Terbanyak Disebabkan Protein Susu Sapi, Bunda Abai Alergi Si Kecil Akan Merugi

Terbanyak Disebabkan Protein Susu Sapi, Bunda Abai Alergi Si Kecil Akan Merugi

KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA -- Sinta (28) warga Timoho Yogyakarta dibuat panik. Tiba-tiba saja muncul ruam merah di kulit sang buah hati. Semula, dia mengira hanya pengaruh cuaca yang lagi panas belakangan ini. Tak kunjung mereda, Sinta pun lantas membawanya ke dokter anak. Ditanya sana-sini, sang dokter lantas memvonis balita mungil itu alergi protein susu sapi.

Lain lagi yang dialami Alfian. Balita lucu putra dari Arum (34) warga Godean ini terus diare. Sepanjang hari itu, Alfian sudah lebih dari 10 kali BAB (Buang Air Besar). Konisi tak lazim ini membuat bundanya panik. Ketika diperiksakan ke dokter, vonisnya sama. Alergi protein susu sapi.

“Kebetulan, ASI kurang lancar. Jadi saya bantu dengan susu formula. Alfi mau sih, Mas. Tapi ternyata dia nggak kuat. Dokter bilang alerginya karena susu sapi,” kata Arum suatu ketika bertemu jurnalis koranbernas.id pada suatu acara di posyandu.

Mengutip laporan WHO (World Health Organization), Konsultan Alergi dan Imunologi Anak Prof Dr dr Budi Setiabudiawan SpA(K) M Kes menyatakan,  sebanyak 30-40 persen penduduk dunia akan mengalami alergi. 500 juta orang di dunia menderita alergi makanan, sebagian besar disebabkan protein susu sapi.

Di Indonesia, angkanya juga cukup besar. Untuk anak-anak, kasus alergi yang dipicu protein susu sapi angkanya mencapai 0,5-7,5 persen. Protein susu sapi merupakan makanan penyebab alergi terbesar kedua setelah telur pada anak-anak. Sedangkan data di RS Cipto Mangunkusumo tahun 2012, kejadian alergi protein susu sapi pada anak-anak sebesar 23,8 persen.

“Angkanya memang lumayan tinggi. Kasusnya juga cenderung meningkat. Kita sebagai orang tua harus waspada. Karena kalau terlambat diagnosa sehingga terlambat penatalaksanaan, alergi protein susu sapi akan merugikan tumbuh kembang anak,” kata Budi, saat berbicara dalam Webinar Pentingnya Kombinasi Unik Zat Besi dan Vitamin C untuk Dukung si Kecil yang Tidak Cocok Susu Sapi Tumbuh Maksimal, akhir Maret 2021.

Prof Budi mengatakan, selain menimbulkan gejala ringan hingga parah, kondisi si kecil yang tidak cocok protein susu sapi juga membuatnya rentan mengalami kekurangan nutrisi penting, salah satunya adalah zat besi. Padahal zat besi merupakan salah satu nutrisi esensial yang dapat mendukung si kecil yang tidak cocok susu sapi dapat tetap tumbuh maksimal.

“Adanya risiko kekurangan zat besi yang lebih tinggi, karena si kecil mengalami pembatasan jenis asupan makanan yang mengandung susu sapi. Dalam kasus tertentu, juga bisa muncul risiko inflamasi pada saluran cerna, sehingga dapat menyebabkan si kecil tidak memperoleh kecukupan asupan nutrisi penting,” jelasnya.

Lebih lanjut Prof. Budi menjelaskan,  permasalahan anak yang tidak cocok susu sapi ini tidak bisa diremehkan, karena dampak dan prevalensinya yang umum ditemukan pada usia di awal kehidupan. Oleh karena itu, penting untuk memastikan nutrisi yang tepat dan adekuat atau memenuhi syarat pada awal kehidupan si kecil, terutama bagi yang tidak cocok susu sapi. Di sini, peran penting orang tua untuk tetap tanggap dalam penanganan kondisi si kecil.

“ASI tetap yang terbaik. Tapi kalau dalam kondisi harus dengan susu sambung, dan si kecil alergi dengan protein susu sapi, masih banyak alternatif untuk pengganti. terdapat beberapa pilihan pengganti protein susu sapi seperti Protein Terhidrolisa Ekstensif atau asam amino. Namun, jika terdapat kendala dalam memperolehnya, dapat juga diberikan isolat protein soya sesuai dengan anjuran dan edukasi dari dokter,” kata Budi memberi penjelasan.

Prof Dr dr Saptawati Bardosono MSc, Ahli Gizi dari Fakultas Kedokteran UI, mengatakan zat besi merupakan salah satu nutrisi penting untuk mendukung pertumbuhan fisik dan perkembangan fungsi kognitif si kecil, termasuk bagi anak yang dengan kondisi tidak cocok susu sapi.

Dengan mencukupi kebutuhan zat besi pada si kecil, diharapkan dapat mendukungnya mencapai tumbuh kembang yang maksimal dan terhindar dari dampak buruk akibat kekurangan zat besi. Misalnya prestasi akademik yang menurun, mudah terserang penyakit, gangguan permanen pada sistem motorik dan sensorik, serta pertumbuhan fisik yang terhambat.

Prof Tati menyebut, kondisi tidak cocok susu sapi adalah salah satu tantangan kesehatan yang sering dialami oleh anak-anak . Gejala yang muncul dari kondisi ini bisa berbeda-beda pada setiap anak. Tetapi umumnya berupa ruam merah yang gatal, bengkak, bersin-bersin, pilek, batuk, mata berair, sakit perut, muntah atau diare.

Prof Tati menambahkan, adanya pembatasan makanan yang tidak tepat pada si kecil yang tidak cocok susu sapi, dapat menyebabkan asupan nutrisi zat besi tidak adekuat.

“Namun tidak hanya zat besi, kombinasi zat besi dan vitamin C dengan rasio yang sesuai dapat membantu meningkatkan penyerapan zat besi di dalam tubuh si kecil. Oleh karena itu, penting untuk memberikan kepada buah hati kita sumber nutrisi yang kaya akan kedua nutrisi tersebut. Sumber makanan yang mengandung zat besi dapat diperoleh misalnya pada daging merah, ayam, ikan, sayuran dan bisa juga dilengkapi dengan susu berbasis isolat protein soya yang mengandung zat besi dan vitamin C agar ia bisa tetap tumbuh maksimal,” paparnya.

Program edukasi

Realita banyaknya kasus alergi ini menggugah PT Sarihusada Generasi Mahardhika (Sarihusada) menggelar serangkaian program edukasi hingga kampanye kesehatan. Edukasi dan kampanye ini sekaligus dalam rangka memperingati Pekan Alergi Dunia.

Hal ini ditujukan untuk mendukung orang tua dalam mencegah dan menangani kondisi tidak cocok susu sapi pada si kecil, dan mengatasi risiko kekurangan zat besi agar tumbuh kembangnya tetap maksimal.

Senior Brand Manager SGM Eksplor Soya Pro-gress Maxx, Anggi Morika Septie, mengatakan Sarihusada berkomitmen mendukung tumbuh kembang anak generasi maju, tidak terkecuali anak dengan kondisi tidak cocok susu sapi.

Tahun ini, Sarihusada menghadirkan inovasi produk untuk mendukung pemenuhan nutrisi lengkap dan seimbang bagi anak berusia di atas 1 tahun dengan kondisi tidak cocok susu sapi, agar tetap bisa tumbuh maksimal dengan dukungan nutrisi dari SGM Eksplor Soya Pro-gress Maxx. Produk ini memiliki kombinasi unik zat besi dan vitamin C, IronC, serta isolat protein soya berkualitas.

Sarihusada juga menghadirkan rangkaian program edukasi Festival Soya Generasi Maju dan menyempurnakan kampanye kesehatan Gerakan 3K menjadi menjadi 3K+.

“Kenali gejalanya, konsultasikan ke dokter yang bisa dilakukan melalui telepon atau online agar si kecil mendapat penanganan yang tepat. Kemudian Kendalikan faktor penyebab tidak cocok susu sapi dengan alternatif nutrisi yang tepat, serta kembangkan dan asah potensi prestasi si kecil dengan stimulasi yang tepat agar ia tumbuh maksimal dan siap jadi anak generasi maju. Edukasi ini bisa didapatkan secara lebih lengkap melalui website www.generasimaju.co.id/AlergiAnak,” kata Anggi.

Festival Soya Generasi Maju berlangsung pada 23 Maret hingga 3 April 2021. Dalam aktivitas tersebut, para bunda diajak untuk mengikuti berbagai kegiatan seperti sesi Tanya Dokter, Berbagi Tips dan Cerita untuk mendukung si kecil yang tidak cocok susu sapi tetap tumbuh maksimal, Tips mengembangkan potensi prestasi dengan stimulasi yang tepat untuk si kecil yang tidak cocok susu sapi dari psikolog anak dan keluarga.

Digelar pula Live Cooking bersama Celebrity Chef untuk mengajak bunda berkreasi dengan resep sehat berbahan dasar SGM Eksplor Soya Pro-gress Maxx yang juga mengandung zat besi serta aman untuk si kecil yang tidak cocok susu sapi.

“Melalui inovasi baru SGM Eksplor Soya Pro-gress Maxx dan rangkaian kegiatan edukasi dalam Festival Soya Generasi Maju, kami berharap para bunda dapat semakin tanggap dalam menangani kondisi tidak cocok susu sapi yang disertai risiko kekurangan zat besi pada si kecil serta dapat memenuhi kebutuhan nutrisi lengkap dan seimbang agar si kecil bisa tetap tumbuh maksimal dan siap jadi Anak Generasi Maju,” tandasnya. (*)