Spanduk Penolakan Galian C Tiba-tiba Raib

Spanduk Penolakan Galian C Tiba-tiba Raib

KORANBERNAS.ID, KLATEN -- Puluhan spanduk penolakan rencana penambangan galian C dengan alat berat yang dipasang warga di tiga dusun di Desa Sukorini Kecamatan Manisrenggo Kabupaten Klaten dicopoti sekelompok orang.

Selanjutnya spanduk yang dipasang pada Selasa sore di Dusun Brangkali, Pijenan dan Plalangan itu ditumpuk di sebuah gubuk milik salah seorang warga di Dusun Brangkali.

Informasi yang dihimpun dari warga menyebutkan aksi pencopotan itu dilakukan pada Selasa (28/1) malam sekitar pukul 21:30 WIB. Warga yang melihat kejadian itu memilih tidak memberikan reaksi karena jumlahnya cukup banyak.

"Sorenya spanduk itu di pasang tapi malam harinya pada hilang karena dicopot sekelompok orang," kata warga, Rabu (29/01/2020).

Sekelompok warga yang mencopoti spanduk itu adalah warga Desa Sukorini yang disinyalir pro penambang. Namun untuk mencegah terjadinya gesekan antar warga, kelompok warga pemasang spanduk memilih tidak merespon sekalipun telah mengenali identitasnya kelompok warga yang mencopot.

Tidak sedikit warga yang menyesalkan aksi pencopotan spanduk penolakan itu. Sebab warga memasang spanduk itu bermaksud untuk menegakkan kesepakatan yang sudah ada di Desa Sukorini beberapa tahun lalu. Adapun kesepakatan itu kata warga yakni menolak adanya aktivitas penambangan galian C menggunakan alat berat (excavator atau backhoe)

Di tempat terpisah, Fauzan, salah seorang pengusaha yang pernah melakukan aktivitas normalisasi Kaliworo Desa Sukorini pada tahun 2007 mengaku pernah di demo karena menggunakan alat berat. 

"Yang memimpin aksi waktu itu Siswanto (Kades Sukorini saat ini). Dulu dia belum menjabat kades dan menolak adanya kegiatan yang menggunakan alat berat. Dan itu sudah menjadi kesepakatan," ujar mantan kepala desa di wilayah Kecamatan Delanggu itu.

Pernyataan serupa dikemukakan beberapa mantan pejabat di lingkungan Pemkab Klaten. Menurut mereka kesepakatan yang sudah ada di Desa Sukorini yakni penambangan dilakukan secara manual dan tidak boleh menggunakan alat berat.

Dipihak lain, Kepala Desa Sukorini Siswanto belum bisa dikonfirmasi terkait kejadian itu.(yve)