Pemanfaatan Program JKN Meningkat Drastis, Lebih Dari 277 Juta Orang

Pemanfaatan Program JKN Meningkat Drastis, Lebih Dari 277 Juta Orang
Narasumber Media Workshop BPJS Kesehatan, Rabu (25/9/2024). (istimewa)

KORANBERNAS.ID, KEBUMEN–BPJS Kesehatan sebagai pelaksana program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) mencatat, peserta JKN yang memanfaatkan program sejak tahun 2014 sampai dengan tahun 2023 meningkat drastis. Tahun 2014 pemanfaatannya mencapai 92,3 juta. Tahun 2023 pemanfaatannya mencapai 606,7 juta. Data ini menunjukkan semakin tinggi peserta JKN dan peserta yang memanfaatkan program JKN dalam satu dekade terakhir ini. 

Hal itu diungkapkan Direktur Utama BPJS Kesehatan Ali Gufron, pada Media Workshop bertajuk “Potret Satu Dekade Perjalanan Membangun Indonesia Sehat dan Menjaga Keberlangsungan Program JKN pada Pemerintahan Baru di Jakarta, Rabu (25/9/2024).

Media workshop mengungkapkan pencapaian penting selama 10 tahun penyelenggaraan Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). 

Menurut Gufron, per 1 September 2024, lebih dari 277 juta jiwa atau 98,67 persen penduduk Indonesia telah terdaftar sebagai peserta JKN. Capaian ini sekaligus mengukuhkan Indonesia sebagai negara dengan cakupan Universal Health Coverage (UHC) tercepat di dunia, dalam satu dekade. Jika dibandingkan dengan capaian UHC di negara lain, seperti Korea Selatan, memerlukan 12 tahun untuk mencapainya. 

Dalam upaya menjaga keberlanjutan Program JKN, BPJS Kesehatan terus memperkuat kemitraan dengan 23.294 fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP) dan 3.140 fasilitas kesehatan rujukan tingkat lanjut (FKRTL). BPJS Kesehatan, serta memperluas layanan kesehatan di Daerah Belum Tersedia Fasilitas Kesehatan Memenuhi Syarat (DBTFMS) di wilayah Tertinggal, Terdepan dan Terluar 

Pada 2014, tercatat 92,3 juta pemanfaatan per tahun, dan pada 2023 jumlahnya meningkat menjadi 606,7 juta pemanfaatan per tahun, atau sekitar 1,7 juta pemanfaatan setiap hari, kata Gufron.

Hal ini membuktikan bahwa masyarakat semakin memanfaatkan akses kesehatan yang disediakan program JKN. Inovasi teknologi menjadi kunci peningkatan layanan. 

Aplikasi Mobile JKN memungkinkan peserta untuk mengambil antrean online, mengubah data, hingga mencari informasi. Hal ini sejalan dengan transformasi mutu layanan BPJS Kesehatan, dengan memberikan layanan yang semakin mudah, cepat, dan setara bagi seluruh peserta JKN.

Gufron menambahkan, keberhasilan program JKN menarik minat banyak negara untuk mempelajari sistem penyelenggaraan Program JKN. Negara-negara seperti Inggris, Korea Selatan, dan Malaysia. Organisasi internasional seperti World Bank, Joint Learning Network (JLN), dan International Social Security Association (ISSA) telah menjadikan BPJS Kesehatan sebagai model dalam penyelenggaraan jaminan kesehatan di kancah global.

Pada Maret 2024, ISSA bahkan menggelar The 17th ISSA International Conference on ICT in Social Security di Bali, dengan BPJS Kesehatan sebagai tuan rumah,” ujar Ghufron.

Menghadapi pemerintahan baru, BPJS Kesehatan telah menyiapkan berbagai langkah strategis untuk menjaga keberlanjutan.

Melalui penguatan cadangan dana JKN melalui pengelolaan aset dan likuiditas yang lebih optimal, serta kerja sama erat dengan pemerintah menjadi kunci utama dalam mendukung kesinambungan Program JKN. 

“Salah satu tantangan yang dihadapi BPJS Kesehatan adalah meningkatnya kasus penyakit berbiaya katastropik, seperti hipertensi, diabetes, dan kanker, yang pada 2023 mencapai Rp34,7 triliun, kata Gufron.

Untuk mengatasi hal ini, BPJS Kesehatan tengah gencar menyosialisasikan skrining kesehatan secara dini dan mengelola penyakit kronis melalui Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis), yang menyediakan layanan khusus bagi penderita diabetes dan hipertensi. 

Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan, Hasan Nasbi menyatakan bahwa capaian UHC melalui Program JKN di Indonesia ini terbilang sangat cepat dibandingkan dengan negara maju sekali pun. Menyambut pemerintahan baru, Program JKN akan tetap menjadi prioritas.

Kesehatan adalah hak setiap warga negara, dan pastinya pemerintahan baru nantinya berkomitmen untuk terus meneruskan Program JKN sebagai salah satu program strategis negara.

Kami juga mengajak seluruh pemangku kepentingan untuk senantiasa mendukung dan menyukseskan penyelenggaraan Program JKN, kata Hasan. 

Wakil Ketua Komisi IX DPR RI, Emanuel Melkiades Laka Lena menjelaskan BPJS Kesehatan tidak hanya berperan di sektor kesehatan, tetapi juga sebagai bagian dari transformasi bangsa. Kontribusi berbagai pihak memainkan peran penting dalam ekosistem JKN.

Peran BPJS Kesehatan sebagai penggerak ekonomi sangat penting, namun dengan semakin besar kepesertaan JKN, kita harus memastikan layanan di fasilitas kesehatan tetap optimal, katanya.

Ketua Dewan Jaminan Sosial Nasional, Nunung Nuryartono menekankan pentingnya untuk memastikan keberlanjutan dan sustainabilitas Program JKN. Hal ini penting untuk diperhatikan dalam menjaga pengelolaan Program JKN.

Pertama penguatan tata kelola Program JKN, yang diiringi dengan partisipasi aktif dari berbagai pihak.

Tak hanya itu, yang terakhir adalah menjaga efektivitas program, kata Nunung. (*)