SMA di DIY Meraih 9 Medali Kompetisi Sains Nasional

SMA di DIY Meraih 9 Medali Kompetisi Sains Nasional

KORANBERNAS.ID, BANTUL--Pelajar SMA di DI Yogyakarta berhasil membawa pulang 9 medali dalam Kompetisi Sains Nasional (KSN) 2020. Kompetisi ini dilaksanakan oleh Pusat Prestasi Nasional (Puspresnas) Kemendikbud untuk siswa jenjang SMP dan SMA sederajat dalam bidang sains. Berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, di tengah pandemi dan kebijakan untuk belajar di rumah, KSN 2020 digelar secara daring.

Hal tersebut dibenarkan oleh Kepala Bidang Pendidikan Menengah Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) DIY, Isti Triasih saat dikonfirmasi, Kamis (22/10/2020).

Ia mengatakan, siswa DIY dapat sembilan medali dalam KSN yang digelar secara daring pada 16 Oktober 2020 lalu. Dari jumlah ini, lima medali di antaranya diraih oleh Tim Olimpiade SMA Kesatuan Bangsa (Kesbang).

“Selanjutnya, pemenang KSN akan mewakili Indonesia dalam ajang olimpiade sains di tingkat internasional,” jelasnya.

Salah satu siswa peraih medali emas asal SMA Kesatuan Bangsa, Glady Sajidah Azahra mengaku kesulitan dalam mengikuti kompetisi karena dilakukan secara online. Namun KSN menjadi pengalaman baru sekaligus menantang yang bisa diikutinya.

“Biasanya bidang kebumian praktiknya langsung di lapangan. Namun kali ini terpaksa harus dilakukan di rumah masing-masing dengan membuat dan menyiapkan alat praktik secara mandiri. Kompetisi kali ini sangat berkesan bagi saya,” imbuhnya.

Kepala SMA Kesatuan Bangsa, Ahmad Nurani mengungkapkan, dari lima medali, satu medali emas diraih Glady Sajidah Zahra untuk Bidang Studi Kebumian. Dua medali perak diraih Muhammad Alsamtu Tita untuk Bidang Studi Geografi serta Aulia Davetta Athif meraih medali perak Bidang Studi Geografi.

Sedangkan dua medali perunggu disumbangkan Muhammad Hazel Variansyah untuk Bidang Studi Astronomi serta Althaaf Syaikha Nuhaad di Bidang Studi Fisika.

“Capaian ini bukanlah perkara yang mudah karena tes dilakukan secara online di masa pandemi ini,” ujarnya.

Mengirimkan 15 siswa, tim olimpiade sekolah itu harus mengikuti sejumlah proses seleksi. Mulai dari ikut program Olimpiade Camp hingga pendampingan secara intensif bersama guru pembimbing.

Sekolah mempersiapkan siswa sejak jauh-jauh hari untuk menghadapi kompetisi tahunan tersebut. Hal ini sulit karena di masa pandemi ini, peserta harus mendapatkan bimbingan tanpa tatap muka.

“Kami harus memotivasi siswa untuk mempersiapkan diri meski dengan keterbatasan karena tidak bisa tatap muka. Namun dengan bekal teknologi digital, para siswa mendapat bimbingan dan suplai pengetahuan dari para guru,” jelasnya. (*)