Sampah Diolah Jadi Pakan Ikan

Sampah di TPS Piyungan menggunung bahkan lebih tinggi dari gunung di sebelahnya.

Sampah Diolah Jadi Pakan Ikan
Bupati Abdul Halim Muslih melihat lokasi budi daya maggot dari hasil pengolahan sampah organik. (sariyati wijaya)

KORANBERNAS.ID, BANTUL -- Bupati Bantul H Abdul Halim Muslih meresmikan Fasilitas Pengelolaan Sampah Organik Eco Village Menuju Yogyakarta Asri dan Bersih di Dusun Petung RT 002 Kalurahan Bangunjiwo Kasihan Bantul, Sabtu (4/5/2024). Fasilitas ini merupakan bantuan dari sebuah bank swasta dan juga salah satu  yayasan sosial.

Usai meresmikan, bupati berkeliling lokasi pengelolaan sampah. Terlihat sampah dari masyarakat yang dikumpulkan kemudian  dipilih dan didaur ulang. Sampah organik dibuat pupuk yang dapat mengurangi jumlah sampah sekaligus menghasilkan nilai ekonomi. Selain itu juga dikembangkan budi daya maggot sebagai pakan ikan hias ataupun lele.

Maggot merupakan larva dari lalat tentara hitam (Black Soldier Fly), spesies lalat yang berasal dari benua Amerika dan dapat hidup pada iklim tropis. Maggot merupakan serangga yang tidak berbahaya bagi manusia yang memiliki potensi sebagai pakan alternatif ikan dan solusi penanganan sampah organik.

Selain itu, juga dapat menjadi solusi permasalahan mengenai harga pakan ikan lele yang mahal. Selain mengandung karbohidrat, lemak air dan abu, serangga itu juga memiliki kandungan antimikroba dan antijamur, sehingga apabila dimakan oleh ikan akan meningkatkan daya tahan tubuh dari serangan penyakit yang berasal dari bakteri dan jamur. Warga setempat sudah diajarkan budi daya serangga tersebut.

"Saya mengucapkan terima kasih dan apresiasi kepada pihak yang sudah memberikan bantuan untuk mengatasi persoalan sampah di Kabupaten  Bantul. Saya lihat apa yang dilakukan di tempat ini akan memberikan manfaat secara luas bagi masyarakat, selain untuk penanganan sampah juga mampu meningkatkan ekonomi," katanya.

ARTIKEL LAINNYA: Berpakaian Petani, Untoro Mendaftar Bacabup ke Partai Demokrat

Pengolahan sampah, menurut bupati, sangat penting dalam rangka mengurangi volume sampah yang dibuang ke Tempat Pembuangan Sampah (TPS). Belajar dari permasalahan di TPST Piyungan, di tempat tersebut sampah diolah menggunakan cara-cara yang tradisional. Sampah ditaburi tanah lalu ditumpuk sampah lagi, ditaburi tanah lagi begitu seterusnya.

Akhirnya sampah di TPS Piyungan menggunung bahkan lebih tinggi daripada gunung sebelahnya serta banyak menimbulkan permasalahan. TPST yang dulunya untuk membuang sampah dari wilayah Kota Yogyakarta, Sleman dan Kabupaten Bantul atau Kartamantul ini ditutup secara permanen.

"Kami dari Pemerintah Kabupaten Bantul mendorong masyarakat mengolah sampah di lingkungan masing-masing sehingga volume sampah yang terbuang juga menurun," katanya.

Pengelolaan sampah memang harus dilakukan secara mandiri oleh masyarakat. Diakui masa transisi memang tidak mudah seperti saat ini karena pasti banyak tantangan. Namun demikian upaya-upaya harus terus dilakukan sehingga sampah tidak menjadi permasalahan di masa yang akan datang karena bisa tertangani dari lingkungan terkecil.

"Kami dari Pemerintah Kabupaten Bantul membuka diri dan  menyampaikan selamat datang kepada siapa pun  dan terima kasih kepada pihak-pihak yang peduli dan turut terlibat secara langsung upaya pengelolaan sampah yang lebih baik, lebih beradaptasi dan  lebih modern di Kabupaten Bantul  Pak Lurah, Pak Dukuh dan warga masyarakat Petung marilah kita sambut kolaborasi ini agar Petung  menjadi kampung  yang bersih, yang asri," katanya. (*)