Revolusi Transportasi, KAI Bandara Pecahkan Rekor 2,7 Juta Penumpang

Revolusi Transportasi, KAI Bandara Pecahkan Rekor 2,7 Juta Penumpang
Calon penumpang KA Bandara melakukan tapping tiket di pintu masuk Stasiun Yogyakarta. (istimewa)

KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA–Pada semester pertama 2024, KAI Bandara tanpa sadar menjadi bagian dari sejarah baru transportasi Indonesia. PT Railink (KAI Bandara) mengumumkan bahwa mereka telah melayani lebih dari 2,7 juta penumpang dalam enam bulan pertama tahun ini, memecahkan rekor dan menandai titik balik dalam pola transportasi perkotaan nasional.

“Ini bukan sekadar angka, tapi cerminan perubahan fundamental cara masyarakat Indonesia berpindah,” ujar Sosiawan Surbakti, Corporate Communications KAI Bandara, dalam keterangan tertulisnya pada Jumat (11/7/2024).

Masyarakat menjadi bagian transformasi nyata dari ketergantungan pada kendaraan pribadi menuju adopsi massal transportasi publik yang efisien dan berkelanjutan.

Pencapaian ini menunjukkan peningkatan tajam sebesar 35% dibandingkan periode yang sama tahun lalu, dengan Medan mencatatkan 1.410.950 penumpang dan Yogyakarta menyumbang 1.298.356 penumpang. 

Angka-angka ini tidak hanya menggambarkan pemulihan sektor transportasi pasca-pandemi, tetapi juga mengindikasikan pergeseran preferensi masyarakat terhadap moda transportasi yang lebih cepat dan ramah lingkungan.

KA Bandara Kualanamu di Medan melayani 115.327 penumpang, sementara KA Srilelawangsa yang menghubungkan Bandara Kualanamu dan Binjai mencatatkan 1.295.623 penumpang. Di Yogyakarta, YIA Xpress dan YIA Reguler masing-masing melayani 420.592 dan 877.764 penumpang.

Momentum puncak terjadi selama musim mudik Lebaran 2024, dengan total 208.076 penumpang menggunakan layanan KAI Bandara di kedua kota dalam rentang 5-16 April. 

Rekor harian tertinggi dicapai di Yogyakarta pada 15 April dengan 11.626 penumpang, menunjukkan peran vital KAI Bandara dalam memfasilitasi pergerakan massal selama periode puncak.

“Kami menyaksikan perubahan paradigma. KA Bandara kini bukan lagi sekadar pilihan, tapi kebutuhan. Ini mencerminkan kematangan masyarakat dalam memilih transportasi yang tidak hanya efisien, tapi juga berdampak positif bagi lingkungan,” tambahnya.

Kesuksesan ini membawa tantangan baru bagi KAI Bandara. Perusahaan kini menghadapi urgensi untuk meningkatkan kapasitas dan frekuensi layanan, terutama di jam sibuk dan musim liburan. 

“Kami sedang dalam tahap finalisasi rencana ekspansi armada dan peningkatan infrastruktur untuk mengakomodasi pertumbuhan permintaan ini,” ungkap Sosiawan.

Dampak positif dari lonjakan pengguna KAI Bandara juga dirasakan oleh sektor pariwisata dan ekonomi lokal. Kemudahan akses ke bandara telah mendorong peningkatan kunjungan wisatawan ke destinasi populer seperti Candi Borobudur di Yogyakarta dan Danau Toba di Sumatera Utara.

Ke depan, KAI Bandara berencana untuk memperluas jangkauan layanannya ke kota-kota besar lainnya di Indonesia. “Visi kami adalah menciptakan jaringan transportasi terintegrasi yang menghubungkan pusat kota, bandara, dan destinasi wisata utama di seluruh negeri,” ungkapnya.

Sebagai penutup, Sosiawan menekankan komitmen KAI Bandara terhadap inovasi berkelanjutan. Pencapaian ini hanyalah awal. Pihaknya berkomitmen untuk terus mendorong batas-batas teknologi dan layanan, menciptakan pengalaman perjalanan yang tidak hanya efisien, tapi juga menyenangkan bagi setiap penumpang.

Dengan capaian ini, KAI Bandara tidak hanya membuktikan diri sebagai pionir dalam revolusi transportasi perkotaan Indonesia, tetapi juga sebagai katalis perubahan menuju masa depan mobilitas yang lebih cerdas, terintegrasi, dan ramah lingkungan. 

Sementara 2,7 juta penumpang telah menjadi bagian dari sejarah ini, jutaan lainnya diperkirakan akan segera bergabung, membentuk lanskap baru transportasi nasional. (*)