Muhammadiyah yang kini telah menjadi rumah sakit rujukan. Sejak tahun 2021, rumah sakit Muhammadiyah telah merawat total 623 pasien TBC Resistan Obat. 

Amerika Serikat, melalui USAID, berkomitmen mendukung Pemerintah Indonesia untuk mengeliminasi tuberkulosis. Kami percaya bahwa kemitraan inklusif, yang menghormati dan memanfaatkan keberagaman masyarakat Indonesia, sangat penting dalam memerangi penyakit yang mematikan ini,” kata Direktur USAID Indonesia Jeff Cohen.

Tahun ini Amerika Serikat dan Indonesia merayakan ulang tahun hubungan bilateral ke-75. Kolaborasi USAID dengan Kementerian Kesehatan, Provinsi Yogyakarta, dan organisasi-organisasi keagamaan dalam penanggulangan tuberkulosis menunjukkan dampak kuat dari hubungan ini. Lebih dari lima belas tahun, USAID sudah menjadi mitra Pemerintah Indonesia dalam memberantas TBC. Amerika Serikat, melalui USAID, terus mendukung Indonesia mencapai target eliminasi TBC tahun 2030.

Ketua Tim Kerja TBC Kementerian Kesehatan RI dr. Tiffany Tiara Pakasi menambahkan, hal yang juga penting untuk menjadi perhatian, adalah kasus pasien TB yang resisten terhadap obat. Hal ini terjadi, lantaran pasien yang bersangkutan gagal menjalani pengobatan secara rutin sesuai jadwal.

“Dari angka tadi, kasus pasien yang resisten cukup besar. Dari angka 1.060.000 tadi ada sekitar 3 persen. Ini cukup besar dan mereka harus menjalani pengobatan yang lebih serius,” tandasnya.

Untuk itulah, Tiara kembali menekankan pentingnya upaya deteksi kasus dan pengobatan yang sesuai aturan. Hal ini membutuhkan peran serta berbagai pihak, terutama keluarga dan lingkungan terdekat.

“Tidak ad acara lain kecuali dengan memperkuat deteksi dan kemudian melakukan pengobatan dengan baik dan disiplin,” pungkas Tiara. (*)