Setiap Minggu Pon Ada Wisata Naik Gerobak Sapi Keliling Kampung

Setiap Minggu Pon Ada Wisata Naik Gerobak Sapi Keliling Kampung

KORANBERNAS.ID, BANTUL – “Wah, menyenangkan sekali naik gerobak sapi, teringat masa lalu banyak angkutan begini. Biayanya terjangkau," ucap Suprihati (52) warga Temanggung, Minggu (6/2/2021).

Hatik panggilan akrabnya, mengetahui ada wisata naik gerobak sapi dari temannya warga Bantul.

Bukan hanya Suprihati saja yang senang. Puluhan orang terlihat antusias naik gerobak sapi dari Lapangan Jodog Kalurahan Gilangharjo Pandak Bantul kemudian berputar mengelilingi jalan di kampung dan kembali ke lapangan tersebut.

Perjalanan memakan waktu sekitar 20 menit dengan biaya setiap gerobak sapi Rp 70.000 yang bisa dinaiki lima orang secara patungan.

Wisata naik gerobak sapi yang diberi nama Jodog Karangasem Wisata (Jodogkarta) itu diresmikan 2 Januari silam oleh Wakil Bupati Bantul,  Joko Purnomo.

Ketua paguyuban Jodogkarta, Tri Iswanto, mengatakan Ide ini muncul saat mereka menggelar pertemuan rutin paguyuban gerobak sapi "Guyub Rukun" setiap Minggu Pon. Paguyuban ini berdiri sejak tahun 2015.

"Kami  memang rutin mengadakan pertemuan setiap Minggu Pon hingga akhirnya terpikir membuat wisata naik gerobak sapi yang  juga dibuka setiap Minggu Pon," kata Tri kepada koranbernas.id di lokasi.

Pengendali gerobak sapi atau akrab disapa “bajingan” ini mulai melayani wisatawan pukul 06:30 hingga menjelang Dhuhur. Total anggota "Guyub Rukun" 35 pemilik gerobak sapi.

Menurut Tri Iswanto, sapi yang digunakan terdiri dari sapi penggemukan maupun sapi khusus untuk menarik gerobak angkutan. Harga sapi satu ekor berukuran besar bisa mencapai Rp 35 juta, bahkan ada yang lebih.

"Gerobak yang ditarik dua sapi ini memang harganya mahal. Banyak yang untuk klangenan. Khusus gribig atau penutup samping dari bambu kami pesan di wilayah Sleman. Gerobaknya dari kayu campuran," kata Tri. Agar tampil indah gerobak dicat warna warni.

Anggota DPRD Bantul, Eko Sutrisno Aji, mengatakan “bajingan” ini bukan hanya dari wilayah Gilangharjo namun dari berbagai penjuru Bantul. "Ini merupakan wisata alternatif yang mengajak wisatawan naik gerobak menyusuri jalan di perkampungan," katanya.

Secara terpisah Ketua Bamuskal Gilangharjo Muhammad  Zainul  Zain SAg mengapresiasi dan mendukung pengembangan wisata gerobak sapi tersebut. "Ini adalah salah satu upaya menggeliatkan ekonomi masyarakat," katanya.

Keberadaan Jodogkarta patut didukung dan diperkuat. Wisata ini turut melestarikan transportasi tradisional yang pernah berjaya pada masa lampau. Anak-anak dan generasi muda perlu mengenal moda transportasi tersebut.

Mbah Prapto selaku sesepuh “bajingan” mengatakan apabila tidak digunakan untuk wisata, gerobak ini ditaruh di rumah sebagai klangenan. "Sapi ada yang harganya sampai Rp 80 juta satu ekornya. Itu yang super sekali," katanya.

Selain rumput, biasanya sapi diberi jamu guna menambah stamina.

"Dulu gerobak sapi banyak digunakan untuk mengangkut barang dagangan ke pasar. Sekarang tidak, karena sudah banyak kendaraan bermotor," katanya. Biasanya petani menggunakan gerobak digunakan saat panen  untuk  mengangkut padi dari sawah. (*)