Semula Ingin Belajar Sastra, Sarjana Tunanetra Ini Lulus dari Prodi PLB

Semula Ingin Belajar Sastra, Sarjana Tunanetra Ini Lulus dari Prodi PLB
Muhammad Rifki, wisudawan UNY. (Istimewa).

KORANBERNAS.ID, SLEMAN -- Salah satu wisudawan UNY periode Agustus ini adalah Muhammad Rifki yang menyandang tunanetra. Menurutnya ia diterima di UNY melalui jalur mandiri setelah sebelumnya gagal masuk melalui jalur SNMPTN dan SBMPTN.

Siaran pers yang diterima koranbernas.id Minggu (3/9/2023) menjelaskan, alumni MAN 2 Sleman itu mengisahkan pilihannya ke UNY berdasarkan hal yang realistis. “Karena saya dari Madrasah Aliyah, maka apabila memilih PTN lain kan terlalu tinggi, maka saya pilih ke UNY. Dan alhamdulillah diterima,” kata mahasiswa prodi Pendidikan Luar Biasa Fakultas Ilmu Pendidikan dan Psikologi tersebut, Minggu (3/9) di GOR UNY usai wisuda.

Awalnya Rifki memilih prodi sastra Indonesia Fakultas Bahasa Seni dan Budaya sebagai tujuan awal kuliahnya karena memakai prestasinya di bidang karya tulis yang sudah mencapai juara tingkat provinsi. Namun Rifki diterima di prodi Pendidikan Luar Biasa yang dijalaninya hingga lulus dan diwisuda awal September ini.

Warga Payaman Magelang itu sempat ingin mencoba lagi tes masuk UNY tahun 2020 saat awal pandemi untuk masuk ke sastra Indonesia, namun salah seorang temannya menyarankan untuk tetap kuliah di PLB karena apabila pindah prodi akan mengalami kerugian umur selama satu tahun. Kebetulan juga pada saat pandemi itu tes masuk PTN mengalami beberapa kali penundaan akhirnya Rifki membatalkan niatnya mengikuti tes masuk PTN tahun itu.

Anak pasangan Zainuddin dan Aslickhah tersebut berkisah bahwa kebutaannya berawal saat ia terjatuh di kamar mandi saat kelas 3 SD dan terkena seng sehingga harus dijahit. “Pada saat itu sebenarnya juga ditawari operasi dengan kemungkinan 50:50. Tapi karena masih SD maka saya takut,” katanya. Saat SMP pun Rifki pernah ditawari operasi namun dengan probabilitas 75:25 sehingga Rifki memutuskan untuk tidak jadi operasi.

Selama mengikuti wisuda Rifki merasa puas dengan layanan yang diberikan UNY. “Disabilitas saya dilayani dengan sangat baik oleh UNY. Saat penerimaan ijazah ada yang menggandeng saya, dan bagi saya itu sangat luar biasa,” ujarnya. Ke depan Rifki berkeinginan untuk mencari pekerjaan sebagai guru tunanetra CPNS. “Namun karena CPNS guru tunanetra tidak setiap tahun ada maka saya juga akan mencoba studi lanjut S2. Dan saya tetap memiliki cita-cita dapat menjadi pengajar di UNY,” katanya. Selama kuliah di UNY Rifki mendapatkan beasiswa afirmasi dan berhasil lulus dengan predikat sangat memuaskan. Rifki juga berharap agar UNY lebih aksesibel pagi penyandang disabilitas, sehingga mahasiswa disabilitas dapat saling bertoleransi serta saling menjaga antara satu dengan lainnya. “Jangan menghitung apa yang hilang dari diri anda tapi manfaatkan apa yang tersisa dari diri anda,” pesan Rifki pada sesama penyandang disabilitas. (*)