Suporter Histeris, Gobak Sodor Virus Baru yang Menyebar di Pemda DIY

Kalah-menang tidak masalah yang penting guyub silaturahmi budaya.

Suporter Histeris, Gobak Sodor Virus Baru yang Menyebar di Pemda DIY
Pembukaan Lomba Permainan Tradisional Gobak Sodor Antar OPD Pemda DIY. (sholihul hadi/koranbernas.id)

KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA – Berdiri persis di samping pagar pembatas tribun penonton, sejumlah suporter berteriak-teriak histeris. Tak mau kalah, seorang ibu-ibu bergegas mengambil alih snare drum dari rekannya lantas memukulinya bertalu-talu seraya terus berteriak mendukung timnya yang sedang berlaga.

Ibarat virus baru, kegemaran terhadap olahraga permainan tradisional gobak sodor benar-benar menyebar di kalangan para pegawai Pemda DIY. Terbukti, Lomba Permainan Tradisional Gobak Sodor Antar OPD (Organisais Perangkat Daerah) Pemda DIY memperoleh sambutan antusiasme. 37 dari total 39 instansi di Pemda DIY menurunkan timnya.

Lomba yang pertama kalinya diselenggarakan Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada 25-26 September 2023 di GOR Among Raga Yogyakarta kali ini dibuka oleh Asisten Sekda DIY Bidang Sumber Daya Manusia, Aris Eko Nugroho, yang juga Paniradya Pati Kaistimewan DIY, Senin (25/9/2023), ditandai pemukukan genderang didampingi para pimpinan OPD.

Pembukaaan lomba berlangsung meriah. Diawali dari kontingen Biro Tata Pemerintahan Setda DIY, seluruh tim mengikuti defile dipandu atraksi penari Angguk.

Suporter memberikan dukungan timnya yang sedang berlaga. (sholihul hadi/koranbernas.id)

Dengan konstum yang beragam, masing-masing tim menampilkan kreasinya. Ada yang masuk lapangan sambil membunyikan othok-othok, mengenakan topi dari kertas koran, mengusung spanduk bahkan ada yang mengibarkan bendera instansinya.

Sejumlah spanduk juga terpasang pada tribun penonton antara lain bertuliskan Guyub Rukun OPD Pemda DIY Lumantar Gobak Sodor maupun tulisan lainnya berbunyi Lestarikan Permainan Tradisional DIY.

Kepala Dinas Kebudayaan DIY, Dian Lakhsmi Pratiwi, mengakui virus baru itu memang dalam beberapa bulan terakhir menyebar ke berbagai instansi.

Alhamdulillah. Luar biasa. Virus gobak sodor sudah merambah 37 dari 39 OPD. Pemantauan kami selama sebulan menjelang persiapan lomba, para pegawai berlatih setiap hari,” ungkapnya.

Kemeriahan defile peserta Lomba Permainan Tradisional Gobak Sodor Antar OPD Pemda DIY. (sholihul hadi/koranbernas.id)

Menurut dia, inilah keberhasilan menanamkan kegemaran terhadap olahraga tradisional di kalangan para pegawai Pemda DIY. Bagi mereka, proses selama berlatih lebih penting daripada lomba.

Terbukti pula, melalui permainan olahraga tradisional gobak sodor mampu tercipta kerukunan. Silaturahmi di antara pegawai menjadi lebih erat. Pelayanan kepada masyarakat pun meningkat. “Kalah-menang tidak masalah yang penting guyub silaturahmi budaya,” kata Dian sambil berpantun.

Pihaknya bekerja sama dengan Komite Permainan Rakyat dan Olahraga Tradisional Indonesia (KPOTI) DIY dan BPO (Balai Pemuda dan Olahraga). Pengurus Federasi Olahraga Rekreasi Masyarakat Indonesia (Formi) DIY juga diundang pada pembukaan lomba tersebut.

Mengingat peserta menyandang status Pegawai Negeri Sipil (PNS) maka sesuai aturan hadiahnya tidak berupa uang melainkan barang. Tahun ini dipilih pesawat televisi. ”Kami berharap kepada Paniradya Pati Kaistimewan semoga pada kegiatan tahun depan hadiahnya lebih besar,” kata Dian.

ARTIKEL LAINNYA: Direspons Luar Biasa, Lomba Gobak Sodor Antar OPD Pemda DIY 25-26 September 2023 di GOR Among Raga

Dari lomba bertema Ngleluri Kabudayaan Lumantar Olahraga Tradisional itu Dinas Kebudayaan DIY ingin event serupa bisa terselenggara sampai tingkat kalurahan.

Dengan begitu permainan tradisional gobak sodor yang sudah memperoleh sertifikasi Warisan Budaya Tak Benda Indonesia dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi RI bisa menyebar ke semua lapisan masyarakat DIY sekaligus menjadi salah satu sarana pemersatu.

Aris Eko Nugroho memberikan apresiasi kepada Kundha Kabudayaan DIY. Mewakili Sekda DIY dia menyampaikan patut disyukuri Yogyakarta memiliki keragaman budaya yang melekat di masyarakat.

Dilandasi jiwa dan semangat kebudayaan, salah satu ciri khas Yogyakarta itu perlu diwariskan lintas generasi. “Menang atau kalah sudah biasa, yang penting sehat semua,” kata Aris membalas pantun Dian Lakhsmi Pratiwi. (*)