Pesan Menyentuh TGB di Ndalem Sambisari, Rawat Dua Sumur, Tak Semua Bangsa Punya
KORANBERNAS.ID, SLEMAN – Ulama sekaligus ahli tafsir Al Quran yang juga seorang politisi, Tuan Guru Bajang (TGB) Muhammad Zainul Majdi, memberikan pesan-pesan kebangsaan yang menyentuh saat bersilaturahim di Ndalem Sambisari 234 Kalasan Sleman.
Di kediaman Faried Jayen Soepardjan, Sabtu (20/8/2022) malam, di hadapan perwakilan Pemuda Pancasila DIY, FKPPI DIY, mahasiswa maupun jajaran pengurus Partai Perindo se-DIY, peraih gelar doktor dari Universitas Al-Azhar Kairo itu juga mengupas kondisi bangsa terkini beserta solusinya.
Indonesia, kata TGB, memiliki dua sumber mata air ibarat dua sumur yang tidak pernah habis airnya, yaitu agama dan budaya. Keduanya tidak ternilai harganya, maka harus tetap hidup dan dirawat dengan baik.
“Insyaallah Indonesia menjadi bangsa terdepan dan terhebat karena tidak semua bangsa punya dua sumur. Jangan sampai satu sumur dirapiin dan dibagusin satu lainnya diurug. Alhamdulillah dua sumur itu kita tidak perlu menggali, tinggal merawatnya. Saya lihat di DIY dua sumur itu airnya jernih. Mari kita jaga karena kalau diurug menggalinya susah,” ungkapnya.
TGB yang pernah dua periode menjabat Gubernur Nusa Tenggara Barat itu mencontohkan, Jepang sebagai negara yang disebut maju, karena hanya punya satu sumur yaitu teknologi, tingkat bunuh diri di negara itu tercatat paling tinggi. Ternyata materi dan uang bukan jaminan hidup tenang.
Sebagai orang yang pernah lama tinggal di Timur Tengah, TGB mengetahui kondisi negara-negara lain yang dulu tercatat sebagai negara hebat. Bahdad misalnya yang terkenal dengan negeri seribu satu malam, sekarang hancur.
Ada lagi, Syiria, di mana hari ini enam juta penduduknya mengungsi bahkan berenang menyeberangi lautan. “Apa yang menyebabkan hancur lebur? Karena hal-hal kecil dijadikan konflik dan perang antar-anak bangsa,” tandasnya.
Lanjut dia, Indonesia beruntung memiliki ratusan suku bangsa dan tetap bersatu hingga kini. “Jika di hati anak bangsa tidak ada rasa saling cinta, hancur semua. Mari kita syukuri karunia Allah SWT ini, 77 tahun usia NKRI. Alhamdulillah…,” ajaknya.
Satu lagi yang perlu direnungkan serta patut disyukuri, menurut TGB, adalah perjalanan founding fathers Indonesia. Meski berasal dari suku berbeda, latar belakang pendidikan yang tidak sama bahkan punya pemikiran yang berbeda, namun mereka mampu menundukkan egonya masing-masing demi Indonesia.
“Tokoh-tokoh seperti Bung Karno, Bung Hatta, Sultan Hamengku Buwono IX, AA Maramis, Sutomo, termasuk Agus Salim yang fasih menguasai 13 bahasa, meski beliau-beliau punya 1.001 perbedaan, pada saat yang genting untuk Indonesia beliau membuang semua egonya. Biasanya orang pintar dan orang genius itu egois. Coba panjenengan bayangkan jika Bung Karno dan masing-masing berkeras dengan perjuangannya, Indonesia nggak bakal ada, kita tidak bisa duduk bersama di Sambisari ini,” paparnya.
TGB memenuhi permintaan foto bersama saat silaturahim di Ndalem Sambisari 234 Kalasan Sleman. (sholihul hadi/koranbernas.id)
Korelasinya dengan kondisi sekarang menjelang Pemilu 2024, TGB mengajak semua pihak untuk mewarisi nilai-nilai persaudaraan yang ditanamkan oleh founding fathers supaya tidak terjadi konflik gara-gara benturan kepentingan karena tidak mampu menundukkan egonya masing-masing.
“Kebebasan dan pembangunan yang kita nikmati sekarang merupakan buah yang ditanam oleh founding fathers. Apa yang kita tanam di Sambisari ini, kalau kita tanam persaudaraan, akan dipanen oleh anak cucu kita,” tambahnya.
Tak lupa, TGB juga berpesan agar semua pihak senantiasa mengedepankan musyawarah. Indonesia itu seperti mobil. Ada ribuan bagian. “Mana yang penting dari mobil? Ada yang mengatakan setir. Ada yang bilang mesin. Artinya semua bagian sama pentingnya. Indonesia juga begitu. Dengan bhinneka tunggal ika, ormas, pemerintah dan individu sama-sama punya peran penting,” ungkapnya.
Di tengah kesibukan TGB bersilaturahim di Ponpes Krapyak dan Mlangi serta kampus, Ketua DPW Perindo DIY, Yuni Astuti, memberikan apresiasi atas kehadiran TGB di Ndalem Sambisari. “Terima kasih telah hadir di gubuk kami, bisa silaturahim di sini. Beliau panutan kita semua,” kata Yuni.
Usai forum dialog dan tanya jawab, TGB didaulat memimpin doa. Tak berselang lama begitu acara selesai, Ketua Harian DPP Perindo itu langsung dikerubuti untuk foto bersama, lebih dari 15 menit dia memenuhi permintaan mereka yang antre ingin foto bareng. (*)