Seharusnya Bayar Rp 850 Ribu, Tapi Ini Gratis
KORANBERNAS.ID -- Metoda Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) sejak beberapa tahun lalu menjadi prioritas penggarapan Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN).
Prioritas itu untuk calon akseptor baru maupun berganti cara yang semula rentan putus pakai. Meski pakai kartu BPJS namun biayanya tidak di-cover.
"Karena akseptor KB bukan orang sakit. Sedang BPJS meng-cover orang- orang sakit yang akan berobat," kata Sihana SPd, Kasubid Bina Kesertaan KB Jalur Wilayah dan Sasaran Khusus Kaperwil BKKBN DIY menjawab pertanyaan koranbernas.id, Senin (14/10/2019), di RS Happy Land Yogyakarta.
Saat itu dia menunggui pelaksanaan bakti sosial Medis Operatif Wanita (MOW) salah satu cara MKJP.
Setiap ibu seharusnya membayar Rp 850.000 plus beberapa pengeluaran lain. "Tetapi ini gratis... tis, biaya ditutup oleh BKKBN," kata dia
Hari itu dijadwalkan 21 orang ibu menjalani MOW, ditangani tim medis ahli gabungan dari RSUP Dr Sardjito serta RS Happy Land. Mereka berasal dari Kabupaten Bantul 8 orang dan Kabupaten Kulonprogo 13 orang.
Menurut Korlap PKB Kecamatan Dlingo, Joko Iswantoro, dari Bantul meliputi 3 Kecamatan di antaranya Imogiri dan Dlingo.
Sihana menjelaskan pada 17 Oktober di Happy Land akan berlangsung lagi MOW bagi 5 akseptor dari Bantul dan 16 dari Gunungkidul.
Pada tahun ini baksos MOW juga akan berlangsung di RSUD Gunungkidul serta Bantul. Kapan jadwalnya hingga kini masih dibicarakan.
Permohonan untuk MOW, menurut Sihana, sangat tinggi. Dari Bantul 50 orang, Sleman 45 orang. Belum Gunungkidul dan Kulonoprogo.
MOW memang tidak bisa dilakukan secara massal dalam waktu singkat karena berkaitan dengan ketersediaan tenaga medis ahli, waktu penanganan yang relatif tidak bisa cepat dan harus dilakukan di fasilitas kesehatan.
Menurut dia, MOW diperuntukkan ibu-ibu dengan persyaratan tertentu. Di antaranya sudah tidak ingin tambah anak lagi karena sifatnya permanen atau mantap.
“Idealnya sudah punya tiga anak atau kurang dan yang penting tidak ingin anak lagi. Usia juga akan nenjadi faktor pertimbangan,” terangnya.
Khastalib warga Temon Kulonprogo mendukung istrinya menjalani MOW. (arie giyarto/koranbernas.id)
Dukungan suami
MOW memang harus ada persetujuan suami. Hery Setiawan (35), asal Jati Desa Sriharjo Kecamatan Imogiri Bantul merupakan sosok suami yang memberikan dukungan penuh terhadap istri untuk menjalani MOW.
Sara Cahya Utari (27) salah seorang ibu yang Senin itu akan menjalani MOW. "Anak sudah 3, jadi cukuplah untuk membentuk keluarga bahagia. Sudah tidak ingin menambah anak lagi," kata Hery menjawab pertanyaan koranbernas.id.
Masalah utama yang dihadapi adalah bagaimana mempersiapkan anak-anaknya menjadi sumber daya manusia berkualitas memasuki era persaingan ketat di masa depan.
Kini mereka berusia 8 tahun, 4 tahun dan 3 tahun. Awalnya Sara, guru Pramuka di SD desa setempat itu memang merencanakan 2 anak saja.
Tapi Allah memberikan karunia satu lagi yang diakui Hery sebagai kebobolan tetapi tetap disyukuri sebagai karunia-Nya.
Pria dengan pekerjaan freelance berpenghasilan minimal Rp 4 juta per bulan itu tidak begitu risau dengan biaya hidup.
Apalagi Hery sudah mampu mandiri dengan membangun rumah sendiri meski di atas tanah warisan dari orangtuanya.
Tiga orang ibu antre siap menjalani MOW di RS Happy Land Yogyakarta. (arie giyarto/koranbernas.id)
Gemuk
Berbeda dengan Sumartini (44) asal Temon Kulonprogo. Biaya pendidikan dirasakan cukup berat karena dua anaknya sekolah di sekolah swasta. "Saya hanya kerja serabutan," kata Kasthalib (50) ayahnya yang sekarang.
Sebenarnya Sumartini juga sudah berusaha melindungi kehamilan. Pernah pakai IUD, suntikan dan pil. Tapi dua alat kontrasepsi terakhir ini membuat badannya jadi semakin gemuk. Sesuatu yang tidak disukai kebanyakan wanita.
Seorang anaknya sudah berusia 25 tahun, sudah menikah dan sudah kerja. Kedua lulus SMA dan sekarang menjadi sales sebuah produk motor. Sedangkan bungsu kelas 3 SMP.
"Sudah mantap jalani MOW," kata Sumartini. Selain sangat aman dari kemungkinan hamil dia juga berharap agar badannya bisa langsing seperti dulu. Tidak bertambah gemuk seperti sekarang ini. (sol)