Pentas Disrubsi Komunitas Lima Gunung Digelar

Pentas Disrubsi Komunitas Lima Gunung Digelar
Dolalak Arum Manis Pacor, Kutoarjo. (w asmani/koranbernas.id)

KORANBERNAS.ID, PURWOREJO--Pentas Disrubsi Komunitas Lima Gunung di Rumah Budaya Tjokrodipo, Kelurahan Sindurjan, Kecamatan/Kabupaten Purworejo Jawa Tengah, menumbuhkan inspirasi baru bagi pelaku seni lokal.

Pentas yang dimotori oleh Seniman Purworejo yaitu Nungki Nur Cahyani yang juga merupakan keluarga Komunitas Lima Gunung. Nungki sendiri tergabung dengan komunitas Lima Gunung sejak tahun 2002.

Dengan tema Pentas Disrubsi Komunitas Lima Gunung, sejumlah seniman yang tergabung dalam Komunitas Lima Gunung Kabupaten Magelang, Seni Studio Mendut Magelang, bekerjasama dengan Museum dan Cagar Budaya, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, menggelar kegiatan Pentas Keliling Seni Disrubsi di sejumlah kota di Jawa Tengah, salah satunya di Kabupaten Purworejo.

Di Purworejo, Pentas Keliling Seni Disrubsi digelar di Rumah Budaya Tjokrodipo, Kelurahan Sindurjan, Kecamatan/Kabupaten Purworejo, atau yang dikenal dengan nama Omah Lawas, pada Jumat (15/12/2023) sore hingga malam hari.

Sejumlah kesenian ditampilkan secara apik dan menarik dalam kegiatan itu diantaranya Shuko Sastro Gending, Handoko Cs, Lyra de Blauw Cs, Nabila Rifany ft bedhesvati, Ryan Ajayanto ft Yoga Widodo, Gianto ft BTM, Nungki Nur Cahyani, dan Dolalak Arum Manis Pacor, Kutoarjo.

Tak hanya penampilan kesenian, Pentas Keliling Seni Disrubsi juga diisi dengan Public Lecture, diantaranya Disrupsi Desa Seni Kontemporer oleh Sutanto Mendut, Diasosiasi Tafsir Sejarah Kesenian Dan Kebudayaan oleh Dr. Sudibyo, M.Hum., Sejarah Tutup Ngisor, Dukun Magelang oleh Sitras Anjilin, dan Pengalaman Kolaborasi Dengan Studio Mendut oleh Nungki Nur Cahyani.

Tepat pada pukul 15.00 WIB, acara dimulai diawali dengan pawai bersama dari sumber mata air Sindurjan dengan berjalan kaki secara bersama oleh seluruh seniman, kemudian dilanjutkan perform (pentas) seni dari 8 kelompok kesenian yang hadir secara bergantian dengan disisipi acara Public Lecture, hingga selesai dan diakhiri dengan menari bersama oleh seluruh seniman dan sejumlah tamu yang hadir.

Pada malam harinya, acara dilanjutkan diskusi tentang seni dan tanggapan terkait kegiatan Pentas Keliling Seni Disrubsi dengan nara sumber Sutanto Mendut, Budayawan dan Dosen UGM, Dr. Sudibyo, M.Hum. dan Pemilik Rumah Budaya Tjokrodipo, Angko Setyarso Widodo.

Tampak hadir dalam kegiatan itu, Kepala Dinas Kominfostasandi Kabupaten Purworejo, Yudhie Agung Prihatno, wakil ketua DPRD Kabupaten Purworejo, Kelik Susilo Wardani, perwakilan Dindikbud Purworejo, tokoh dan seniman Purworejo.

Tampak pula ratusan warga sekitar yang hadir dilokasi guna melihat secara langsung jalanya pentas kesenian itu.

“Ya ini langkah-langkah yang kita lakukan agar Omah Lawas atau rumah budaya Tjokrodipo ini bisa bermanfaat yang bagaimanapun kita makhluk masyarakat, harapan berkesenian dan budaya yang ada di wilayah kita ini bisa diperdayakan,” kata Angko Setyarso Widodo, saat ditemui di sela kegiatan.

Disampaikan, selain menjadi kegiatan road show atau pentas keliling, kegiatan itu menjadi ajang silaturohim dan temu kangen bagi para seniman yang tergabung dalam Komunitas Lima Gunung, yang salah satu anggotanya merupakan seniman asal Purworejo.

“Kebetulan kita kehadiran tamu mas Sutanto Mendut, yang bermemori juga pada saat ini, mas Sutanto itu pada tahun 81an pernah tinggal disini melatih temen- temen Purworejo, saat itu Muda Adikarsa. Jadi tentu bagaimana kerinduan mas Sutanto kepada Purworejo dan berharap oh Purworejo ternyata masih ada, ini harapannya mas Sutanto ke sini,” ungkap Angko.

Kehadiran Sutanto Mendut bersama tim di Purworejo mendapat apresiasi dan kebanggaan tersendiri, karena Sutanto saat ini menjabat sebagai penasehat Presiden di Bidang Budaya dan mengerti tentang nafas–nafas nuansa di Purworejo.

“Maka mas Sutanto menyempatkan kesini diharapkan seni Lima Gunung ini biasa berlangsung di Purworejo, alhamdulillah pada saat ini sudah bisa terlaksana, dan diharapkan tahun- tahun berikutnya mas Sutanto Mendut akan menyelenggarakan seni budaya di Purworejo lagi,” harap mantan Ketua Dewan Kesenian Purworejo.

Menurutnya, pagelaran pentas kesenian itu sangat menggembirakan walaupun dilaksanakan pada waktu yang nanggung, yaitu pada pukul 15.00 WIB, tapi mereka disiplin waktu, dan berharap pentas kesenian itu bisa dibawa keranah tingkat nasional.

“Kami terima kasih lah, artinya bahwa mengangkat Purworejo, Purworejo masih ada, ini yang sangat penting untuk kita sebagai pegiat seni atau pelaku seni di Purworejo, saling belajar untuk mengisi kehidupan di hari tua ini,” ucap Angko.

Pelaku seni Komunitas Lima Gunung, Nungky Nur Cahyani, yang merupakan seniman asli Purworejo, mengatakan, disrubsi itu diusung dengan mengangkat tentang reformasi besar- besaran dalam hal positif. Karena mereka adalah para insan seni, maka disrubsi yang diangkat adalah juga tentang seni.

“Kesenian yang sudah dikembangkan, bukan lagi yang konvensional, tetapi tetap tidak meninggalkan pakemnya. Misalnya tadi ada tarian dengan kostum memakai bahan alami seperti daun- daunan, tetep dengan gerakan, musiknya tetep asli tetapi akhirnya dikontemporerkan dengan mengambil alam, bahwa disini seni sumbernya dari alam, alam semesta, seperti halnya namanya awal mulanya permunculan tari itu memang sebagai tarian untuk persembahan kepada dewa, kepada semesta,” jelasnya.

Dengan disrubsi itu, Nungky berharap bahwa dengan kesenian, baik insan seni ataupun masyarakat umum, masyarakat awam bisa tetap eksistensi, bisa tetap menjaga falsafah dari kelokalan, dari lokalitas tentang gotong royongan, etika, kemudian kerohanian.

“Untuk Disrubsi ini sudah yang kelima, yang sebetulnya awalnya hanya keliling 5 kota, tapi akan dikembangkan menjadi 9 bahkan mungkin 11 kota di Jawa Tengah, dan hari ini ada 8 kelompok kesenian yang tampil, 6 kelompok kesenian dari Magelang, 2 kelompok dari Purworejo,” ungkapnya. (*)