Stimaryo Tanam 1.500 Mangrove di Destinasi Wisata Laguna Pengklik

Tiga perusahaan yaitu PT Jasa Maritim Services Indotama, PT Internusa Bahtera serta PT Karana Line turut ambil bagian.

Stimaryo Tanam 1.500 Mangrove di Destinasi Wisata Laguna Pengklik
Penanaman 1.500 pohon mangrove di Kawasan Laguna Pengklik, Kalurahan Srigading Bantul. (istimewa)

KORANBERNAS.ID, BANTUL -- Di tengah ancaman abrasi pantai dan kerusakan ekosistem pesisir, Sekolah Tinggi Maritim Yogyakarta (STIMARYO) mengambil langkah berani.

Dalam rangka Dies Natalis ke-60 Stimaryo, institusi ini menggagas gerakan penanaman 1.500 pohon mangrove di destinasi wisata Kawasan Laguna Pengklik Kalurahan Srigading Bantul yang berhadapan langsung dengan Laut Selatan.

"Kelestarian ekosistem pesisir bukan hanya tentang hari ini, tapi investasi untuk masa depan. Baik untuk konservasi lingkungan maupun potensi ekowisata," ujar Dr Wegig Pratama M Pd, Ketua STIMARYO, Jumat (27/9/2024).

Gerakan ini bukan sekadar seremonial. STIMARYO telah menjalin kerja sama resmi dengan Pemerintah Kalurahan Srigading melalui penandatanganan MoU, membuka jalan bagi penelitian dan pengabdian masyarakat berkelanjutan.

Berbagai elemen

Yang menarik, inisiatif ini berhasil menyatukan berbagai elemen. Sekitar 150 peserta terlibat, terdiri dari 80 taruna STIMARYO, 30 taruna SMKN 1 Sanden Bantul, 20 dosen dan sivitas akademika STIMARYO, serta Kelompok Konservasi dan masyarakat lokal.

Dukungan tak hanya datang dari kalangan akademis. Tiga perusahaan mitra STIMARYO yaitu PT Jasa Maritim Services Indotama, PT Internusa Bahtera serta PT Karana Line  turut ambil bagian menunjukkan keseriusan sektor industri dalam pelestarian lingkungan.

"Penanaman mangrove bukan hanya menciptakan ekosistem baru, tapi juga menjadi benteng alami pencegah abrasi dan pendorong ekonomi masyarakat," jelasnya.

Wegig Pratama berharap kerja sama ini menjadi awal dari simbiosis berkelanjutan. "STIMARYO berkomitmen terus berkontribusi dalam ilmu pengetahuan dan keterampilan untuk peningkatan kualitas hidup masyarakat pesisir," tandasnya.

Dengan aksi nyata ini, STIMARYO membuktikan bahwa institusi pendidikan bisa menjadi katalisator perubahan, mensinergikan akademisi, industri, dan masyarakat dalam upaya pelestarian lingkungan yang berdampak luas. (*)