Puluhan Keluarga di Gunungkidul Menolak Pemberian Bansos

Menilai dirinya sudah mampu dan memberi kesempatan warga miskin lainnya.

Puluhan Keluarga di Gunungkidul Menolak Pemberian Bansos
Seorang warga Kapanewon Patuk menyerahkan surat pernyataan kepada Bupati Gunungkidul Sunaryanta, mengundurkan diri sebagai penerima bansos. Kamis (21/3/2024). (istimewa)

KORANBERNAS.ID, GUNUNGKIDUL -- Puluhan Keluarga Penerima Manfaat (KPM) Peserta Bansos Progam Keluarga Harapan (PKH) di Kapanewon Patuk, Gunungkidul, mengundurkan diri dan menolak bantuan yang akan diberikan. Deklarasi pengunduran diri dilaksanalan di Pendopo Kapanewon Patuk, Kamis (21/3/2024).

Bupati Gunungkidul, Sunaryanta, mengatakan pengunduran diri mereka bukan tanpa sebab melainkan sudah merasa mampu secara finansial, sehingga tak mau lagi menerima bantuan dari pemerintah.

"Total ada 53 KPM yang sudah dinyatakan graduasi mandiri. Istilah tersebut ditujukan kepada KPM yang dengan kesadaran diri mundur dari daftar penerima bantuan PKH," kata Sunaryanta.

Orang nomor satu di Gunungkidul ini mengatakan langkah yang diambil ini dapat memberikan pembelajaran kepada masyarakat. Mereka mundur dengan kesadaran sendiri. Karena merasa sudah mampu. Sudah punya pekerjaan yang mapan.

"Mereka mempunyai penghasilan yang bisa mencukupi kebutuhan setiap bulannya utamanya untuk mencukupi kebutuhan pembiayaan sekolah putra putrinya," tambah bupati.

ARTIKEL LAINNYA: Pemkab Sleman Menyalurkan Bantuan Kebencanaan

Sunaryanta mengatakan, deklarasi pengunduran diri sebagai peserta bansos PKH Secara mandiri ini diharapkan dapat ditiru masyarakat lainnya sehingga dapat memberikan kesempatan kepada warga miskin lain yang berhak dan tepat menerima.

"Ya mudah-mudahan dapat direplikasi, ini gerakan yang bagus sekian banyak warga mengembalikan bantuan kepada negara karena sudah merasa mandiri," tegasnya.

Panewu Patuk, Imam Santoso, mengatakan gerakan graduasi mandiri ini muncul dari inisiatif warga masyarakat. Mereka menuliskan surat pengunduran diri sebagai peneriman bansos dan surat diserahkan langsung kepada bupati.

"Banyak dari mereka yang kini memiliki usaha yang bagus. Kemarin dianggap tidak mampu sekarang mereka sudah mampu dan memiliki martabat," tegas Imam.

Salah seorang warga yang mengikuti gerakan graduasi mandiri,  Riarni, mengatakan alasan pengunduran diri dari Bansos PKH tersebut karena memberi kesempatan kepada warga lain yang lebih membutuhkan.

Warga Padukuhan Salak Kalurahan Semoyo Patuk ini mengaku mendapat PKH sejak tahun 2018. "Saya merasa sudah mampu dan biar gantian saja. Sebelumnya saya mendapatkan bantuan Rp 750 ribu yang diterima setiap bulan, untuk pembiayaan anak sekolah," ungkapnya. (*)