Perlu Pendekatan Humanis Bagi Penolak Vaksin

Perlu Pendekatan Humanis Bagi Penolak Vaksin

KORANBERNAS.ID,BANTUL -- Badan Intelijen Negara (BIN) DIY menggelar vaksinasi anak usia 6-11 tahun bagi siswa di gugus 1 Kapanewon Pleret Bantul di SD Jejeran, Senin (24/1/2022). Acara dihadiri Panewu Pleret  Evie Nur Siti Fatonah, MM didampingi Kepala Puskesmas, dr Erni Rochmawati.

Hingga selesai kegiatan dari 826  pendaftar, sebanyak 820 anak bisa mendapatkan suntikan imunisasi. Sementara 6 anak tunda karena demam 2 anak dan batuk-pilek 4 anak.
      
"Hari ini  pelaksanaan vaksin dosis 2 bagi  anak sekolah yang berada di gugus 1 Pleret. Ditambah dosis 1 bagi yang kemarin masih terlewat karena berbagai kendala. Pelaksanaan dilakukan dua hari
dengan Selasa besok," kata Kepala Sekolah SD Jejeran Supardiyana Spd yang juga ketua gugus 1 kepada koranbernas.id di lokasi.  

Menurut Supardiyana,peserta didik berasal dari SD Jejeran, SD Brajan, SD Muhammadiyah Wonokromo 1, MIT HDWR dan MI Baiquniyah. Untuk hari ke 2 vaksinasi dilaksanakan untuk RA dan TK (9 sekolah) , MIN Bantul dan SD Muhamamdiyah Pandes.
 
Total sasaran dosis 2 adalah 1.650 anak sesuai dengan yang sudah vaksin dosis 1. Ditambah vaksin  dosis 1 yang masih tertunda, sasaran vaksinasi kali ini 2.000 siswa lebih. Supardiyana mengatakan untuk SD Jejeran  jumlah siswa  597 siswa yang belum vaksin dosis 1 hanya 7 anak. Dari jumlah tersebut 5 anak memang sakit dah 2 tidak diijinkan orang tua. Dua anak ini kakak beradik dan kebetulan orang tuanya juga tidak vaksin.
        
"Terhadap mereka yang menolak vaksin ini, kami  akan terus meyakinkan kepada orang tuanya bahwa vaksin ini aman dan sehat," katanya. 

Kendati belum vaksin, kepada dua anak didiknya tersebut tetap boleh mengikuti PTM. Dengan syarat orang tua memberikan surat keterangan bahwa yang bersangkutan dalam kondisi sehat.
        
Sementara Lurah Wonokromo, Machrus Hanafi  mengatakan total sekolah yang ada di wilayahnya termasuk  RA dan TK ada 15 sekolah.

"Berdasarkan penghitungan yang kami lakukan, vaksinasi anak sudah pada angka 98 persen," paparnya. 

Hanya sedikit siswa yang belum vaksin karena kendala. Misal SD Jejeran hanya 7 orang, SD Brajan 4 orang,  dan SD Muhammadiyah Wonokromo 1 anak.

Sementara Saiful Koordinator BINDA wilayah Bantul mengatakan mereka mendukung akselerasi program vaksinasi anak yang dicanangkan  oleh pemerintah. Terkait dengan pihak yang  menolak dan hingga ini belum divaksin, maka pendekatan secara humanis adalah hal yang sangat bagus.

"Pendekatan terus-menerus perlu dilakukan.Dan diyakinkan tentang pentingnya vaksin bagi kesehatan , baik bagi orang tua ataupun anak.Kami dari BINDA DIY mendukung upaya-upaya humanis  dan pendekatan yang dilakukan pihak-pihak terkait," katanya.

Sebelumnya Bupati Bantul, H Abdul Halim Muslih mengatakan terkait masyarakat yang menolak divaksin, pihaknya akan melakukan pendekatan bersama  NU dan Muhammadiyah.

"Kami akan melakukan pendekatan dan kami berharap di Bantul tidak ada lagi masyarakat yang melakukan penolakan. Vaksin ini sangat bermanfaat untuk meningkatkan imunitas dan juga ihtiar untuk kita bersama melawan varian baru omicron," tandasnya.

Sebelumnya Panewu Pleret mengatakan hingga kini jumlah yang belum tervaksin di wilayahnya  ada 3.000 orang lebih. Mereka belum tervaksin karena komorbid atau penyakit bawaan yang tidak memungkinkan dilakukan vaksinasi dan ada juga  karena keyakinan dalam diri mereka untuk menolak divaksin.
        
Upaya pendekatan dan sosialisasi terus dilakukan. Namun hingga kini memang belum semua orang mau divaksin. 

"Ada juga yang merasa sudah sepuh dan tidak kemana-mana jadi tidak mau vaksin. Namun ada juga yang usia produktif, tidak vaksin karena itu keyakinan mereka. Tentu kami akan terus berupaya termasuk juga dengan mendatangi  atau jemput bola dan terus melakukan pemahaman kalau vaksin ini sangatlah penting dalam rangka meningkatkan imunitas tubuh," jelasnya. (*)