Susahnya Ubah Kebiasaan Pilah Sampah

Susahnya Ubah Kebiasaan Pilah Sampah

KORANBERNAS.ID – Kesadaran warga Kota Yogyakarta memilah sampah organik dan non-organik perlu digalakkan lagi. Mengubah kebiasaan memang susah dan tidak mudah.

Setidaknya, inilah pengakuan Kepala Bidang (Kabid) Ekonomi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Yogyakarta, Purnama Hadi Sutama.

“Kita perlu mengubah mindset masyarakat. Dulu sampah langsung buang, sekarang dikelola,” ujarnya saat menghadiri Kick Off Program CSR Green Warmindo Yogyakarta, Rabu (9/10/2019), di Hotel Sahid Yogyakarta.

Mewakili Walikota Yogyakarta yang berhalangan hadir,  Purnama menyampaikan semua pihak perlu memilah sampah untuk mengurangi volume sampah yang dikelola oleh Dinas Lingkungan Hidup (DLH).

Karena itu, dia mengapresiasi terobosan yang dilakukan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk Divisi Noodle Cabang Semarang yang berkomitmen membantu Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta mengurangi sampah di kota ini.

Keberhasilan program Green Warmindo di Semarang yang direplikasi di Yogyakarta diharapkan sebagai langkah awal menciptakan kota ini lebih nyaman lagi.

“Harapan kami Green Warmindo ini akan lebih meningkatkan kepedulian pengolahan sampah, sebagai bentuk kesadaran mencintai kota Yogyakarta,” kata dia.

Branch Manager Indofood Noodle Semarang, Devie Permana, menambahkan sebagai salah satu perusahaan besar di Indonesia, PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk Divisi Noodle Cabang Semarang memiliki beberapa program CSR.

“Terkait dengan kepedulian terhadap lingkungan, Indofood sangat concern terhadap sampah yang jumlahnya sangat banyak sekarang ini,” kata dia.

Kepada wartawan dia menyampaikan, pembinaan Bank Sampah sebagai salah satu program andalan Indofood yang telah dilaksanakan sejak 2016 terus dilakukan sampai sekarang.

“PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk Divisi Noodle Cabang Semarang sendiri sudah memiliki tiga unit binaan Bank Sampah besar di area Semarang,” jelasnya.

Tidak hanya bank sampah di level kelurahan, Indofood juga melakukan program Green Warmindo di Semarang sebanyak 35 outlet yang mengikuti.

“Program ini merupakan kepedulian Indofood terhadap sampah hasil produksi yang ada di masyarakat,” kata dia.

Bekerja sama dengan Pedagang Warmindo (burjo) di Semarang, Indofood sampai sekarang sudah membina 35 outlet Warmindo yang Cinta Lingkungan (Green Warmindo).

“Kami mengajak pedagang Warmindo untuk aware terhadap sampah. Dengan cara sistem pisah dan sortir sampah, kemudian sampah dikelompokan berdasarkan jenisnya,” tambahnya.

Total sampah yang sudah dikolek mencapai 10 ton sampah sampai sekarang.

Peserta Kick Off Program CSR Green Warmindo Yogyakarta mengikuti sesi foto bersama. (sholihul hadi/koranbernas.id)

Omzet meningkat

Dampak positif dari program ini, Warmindo yang menjalankan program itu menjadi lebih bersih dan rapi. ”Secara psikologis, outlet yang bersih dan rapi mengundang minat konsumen untuk makan di sana dan secara tidak langsung omzet penjualan meningkat,” ujar Devie Permana.

Yogyakarta sebagai salah satu pusat pemasaran Indofood Noodle Semarang juga menjadi konsentrasi Indofood melalui kegiatan CSR Green Warmindo dan Bank Sampah.

Bersama Pemkot Kota Yogyakarta dan Forum CSR Kota Yogyakarta, Indofood melakukan Kick Off program Green Warmindo dan pembinaan bank Sampah di kawasan Kecamatan Umbulharjo.

Menurut Devie, dari total 800-an outlet Warmindo, baru 45 yang ikut serta dalam program tersebut. Dengan bersinergi antara Bank Sampah dan outlet Warmindo di Yogyakarta, diharapkan akan menciptakan kota Yogyakarta yang lebih bersih dan sehat.

"Tidak hanya akan berhenti di sini, Kami akan terus melanjutkan dan mengembangkan program ini di Yogyakarta secara bertahap dan menjadikan kota Jogja yang bersih dan sehat," ujar Devie.

Kick Off program Green Warmindo ditandai penandatanganan komitmen oleh unsur pemerintah, Bank Sampah maupun perwakilan Warmindo.

Mereka berkomitmen saling mendukung pelaksanaan program itu di lapangan sebagai upaya mengurangi timbunan sampah.

Pada tahap awal, dipilih perwakilan 45 Warmindo dari empat kelurahan di Kecamatan Umbulharjo sebagai aktor utama sekaligus penggeraknya.

Devie menambahkan, program ini juga perlu dukungan dari konsumen. “Semoga langkah pertama ini akan secara berkala menjadi budaya dan menular ke daerah lain,” ujarnya. (sol)