Perbedaan Penentuan Awal Ramadan Jangan Jadi Persengketaan

Perbedaan Penentuan Awal Ramadan Jangan Jadi Persengketaan

KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA -- Perbedaan penentuan awal Ramadan 1443 H adalah hal yang biasa terjadi. Majelis Ulama Indonesia (MUI) Yogyakarta mengimbau semua umat Islam untuk menjaga ketenteraman dan persaudaran.

"Perbedaan ini hendaklah disikapi dengan kedewasaan dan tidak menimbulkan kegaduhan serta persengketaan. Kita harap semua dapat bersama-sama dalam memulai puasa Ramadan dengan menghargai pendapat orang lain," papar Machasim, Ketua Umum MUI DIY, kepada wartawan, Rabu (30/3/2022), di kantornya, Jalan Kapas, Yogyakarta.

"Pasalnya hingga saat ini belum ditemukan cara untuk menyelesaikan perbedaan tersebut," imbuhnya.

Dengan dilonggarkannya kegiatan beribadah, terutama berjamaah, MUI DIY mengharap agar tidak menjadi eforia berlebihan. Sebaiknya menggaungkan syiar Islam dengan tetap memperhatikan harmoni, ketenteraman dan kenyamanan semua orang.

"Kegembiraan Ramadan jangan diungkapkan dalam bentuk kegiatan yang mengganggu orang lain serta membahayakan diri sendiri," lanjutnya.

Pandemi yang terkendali dengan kasus positif Covid-19 harian di DIY yang berangsur turun, merupakan indikator yang baik melaksanakan ibadah berjamaah. Hal ini sangat berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Namun demikian, kegiatan ibadah berjamaah tetaplah harus memperhatikan protokol kesehatan.

"Yang sedang sakit, batuk-batuk, bersin dan suhu badan tinggi, harus tetap melaksanakan ibadah di rumah, tidak ikut dalam ibadah berjamaah dan berkumpul dengan orang banyak," imbuhnya.

Dalam shalat berjamaah pun, MUI DIY mengimbau agar memperhatikan jarak antarjamaah. "Walau kasus positif Covid-19 telah turun, penularan masih terjadi. Untuk itu boleh merapatkan syaf, tapi ya jangan terlalu dekat," kata dia.

Pesatnya alih teknologi informasi dan media sosial dapat digunakan untuk menyebarkan informasi atau dakwah. Platform baru ini relatif murah dan terjangkau bagi semua. Akan tetapi kemudahan ini pula menyebabkan rentannya penyebaran berita bohong atau narasi penghinaan kepada seseorang ataupun kelompok tertentu yang dapat merusak keharmonisan.

Kerentanan ini ditengarai akibat melemahnya kemampuan orang dalam membuat pertimbangan yang memadai dalam menerima informasi. Yang pada akhirnya mengedepankan emosi ketimbang berpikir.

"Untuk itu kami mengajak umat Islam untuk cermat dalam menerima berita dan menahan diri dari menyebarkan konten pesan yang belum pasti kenbenarannya," imbuhnya.

Ramadan sebaiknya digunakan untuk meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT dalam bentuk tindakan yang patut dan bermartabat. Serta menjaga keberadaan Yogyakarta sebagai wilayah yang nyaman, bertoleran dan menolak kemunkaran.

"Kita rawat keindahan masa lampau dan kita buka pintu bagi impian masa depan dengan masa kini yang bermartabat," tutupnya. (*)