Pengusaha Malioboro Temukan Makam Putri Tiongkok
KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA -- NB Susilo atau Wang Xiang Jun penulis buku Menyingkap Jejak Keadilan Tionghoa, berhasil menemukan benang merah baru yaitu rahasia keberadaan makam putri Tionghoa.
Putri itu merupakan persembahan raja Tiongkok langsung kepada Sultan Sepuh atau HB II kemudian menjadi selir kesayangan sekaligus pendiri prajurit putri Langen Kusumo.
Secara tidak sengaja, Susilo berbicang dengan saudaranya yang masih bermarga Ong (marga Ong sama dengan Wang yang berarti raja) dan keturunan HB II, serta ditunjukkan silsilah yang dikeluarkan oleh keraton.
Susilo juga teringat sejarah simbah buyut-nya yang jago kungfu. Lalu ditinjaulah sebuah makam di Gunung Sempu yang disebut oleh penjaga makam sebagai makam Raden Putri.
Menurut dia, dulunya makam ini tidak terawat, hanya gundukan tanah belaka dan tanpa nisan. Keturunannya dapat mimpi agar dipugar. Sepintas makam itu terlihat sederhana tanpa papan nama, berdekatan dengan makam keluarga penulis buku itu.
Penelitian di dalam bukunya disebutkan, pendukung putri Tionghoa yaitu para pasukan Langen Kusumo pernah berperang dengan pendukung HB III yaitu kelompok Tan Jing Sing yang diperkuat oleh pasukan Sapehi (India) dan Inggris kala itu.
“Jadi warga Tionghoa saat itu terbagi tiga, sama dengan sejak peristiwa Geger Pecinan. Ada yang pro-kanan, kiri dan ragu-ragu/pengkhianat,” ujarnya, Kamis (13/2/2020).
Putri Langen Kusumo inilah yang melatih beladiri kungfu pasukan Diponegoro. Mereka merupakan ahli panah, strategi, beladiri dan berkuda. Petilasan latihan berkuda dapat ditelusur di Jalan Langenastran dan kebun binatang Gembira Loka.
Naskah kuno
Untuk membuktikan analisanya, Susilo berharap naskah-naskah kuno yang dirampas saat perang Sapehi atau Sepoy oleh pasukan India (Sapehi) dan dibawa ke Inggris, diteliti lebih jauh.
Demikian pula nama asli Tionghoa putri Tiongkok yang disinyalir bermarga Ong (Wang) dan bernama lengkap Mas Ayu Sumarsonowati.
Apabila hipotesanya benar, lanjut dia, maka yang disebut sebagai makam Raden Putri (disebut juga Nyai Kromoredjo) dan Mas Ayu Soemarsonowati adalah orang yang sama.
Saat ini hanya satu ahli sejarah Inggris yaitu Peter Carey yang mengakses naskah kuno di negaranya tetapi dia pun tidak mengetahui sejauh yang ditulis oleh NB Susilo atau Wang Xiang Jun.
Keberadaan putri Tiongkok ini dapat dilihat dengan adanya Klenteng Gondomanan. Garis keturunannya bermarga Wang (Ong) yang bermukim di Malioboro dan Jalan Magelang.
Kemudian, dari HB III kebanyakan bermukim di Kampung Ketandan dan bermarga Tan yang berasimilasi dengan keturunan HB III yang merupakan cikal bakal silsilah dari Sultan saat ini.
Menurut Susilo, saat ini ada disertasi yang meneliti tari Menak yang digubah oleh HB IX sebagai bukti kedekatan dengan warga Tionghoa. Penelitian-penelitian ilmiah ini yang harus diketahui oleh generasi muda bahwa sejarah kontribusi dan asimilasi warga Tionghoa tidak bisa dilupakan.
“Jasa warga Tionghoa begitu erat dengan berdirinya kerajaan Mataram dan NKRI. Lahir di Indonesia, besar di Indonesia, Menjadi putra putri Indonesia." ujarnya pada penutup bukunya. (sol)