Pertama di Gunungkidul, Warga Shiddiqiyyah Gelar Upacara Berdirinya NKRI

Pertama di Gunungkidul, Warga Shiddiqiyyah Gelar Upacara Berdirinya NKRI

KORANBERNAS.ID, GUNUNGKIDUL --  Mensyukuri nikmat hari berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) tanggal 18 Agustus, warga Shiddiqiyyah menggelar upacara bendera di Padukuhan Purwosari, Kalurahan Baleharjo Kapanewon Wonosari Gunungkidul, Kamis (18/8/3022).

Untuk mengembalikan jati diri bangsa, pengibaran bendera merah putih diiringi dengan lagu Indonesia Raya 3 stanza. Sebagaimana diketahui, tanggal 17 Agutus 1945 merupakan Hari Kemerdekaan Bangsa Indonesia yang ditandai dengan pembacaan teks  proklamasi kemerdekaan bangsa Indonesia.

Sementara tanggal 18 Agustus 1945 adalah hari berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang ditandai pengangkatan Soekarno-Hatta sebagai presiden dan wakil presiden serta penetapan UUD 1945.

Ketua DPD Organisasi Shiddiqiyyah ORSHID Gunungkidul, Edy Sumantoro, mengatakan upacara bendera menysukuri nikmat hari berdirinya NKRI ini pertama kali digelar di Kabupaten Gunungkidul.

Upacara peringatan hari kemerdekaan bangsa Indonesia sudah menjadi tradisi tiap tahun digelar. Namun, belum sekalipun ada peringatan hari berdirinya NKRI di Gunungkidul meski sudah 77 tahun Negara Kesatuan Republik Indonesia berdiri.

“Dua peristiwa bersejarah ini saling berkaitan, proklamasi kemerdekaan bangsa Indonesia pada 17 Agustus 1945 yang diikuti berdirinya NKRI pada keesokan harinya 18 Agustus 1945. Sehingga kami (warga Shiddiqiyyah) menggelar 2 kali upacara memperingati Hari Kemerdekaan Bangsa Indonesia 17 Agustus dan Hari Berdirinya NKRI 18 Agustus,” jelasnya.

Ditambahkan, dalam pengibaran bendera merah putih diiringi lagu kebangsaan Indonesia Raya 3 stanza ciptaan WR Soepratman, merupakan salah satu langkah Siddiqiyyah untuk mengembalikan jati diri bangsa.

Dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya 3 stanza dan menghayati syairnya akan timbul rasa cinta dan bangga menjadi bangsa Indonesia.

“Mengumandangkan Indonesia Raya 3 stanza dan memberi hormat sang merah putih akan merasakan betapa beratnya para pejuang merebut kemerdekaan Bangsa Indonesia. Dengan ini kita tidak akan lengah terhadap hasil perjuangan para pahlawan,” ungkapnya.

Sementara, Ketua DPD Organisasi Persaudaraan Cinta Tanah Air Indonesia PCTA DIY, Pendeta Pradah Kalbudi berharap dengan digelarnya dua upacara dalam menysukuri nikmat dua peristiwa bersejarah ini, dapat lebih paham hal yang mendasar.

“Yakni perbedaan antara bangsa dan bentuk negara, bahwa yang dijajah dan menyatakan kemerdekaan itu Bangsa Indonesia, sementara Negara Kesatuan Republik Indonesia tidak pernah dijajah,” tambahnya.

Pada akhir upacara juga menyanyikan Trilawanaska (tiga lagu wajib Nasional Karomah) Indonesia Raya, Hari Merdeka dan Syukur, kemudian pembacaan Sumpah Jati Diri Bangsa yang berbunyi, Tidak meninggalkan jati diri bangsa Indonesia di manapun kami berada. Tidak meninggalkan jati diri bangsa Indonesia kapan saja dalam keadaan apa saja. Tidak meninggalkan jati diri bangsa Indonesia apapun risikonya.

Upacara selain diikuti penduduk setempat dan warga Shiddiqiyah juga  organisasi Siddiqiyah di antaranya DPD PCTA Indonesia DIY, DPD ORSHID, YPS ORSHID, DHIBRA perwakilan daerah Gunungkidul, JKPHS cabang  Gunungkidul dan DPD OPSHID FKYME Gunungkidul. (*)