Tanah Ada, Jika Dijual tidak Cukup untuk Biaya Cuci Darah

Biaya cuci darah atau hemodialisa di RSDS Kebumen setiap bulan rata-rata Rp 6 juta.

Tanah Ada, Jika Dijual tidak Cukup untuk Biaya Cuci Darah
Peserta program JKN Harjo Pawiro didampingi Sri  Wahyuni saat menjalani cuci darah di ruang Hemodialisa RSDS Kebumen, Selasa (24/6/2025). (nanang w hartono/koranbernas.id)

KORANBERNAS.ID, KEBUMEN -- Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) bagi keluarga Harjo Pawiro, warga Desa Waluyorejo Kecamatan Puring Kabupaten Kebumen, manfaatnya sangat membantu.

Harjo Pawiro (73) sebagai kepala keluarga sejak tahun 2018 hingga sekarang memanfaatkan program JKN untuk cuci darah (hemodialisa) di Rumah Sakit dr Soedirman (RSDS) Kebumen.

Seizin Direktur RSDS Kebumen dr Arif Khumedi MM, koranbernas.id menemui Harjo Pawiro di Ruang Hemodialisa, Selasa (24/6/2025).

"Jika tidak ada program JKN saya tidak bisa cuci darah selama tujuh tahun," ujar Harjo Pawiro, peserta JKN segmen Penerima Bantuan Iuran (PBI).

Keterbatasan ekonomi

Pada Keluarga Harjo Pawiro, peserta JKN ada empat orang. Salah seorang anak dari Harjo Pawiro, Sri Wahyuni (38) mengungkapkan, jika tidak ada program JKN, keluarganya memilih berhenti berobat termasuk cuci darah, karena keterbatasan ekonomi.

"Tanah ada, jika dijual tidak cukup untuk membayar biaya cuci darah, selama tujuh tahun," ujar Sri Wahyuni.

Diperoleh informasi, biaya cuci darah atau hemodialisa di RSDS Kebumen setiap bulan rata-rata Rp 6 juta. "Bapak sekarang sudah tidak bisa bekerja lagi," kata Sri Wahyuni.

Dua kali setiap pekan dia mondar mandir mengantar bapaknya naik motor untuk cuci darah. Harjo Pawiro berterima kasih kepada pemerintah.

Tanah dan rumah

Berkat program JKN keluarganya bisa mempertahankan harta, berupa tanah dan rumah untuk tempat tinggal keluarganya. "Bapak sehari-hari hanya bisa menyapu halaman," kata Sri Wahyuni.

Informasi yang diperoleh koranbernas.id, peserta JKN pasien cuci darah di RSDS Kebumen cukup  banyak. Ruang Hemodialisa beroperasi pukul 08:00 sampai 19:00 setiap hari, kecuali hari Minggu.

"Sehari dua shift jaga, selama jam kerja  tidak ada alat hemodialisis menganggur," ujar seorang petugas di ruang Hemodialisa. (*)