Tanah Bergerak di Prambanan Berpotensi Memicu Longsor

Tanah Bergerak di Prambanan Berpotensi Memicu Longsor

KORANBERNAS.ID, SLEMAN – DPRD Sleman meminta Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat mewaspadai potensi bencana alam longsor. Puncak musim hujan diprediksi terjadi Januari dan Februari ditandai hujan dengan intensitas tinggi.

Anggota Fraksi PKS DPRD Sleman, Sumaryatin, kepada koranbernas.id, Sabtu (6/2/2021), mengatakan berdasarkan prediksi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) DIY, Januari  dan Februari merupakan puncak musim hujan.

“Kami mengimbau BPBD Sleman segera mengambil langkah cepat mewaspadai potensi longsor di Dusun Losari Kalurahan Wukirsari Kapanewon Prambanan. Hujan yang turun dalam intensitas tinggi berpotensi menyebabkan terjadinya bencana alam tanah longsor,” kata Atin, panggilan akrab Sumaryatin.

Dia menyarankan, langkah pertama BPBD segera melakukan assesment pada daerah yang tampak gejala tanah longsor. Kedua, pemasangan EWS (Early Warning System) yang disepakati dan disosialisaikan kepada masyarakat. Ini dimaksudkan untuk mengurangi atau meminimalkan dampak bencana.

Langkah sigap BPBP melakukan mitigasi kebencanaan tanah longsor ini diharapkan mengurangi dampak bencana hingga nol persen korban jiwa dan sumber daya lainnya.

Atin yang juga sekretaris Komisi A DPRD Sleman ini  mengatakan kewaspadaan terhadap potensi bencana bisa dilihat dari tanda-tanda di lingkungan sekitar.

Contoh, pada saat terjadi hujan deras dengan durasi lama, maka warga yang tinggal di daerah rawan longsor harus waspada bencana. Kalau perlu, mengungsi sementara ke tempat yang lebih aman.

“Kami berharap adanya mitigasi ini, maka dampak dari bencana bisa ditekan sekecil mungkin,” kata Atin.

Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Sleman, Makwan, menyatakan penanganan tanah bergerak di tebing bukit Dusun Losari 1 RT 4 RW 6 Kelurahan Wukirharjo Kecamatan Prambanan, kemungkinan baru bisa dilakukan sepenuhnya pada musim kemarau.

“Penanganan tanah bergerak di Wukirharjo masih menunggu perkembangan, kemungkinan baru bisa dilakukan penanganan secara permanen pada musim kemarau,” kata dia.

Air masuk rekahan

Untuk mencegah air hujan masuk rekahan tanah, BPBD berupaya mengalirkan aliran air hujan ke area lain guna menekan risiko tanah longsor di daerah itu.

“Kalau air hujan sampai masuk rekahan tanah, maka akan rawan terjadi penggerusan tanah dan berpotensi tinggi terjadi longsor,” ungkapnya.

Makwan menambahkan, warga yang tinggal di bawah tebing diungsikan sementara ke tempat aman saat turun hujan. “Ada enam kepala keluarga (KK) terdiri 15 jiwa, di antaranya satu lansia dan dua balita yang harus diungsikan sementara jika terjadi hujan,” tambahnya.

Tanah pada bagian wilayah Wukirharjo rekah pada 1 Februari 2021, setelah hujan deras turun dalam waktu lama. Aliran air hujan memicu rekahan tanah selebar 30 sentimeter dan mengangkat cor blok jalan.

“Di sela-sela longsoran terdapat mata air. Panjang tanah yang bergerak 30 meter lebar, 25 meter tinggi, trap 5 meter,” jelasnya.

Rekahan tanah sudah ditutup dengan tanah dan alur air dibuat di sekitarnya untuk mencegah air masuk rekahan saat hujan.

“Saat ini belum dapat ditentukan langkah penanganan selanjutnya, apakah akan dibuat tanggul penahan tebing atau harus dengan upaya lain. Kami masih harus melihat kondisi tanah saat kemarau,” kata Makwan. (*)