Partai Gelora Tawarkan Konsep Peta Jalan Baru, Ubah Indonesia Jadi Lima Besar Dunia
KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA – Krisis berkepanjangan akibat pandemi sebenarnya peluang bagi Indonesia bangkit menjadi negara lima besar dunia. Peluang itulah yang saat ini digarap oleh Partai Gelora dengan menawarkan konsep kebangkitan ekonomi Indonesia diberi nama Peta Jalan Baru. Pilar utama kekuatan konsep ini ada pada UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah).
Untuk merealisasikan konsep tersebut, Ketua Umum Dewan Pimpinan Nasional (DPN) Partai Gelora Indonesia, Anis Matta bersama Wakil Ketua Umum Fahri Hamzah dan Sekretaris Jenderal (Sekjen) Mahfudz Siddiq serta jajaran DPN lainnya, melakukan roadshow di pulau Jawa.
Usai dari Surabaya, Pati dan Semarang, giliran Yogyakarta yang dikunjungi, Sabtu (13/11/2021). Pada setiap daerah, parpol tersebut mengangkat produk lokal yang khas. Khusus Yogyakarta dipilih Dagadu.
“Pandemi menyebabkan kelambatan ekonomi global. Krisis ini peluang bagi Indonesia menjadi kekuatan ekonomi baru. Kenapa? Karena wilayah kita besar. Sebagai pasar juga sangat besar,” ungkap Anis Matta kepada wartawan di sela-sela acara Jagongan Gayeng Posisi Strategis Pengusaha UMKM dalam Narasi Indonesia 5 Besar Dunia yang berlangsung di Coday Coffee & Roaster Jalan Wonosari Yogyakarta.
Baginya, Indonesia sebagai negara besar dengan logistik sangat besar dengan sendirinya memunculkan pasar domestik yang juga sangat besar. “Saya melihat seharusnya UMKM menjadi pilar utama ekonomi Indonesia,” kata dia.
Persoalannya, UMKM terkesan kurang memperoleh dukungan pengetahuan dan teknologi, investasi maupun infrastruktur. UMKM adalah faktor pembeda Indonesia dengan negara-negara lain di dunia.
Menurut Anis, pada umumya kelompok kelas menengah di negara-negara maju dibentuk oleh kaum profesional tetapi yang terjadi di Indonesia kelas menengah itu justru muncul dari bawah. “Di sini kelompok kelas menengah kita dibentuk oleh pelaku UMKM. Itu yang membuat kelas menengah kita kuat,” tandasnya.
Kelas menengah itulah menjadi bidang garapan Partai Gelora. Mereka diajak berkolaborasi melalui konsep pemberdayaan demi kemajuan bersama. “Kita ubah hubungan politik selama ini, dari pemberi dan penerima menjadi kolaborasi dan pemberdayaan. Kita perkenalkan konsep Partai Gelora untuk memperkuat posisi pelaku UMKM dalam struktur ekonomi,” jelasnya.
Menjawab pertanyaan apa yang dilakukan oleh pemerintah saat ini? Anis melihat mereka membangun dengan fokus infrastruktur dibiayai dari utang sehingga tidak membangkitkan kekuatan ekonomi masyarakat dari bawah. “Memabangun dengan utang itu kelihatannya ada pergerakan (ekonomi) tetapi tidak ada kekuatannya,” kata dia.
Anis menyebutkan, utang Indonesia seharusnya tidak boleh melebihi ambang batas 40 persen dari Gross Domestic Product atau Produk Domestik Bruto (PDB), saat ini kurang lebih sebesar 1 triliun dolar AS. Meski ada yang menyatakan besaran utang itu secara ekonomi makro tidak apa-apa namun secara cash flow bisa jadi masalah.
Apalagi utang tersebut dibayar secara kas atau tunai. Sumber utama bayar utang berasal dari pajak. “Dalam situasi krisis penerimaan pajak terus menurun. UMKM adalah pembayar pajak. Mereka mestinya yang dibantu,” kata Anis.
Menurut dia, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang seharusnya bisa diandalkan saat krisis faktanya justru menyedot anggaran negara karena terus menerus meminta penyertaan modal. “Mestinya BUMN menciptakan pekerjaan bukan justru menyedot anggaran negara,” ungkapnya.
Ditanya wartawan terkait munculnya figur-figur yang ingin menjadi calon presiden (capres) namun terkesan jual tampang bukan konsep ekonomi yang dikedepankan, Anis menyatakan Partai Gelora tidak fokus itu melainkan lebih pada pemilu legislatif.
“Kita tidak konsens nama capres tapi menurut saya itu permainan yang menyimpang dari seharusnya. Apa masalah yang sesungguhnya? Setelah itu baru cari pemimpin yang bisa menyelesaikan masalah. Jumlah orang miskin makin besar jangan kita kita isi kepala rakyat dengan itu (capres). Partai Gelora lebih pada orientasi menciptakan perubahan dengan kampanye literasi karena saya percaya inilah yang diperlukan masyarakat saat ini. Peta jalan baru diperlukan Indonesia jika ingin naik kelas,” paparnya.
Krisis sistemik
Anis menambahkan, Indonesia saat ini sedang menghadapi krisis yang berlarut dan sistemik. Banyak perusahaan bangkrut. Kemiskinan naik dua digit pada angka 10,54 persen. Kemiskinan terbanyak berada di Jawa Timur disusul Jateng dan Jabar.
“Kita juga mungkin akan menyaksikan banyak negara bangkrut. Itu artinya kita jangan main-main, karena itu kami fokus kampanye literasi, kami ingin menjelaskan apa masalah yang sedang dihadapi, baru kita bicara peta jalan baru,” tandasnya.
M Zuhrif Hudaya menambahkan DIY juga tidak lepas dari problem perekonomian. Dari hasil dialog dengan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Yogyakarta, Zuhrif mengakui UMKM saat ini menjadi harapan kebangkitan ekonomi. Masalahnya, perbankan justru landing ke pengusaha besar.
“Itu yang sering kita diskusikan dengan teman-teman, bagaimana kita memaksa teman-teman yang berbisnis di perbankan me-landing-kan ke UMKM. Ini sebenarnya yang jadi problem di Yogyakarta,” tandasnya.
Bupati Bantul Abdul Halim Muslih saat membuka acara itu menyatakan sangat tepat Kabupaten Bantul menjadi lokus uji coba peta jalan baru untuk menjadikan Indonesia lima besar dunia.
Ini karena Bantul adalah salah satu kabupaten ekonomi kreatif ditandai banyaknya pariwisata berbasis komunitas yang dikembangkan oleh anak-anak muda.
“Bantul adalah industrinya Provinsi DIY. Mudah-mudahan Partai Gelora dapat berkolaborasi untuk mengembangkan Bantul sebagai kabupaten wirausaha yang kuat di Indonesia,” harapnya.
Meski dalam suasana rintik hujan, acara Jagongan Gayeng Posisi Strategis Pengusaha UMKM dalam Narasi Indonesia 5 Besar Dunia kali ini benar-benar gayeng. Eko Bebek sebagai pemandu acara sejak awal terus melucu dengan humor-humor segar, menghibur dan mendidik, termasuk saat momentum ulang tahun Fahri Hamzah dirayakan secara sederhana di kafe tersebut, dengan hadiah ulang tahun kaos oblong. (*)