Selain Jalan Rusak, Debu Proyek Tol Sebabkan Warga Senden Batuk dan Iritasi Kulit

Selain Jalan Rusak, Debu Proyek Tol Sebabkan Warga Senden Batuk dan Iritasi Kulit
Jalan Senden-Sekarsuli yang rusak berat akibat dilalui truk pengangkut material proyek jalan tol Jogja-Solo. (masalgurusinga/koranbernas.id)

KORANBERNAS.ID, KLATEN--Setelah sebelumnya mengeluhkan kondisi jalan yang rusak, warga Dukuh Wonorejo Desa Senden Kecamatan Ngawen Kabupaten Klaten, masih mengeluhkan dampak lain dari debu proyek jalan tol Jogja-Solo yang sedang dibangun pemerintah. Warga mengklaim, debu dari proyek jalan tol telah mengakibatkan anak-anak dan warga dewasa batuk dan terserang iritasi kulit.

Warga mendesak pihak pelaksana proyek jalan tol lebih intens melakukan penyemprotan, agar debu tidak kemana-mana.

Selain itu, mobilitas truk pengangkut material proyek jalan tol juga diminta untuk tidak melaju kencang. Sebab Dusun Wonorejo dan Dusun Kokap yang dilintasi truk pengangkut material jalan tol, merupakan kawasan padat penduduk dan lokasinya bersebelahan langsung dengan proyek jalan tol.

“Anak-anak dan orang dewasa pada batuk. Iritasi kulit juga. Padahal pihak tol tidak ada pemihakan atau perhatian,” kata Suroto warga Dukuh Wonorejo Desa Senden, Kamis (23/11/2023) pagi.

Senada dikemukakan Marjiyanto, warga Wonorejo lainnya. Menurutnya, selain debu yang dikeluhkan warga yakni mobilitas truk yang seringkali melintas wilayah mereka dengan kencang dari pagi hingga malam hari.

“Pukul 10 malam masih beroperasi. Itu melanggar. Kami yang tinggal di sebelah proyek pasti terganggu,” ujarnya.

Pengamatan di lapangan, kondisi jalan Senden ke arah proyek jalan tol Jogja-Solo rusak berat dan belum diperbaiki. Warga sekitar dan pengguna jalan mengeluhkan kondisi tersebut.

Kepala Desa Senden, Satya Sugiyanto saat dikonfirmasi merasa prihatin terhadap kondisi jalan di wilayahnya yang rusak akibat mobilitas truk pengangkut material proyek jalan tol.

Selain itu, hingga pukul 09:30 WIB juga belum dilakukan penyemprotan debu di sepanjang jalan oleh pelaksana proyek jalan tol. Padahal menurut warga, penyemprotan dilakukan setiap pagi dan setengah jam kemudian sudah berdebu lagi. (*)