Puluhan Keris Dipamerkan, Salah Satunya dari Zaman Majapahit

Puluhan Keris Dipamerkan, Salah Satunya dari Zaman Majapahit
Pergelaran Mahakarya Keris Kamarogan Nusantara di Ndalem Poenakawan. (muhammad zukhronnee muslim/koranbernas.id)

KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA -- Memperingati Hari Kebangkitan Nasional, Sanggar Keris Mataram (SKM) menghelat Pagelaran Mahakarya Keris Kamarogan Nusantara di Ndalem Poenakawan, Sabtu (27/5/2023).

Tak kurang 27 bilah Keris Kamarogan dari belasan kolektor nasional ditampilkan. Beberapa kolektor yang ikut hadir memamerkan koleksi karya masterpiece-nya, antara lain Nurjianto dengan Keris Majapahit, Sang Hyang Antaboga, AMY.

Adam Prastitojati dengan keris Sepang, Kanjeng Kyahi Anggrek, Yogi Adiningrat dengan Kanjeng Khayi Manggolo Rekso – Singo Barong Luk 7, Sonny Handoko dengan keris Tilam Upih era HB I, Nyai Sekar Anggrek, I Made Puja Yasa dengan koleksi waris dari Kerajaan Bangli, Rangga Wilah, Luk 15.

Mamen dengan Keris Naga Basuki bermahkota emas, Agus Hermawan dengan Keris Lurus Jalak Ngore dari era HB VII yang bergandik unik berujud Gupala dengan kinatah emas. Ustad Salim A. Fillah dengan koleksi Keris Panji Penganten era Majapahit berluk tujuh, Kanjeng Kyahi Panji Kencana.

Selain Pagelaran Keris Kamarogan, untuk pertama kalinya SKM juga ikut memberi Penghargaan Anugerah Budaya Bidang Pelestari Tosan Aji Nusantara bagi tujuh orang insan Pelestari Tosan Aji yang hingga hari ini masih tetap berkomitmen bergerak dan bekerja bersama demi lestarinya tosan aji Nusantara.

Mereka adalah Ki Sungkowo Harumbrodjo (Mpu Keris Yogyakarta), Ki Subandi Suponingrat (Mpu Keris Surakarta), Dr Ir Hasto Kristiyanto MM (Sekretaris Jenderal Senapati Nusantara), Jejeneng Mpu Keris (JMK), Pande Wayan Suteja Neka (Founder Museum Keris Neka Art Museum (NAM), Ubud - Bali), KPA.

Selanjutnya Wiwoho Basuki Tjokronegoro (Kolektor, Pemerhati Budaya danKeris Nasional), Nugroho Eko Setyanto S Sos MM (Kepala Dinas Kebudayaan – Kundha Kabudayan – Kabupaten Bantul) dan MM Hidayat (Ketua Pengurus Harian (KPH) Senapati Nusantara dan Ketua PATAKA Surabaya.

"Pergelaran ini menjadi berbeda karena tanpa adanya bursa jual-beli keris dan tosan aji seperti lazimnya. Kami di SKM ingin mencoba mengenalkan dan memperluas jejaring seni tradisi tosan aji, khususnya untuk tingkat Keris Kamarogan ke masyarakat umum," kata Nurjianto yang akrab disebut Gus Poleng, kepada wartawan.

Kegiatan ini merupakan bagian dari gerakan apresiasi untuk mencintai keris sebagai salah satu warisan budaya adiluhung bangsa, serta ikut berpartisipasi dalam upaya pelestarian seni budaya tradisi melalui Pameran Seni Tosan Aji.

"Khususnya Keris Kamarogan pilihan dari para kolektor keris nasional. Demi mengangkat kembali, peran, citra dan gairah para peminat dan kolektor Keris Kamarogan pascapandemi tahun lalu," lanjutnya.

Lebih lanjut, dia menyampaikan pemerintah juga harus ikut memberikan ruang pengayoman yang komprehensif dan berkelanjutan bagi Budaya Tosan Aji sebagai salah satu aset budaya bangsa.

Hal ini perlu agar tak hanya berhenti untuk dipamerkan, tapi juga harus diikuti dengan kesadaran, keterlibatan dan kepemilikan bersama untuk membangun ekosistem dari hulu ke hilir dalam usaha dan upaya pelestariannya.

"Hal ini sesuai dengan amanah Undang-Undang Pemajuan Kebudayaan yang kini tengah digiatkan implementasinya oleh Pemerintah Pusat, melalui Kemendikbud RI,” pesan mantan Duta Besar Singapura dan Direktur Jenderal Amerika dan Eropa, Kementerian Luar Negeri RI ini.

Salah seorang pembina SKM, Ki Budiharja, berharap agenda perhelatan semacam ini bisa menjadi agenda kalender tetap bagi SKM dengan tema-tema yang tentunya berbeda dalam setiap eventnya.

"Sehingga dapat ikut mengedukasi masyarakat pecinta dan pemerhati seni tradisi khususnya keris, juga bagi masyarakat luas pada umumnya, wisatawan nusantara dan mancanegara. Serta, bagi pelajar, mahasiswa, peneliti, ilmuwan, praktisi seni dan budaya di Yogyakarta dan sekitarnya,” ungkap Ki Budiharja yang lama berkecimpung aktif di dunia pelestarian warisan budaya benda dan tak benda di tanah air. (*)