Pengajian Kampung Mampu Bertahan Lebih dari 25 Tahun, Ini Rahasianya
KORANBERNAS.ID -- Mendirikan majelis taklim gampang-gampang susah. Kadang-kadang banyak yang mundur. Apalagi setelah tatarannya bukan lagi belajar alif ba ta dan seterusnya tetapi meningkat belajar membaca ayat-ayat Al Quran yang memang rumit bagi pemula. Ditambah usianya tidak lagi muda.
Tetapi Pengajian An Nur Kampung Jetis Sorosutan Yogyakarta mampu bertahan lebih dari 25 tahun. Rahasianya ternyata ada pada niat kuat, keikhlasan serta kesabaran demi meraih rida Allah SWT.
"Awalnya hanya enam orang ibu yang sangat berminat bisa membaca Al Quran. Usianya tidak muda lagi. Ada beberapa yang berhenti sementara karena punya bayi," kata Ny Nartowiyarjo, Ketua Pengajian An Nur menceritakan kepada koranbernas.id, Minggu (20/10/2019) petang, di sela-sela pengajian pamit umrah keluarga Pambudi, anggota An Nur.
Didorong semangat bisa membaca Al Quran, menurut Ny Narto, belajar ngaji dilakukan setiap hari, diawali salat Maghrib berjamaah berlanjut sampai Isya. Tempatnya berpindah-pindah di rumah anggota yang memungkinkan.
“Karena anggota hanya enam, sistemnya seperti privat. Dibimbing satu-satu bergantian. Lafal yang salah-salah akan mudah dibetulkan,” kata dia.
Keenam anggota pertama itu terdiri Ny Suprasto Hadiwijoyo, Ny Nartowiyarjo, Ny Rismiyatun, Ny Lies Nasir, Ny Mujirah dan Ny Sastro.
Pengajian itu awalnya dibimbing Ashadi dari Warungboto. Kemudian digantikan Bambang dan sesekali guru wanita apabila ada yang berhalangan.
Sesudah Bambang, dilanjutkan ustad pembimbing H Aminuddin dan berlangsung hingga kini, sekali seminggu.
"Meskipun sekarang saya harus cuci darah setiap Jumat, tapi saya berusaha tetap mendampingi ibu-ibu yang bersemangat," kata H Aminuddin saat memberikan sambutan Milad ke-25 Majlis Taklim An Nur di Masjid Baiturrohim Jalan Sidokabul Sorosutan Yogyakarta Sabtu (19/10/2019) malam.
Karena kondisi kesehatan, pengajian yang selama ini digelar setiap Jumat malam digeser menjadi Sabtu malam agar secara fisik sudah pulih.
Amin yang tinggal di Jalan Veteran itu sepenuhnya relawan yang ikhlas. Puluhan tahun tanpa ada kontraperestasi apapun. Selain untuk syiar Islam dan memperluas silaturahim, juga sebagai salah satu jalan mencari “bekal pulang" kelak.
Bahkan pada acara milad itu, dia menyumbang dana untuk penyelenggaraan milad, ditambah menghadirkan grup kasidah Qurota'ayun dari Masjid Ibrahim Pandeyan.
Dia juga mendatangkan ustad untuk memberi tausiyah. Pada kesempatan itu ibu-ibu peserta Iqro' pun tampil membacakan beberapa surat.
H Aminuddin 25 tahun menjadi relawan pembimbing pengajian ibu-ibu An Nur. (arie giyarto/koranbernas.id)
Lafal Jawa
Membimbing ibu-ibu mengaji harus super sabar. Apalagi setelah anggota makin bertambah, termasuk beberapa simbah.
"Mereka terbiasa dengan lafal Jawa. Mengucap Bismillah jadi semellah. Juga beberapa lafal lain. Membetulkannya perlu banyak waktu dan kadang jadi ger-geran," kata Rismiyatun yang hingga kini masih rajin mengaji.
Meski saat itu usianya baru 40 tahun tetapi kemampuan menghafal sudah dirasakan menurun.
Sudah lama sekali belajar membaca surat Yasin, misalnya, hingga kini dia belum mampu menghafal tanpa teks. “Baru sekitar sepuluh ayat yang hafal luar kepala,” katanya.
Grup Kasidah Qurota'ayun dari Masjid Ibrahim Pandeyan memeriahkan milad An Nur. (arie giyarto/koranbernas.id)
Berbeda dengan generasi di bawahnya yang memorinya masih bagus sehingga lebih cepat hafal. Dulu, menurut Ny Narto maupun Ny Rismiyatun, menghafal Yasin hanya satu atau dua ayat setiap hari. Dengan harapan bisa lebih mudah menghafalnya.
Kini An Nur sudah semakin berkembang. Anggotanya semakin bertambah, tercatat 75 orang anggota aktif. Kekerabatannya sangat akrab lewat silaturahim yang intens.
Pengurus membentuk kelompok-kelompok untuk bersama-sama menjamu pengajian agar tidak dirasa berat.
"Alhamdulillah, semoga terus berkembang ke depannya, sehingga tidak ketinggalan dengan anak-anak TPA yang lebih punya kemampuan mengaji karena memorinya memang lebih segar, " kata Ny Narto. (sol)