Salat Tarawih di Masjid Agung Sleman Tanpa Disertai Kultum

Salat Tarawih di Masjid Agung Sleman Tanpa Disertai Kultum

KORANBERNAS.ID, SLEMAN -- Masjid Agung Dr Wahidin Soedirohoesodo Kalurahan Tridadi Kapanewon Sleman siap menyelenggarakan salat tarawih berjamaah pada Ramadan 2021.

Kepala Bagian Kesra Sleman, Iriansya, menjelaskan ibadah salat tarawih digelar seperti salat jamaah harian yang selama inu sudah berjalan di masjid ini, dengan tetap menerapkan protokol kesehatan pencegahan Covid-19 secara ketat.

“Terkait ceramah dan kultum sebelum salat tarawih akan ditiadakan. Dimungkinkan akan menyelenggarakan kultum pada waktu Subuh. Karena saat subuh, jamaah dari kalangan masyarakat setempat,” kata Iriansya kepada awak media di pendopo Parasamya Sleman, Selasa (6/4/2021).

Kegiatan buka puasa bersama di Masjid Agung Sleman juga tetap dilaksanakan. Hanya saja, mengingat masjid tersebut kerap dimanfaatkan musafir, pihaknya menyelenggarakan buka puasa bersama secara terbatas.

“Untuk mencegah klaster baru penularan Covid-19  semua kegiatan tetap melaksanakan penerapan protokol kesehatan secata ketat,” papar Iriansya.

Selaku Takmir Masjid Agung Sleman pihaknya juga akan mengeluarkan surat edaran. Isinya merujuk Surat Edaran yang dikeluarkan Kemenag Sleman.

Kasubag TU Kemenag Sleman, Tulus Dumadi, menjelaskan di dalam surat edaran itu terhitung 5 April 2021 telah dianjurkan supaya sahur dan buka puasa dilakukan di rumah masing-masing.

Salat Tarawih dan Idul Fitri nantinya harus mematuhi pembatasan jumlah kehadiran paling banyak 50 persen dari kapasitas ruangan dan menghindari kerumunan.

Pembatasan kapasitas juga berlaku pada ibadah jamaah salat fardu lima waktu, salat Tarawih dan Witir, tadarus Al Quran, dan iktikaf.

“Di lokasi, antar-jamaah menjaga jarak aman satu meter. Setiap jamaah membawa sajadah atau mukena masing masing,” terangnya.

Dalam SE itu juga diatur tentang kultum Ramadan dan Kuliah Subuh paling lama berdurasi 15 menit. “Peringatan Nuzulul Quran di masjid/mushala, dilaksanakan dengan pembatasan jumlah audiens paling banyak 50 persen dari kapasitas ruangan dengan penerapan protokol kesehatan secara ketat,” tambah Tulus.

Pengurus masjid atau mushala diminta menyemprot disinfektan secara teratur serta menyediakan sarana cuci tangan di pintu. (*)