Pandemi Pengaruhi Nilai ASPD, PGRI DIY Minta Atur Ulang Target

Pandemi Pengaruhi Nilai ASPD, PGRI DIY Minta Atur Ulang Target

KORANBERNAS ID, YOGYAKARTA -- Pandemi Covid-19 yang telah berlangsung lebih dari setahun menyebabkan banyak hal beradaptasi, tak terkecuali Kegiatan Belajar Mengajar (KBM). Sekolah dari semua jenjang harus menyesuaikan dengan metode pembelajaran online atau daring (Dalam Jaringan-red).

Ternyata tidak banyak sekolah di Indonesia yang mumpuni dengan konsep KBM seperti ini. Di Daerah Istimewa Yogyakarta pun demikian, pembelajaran daring yang terpaksa dilaksanakan selama pandemi Covid-19 ternyata mulai memperlihatkan hasil. Dari laporan yang diterima Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) DIY, nilai Asesmen Standar Pendidikan Daerah (ASPD) yang diraih peserta didik pada tahun ini tak optimal.

Untuk itu, PGRI DIY berharap Kemendikbud maupun dinas pendidikan di tingkat kabupaten/kota dan provinsi bisa mengatur target-target kurikulum sesuai dengan kondisi pandemi saat ini. Sebab jika menggunakan standar isi, standar kelulusan dan penilaian seperti sebelum pandemi maka kompetensi siswa tidak akan tercapai.

Perubahan target tersebut dinilai tidak menyalahi aturan karena memang kondisi pandemi tidak memungkinkan sekolah menggelar Pembelajaran Tatap Muka (PTM) 100 persen. Meski ada wacana pembukan PTM pada tahun ajaran baru nanti pun tidak bisa dilaksanakan secara utuh mengingat kasus Covid-19 di DIY masih tinggi.

"Kami di pgri juga cukup prihatin dengan kondisi [kbm daring] ini karena pembelajaran daring ternyata tidak bisa efektif untuk menyampaikan materi-materi seperti yang ditargetkan oleh kurikulum karena banyak hal kita menggunakan standar proses yang [offline] dulu kemudian berubah menjadi online. Itu banyak hambatan baik yang dialami guru maupun siswa," papar Ketua PGRI DIY, Baskara Aji di Kompleks Kepatihan Yogyakarta, Jumat (04/06/2021).

Menurutnya, KBM daring yang tidak optimal membuat hasil ASPD tidak seperti yang diharapkan.  Hal itu menjadi salah satu bukti proses pembelajaran daring yang diterapkan saat ini mengakibatkan degradasi kompetensi peserta didik dibandingkan saat ada tatap muka.

Selain perubahan target, PGRI meminta sekolah meningkatkan kemampuan guru, khususnya dalam mengajar secara daring. Hal itu dibutuhkan agar KBM daring bisa berjalan lebih efektif.

"Kita berharap di dinas juga ada program [peningkatan kualitas guru] itu. Sebenarnya sudah ada sih tapi mungkin masih kurang lagi, bisa ditambah," tutupnya.(*)