Ryu Hasan : Jangan Sampai Sakit Hati, Hentikan Kebiasaan Membuka Ponsel Pasangan

Ryu Hasan : Jangan Sampai Sakit Hati, Hentikan Kebiasaan Membuka Ponsel Pasangan

KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA—Rasa penasaran dan kadang curiga serta cemburu, membuat kita secara diam-diam seringkali membuka dan mengecek isi ponsel pasangan. Namun, apabila tidak ingin sakit hati, kebiasaan ini sebaiknya dihentikan dan dihilangkan.

Berbicara di depan 65 kaum milenial di Yogyakarta, dr Ryu Hasan Sp. BS mengatakan, masyarakat kita seringkali bersikap rese, usil dan selalu ingin tahu apapun yang dilakukan pasangan.

“Ada saja yang suka buka ponsel milik pasangan. Cek sana cek sini. Apa dia siap sakit hati kalau tahu isi ponsel pasangan?. Sudah jangan usil, nanti kalau tahu malah marah. Padahal pasangan kita tidak ngasih tahu justru mungkin khawatir kita marah,” kata Ryu Hasan, pada “Talkshow Cedera Otak Berat Akibat Trauma Patah Cinta”, yang digelar oleh AA Creative di Sleman Jumat (14/2/2020).

Bagi Ryu Hasan, hubungan suami istri, hubungan dengan pacar dan lain sebagainya, perlu terus dilatih. Selain mengembangkan kecerdasan emosi, latihan ini juga penting untuk mengembangkan kecerdasan sosial.

Selain itu, sebagai individu, setiap orang juga harus belajar untuk menghargai wilayah private orang lain, sekalipun itu pasangan kita.

“Jangan membiasakan emosi melanggar dan membajak rasionalitas. Itu akan berbahaya. Jangan pula kita selalu mempersoalkan masa lalu. Mengapa, karena setiap orang mempunyai masa lalu. Entah yang baik atau yang buruk. Akan lebih baik fokus dengan masa sekarang dan masa depan,” kata Ryu.

Menurut Ryu, apa yang terjadi di masyarakat kita saat ini, memang merupakan dampak langsung dari sistem pendidikan yang selalu lebih mengejar aspek kognitif ketimbang menyentuh aspek kecerdasan emosi peserta didik. Padahal kecerdasan emosi, menjadi dasar dari kecerdasan sosial.

Dalam kehidupan sehari-hari pun, sekitar 90 persen kehidupan itu di dikendalikan atau di drive oleh kecerdasan emosional dan sosial.

“Untuk apa melatih anak menghitung cepat? Kan ada kalkulator. Dari dulu seperti itu,” kata Ryu mencela.

Kecerdasan emosi, perlu terus dilatih, Porsi ini harus diberikan lebih longgar, agar kecerdasan emosi berkembang maksimal bagi setiap orang.

Ryu lantas mencontohkan, bagaimana cara Jepang mendidik warganya agar disiplin.

“Di Jepang, anak-anak sejak dini dilatih untuk menjaga kebersihan dengan menyimpan sampah di saku atau di tas dan selanjutnya dibuang di tempat sampah. Kalau di Indonesia, ada sampah di saku atau tas, justru dimarahi orangtua. Begitu pula budaya antre, sejak dini mereka dilatih untuk antre sembari praktek. Ditunjukkan, kalau antre tertib maka hanya butuh 10 menit untuk dilayani. Sebaliknya kalau semua berebut, maka pelayanan butuh waktu misalnya 1 jam. Jadi mereka harus benar-benar tahu dan memahami kepentingannya,” papar Ryu Hasan lanjut.

Almira dari AA Creative menambahkan, talkshow ini merupakan salah satu upaya untuk mengisi peringatan Hari Valentine. Dia melihat, ada kecenderungan remaja-remaja zaman sekarang abai dengan kecerdasan emosi dan kecerdasan sosial. (SM)