Obat Deteksi Tuberkulosis Buatan Indonesia Diminati Dunia

Obat Deteksi Tuberkulosis Buatan Indonesia Diminati Dunia

KORANBERNAS.ID,YOGYAKARTA - Penyakit Tuberkulosis (TB) masih menjadi momok bagi masyarakat dunia. Data Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI pada Maret 2022, kematian akibat TB ini mencapai 93 ribu pertahun, yang berarti setara dengan 11 kematian per jam.

Kondisi ini membuat Indonesia menjadi peringkat ketiga dunia setelah India dan Cina. Tuberkulosis akan semakin sulit diobati saat sudah akut atau terlambat didiagnosis secara medis.

Saat ini, dengan inovasi karya anak bangsa, penyakit yang masih menjadi perhatian khusus dunia ini bisa lebih awal dideteksi. PT Kimia Farma Tbk bersama dengan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) secara resmi meluncurkan obat untuk mendeteksi penyakit Tuberculosis (TB) pertama di Indonesia.

"Inovasi ini merupakan karya anak bangsa, sekaligus persembahan bagi sejawat dokter dan tenaga kesehatan yang berguna untuk membantu dalam mendeteksi penyakit Tuberculosis paru-paru, maupun Ekstraparu," kata peneliti kedokteran nuklir Husein Kartasasmita saat peluncuran TB-Scan pada acara Pekan Ilmiah Tahunan Perhimpunan Kedokteran Nuklir dan Teranostik Molekuler Indonesia, Jumat (7/10/2022) di Marriott Hotel Yogyakarta.

Husein yang merupakan Peneliti Kedokteran Nuklir RS Dr Hasan Sadikin, Bandung tersebut melanjutkan, menekan kasus TB di dunia sekalipun yang menjadi kendala adalah masalah diagnosis. Diagnosis harusnya menyeluruh karena TBC ini tidak hanya di paru-paru, ada juga di luar paru-paru.

"Sering kita mendapatkan pasien yang secara klinis seperti orang TBC, tapi waktu diperiksa karena kita biasa menentukan berdasarkan kultur yang membutuhkan waktu lama. Kita bersyukur teman-teman di BRIN
berhasil melabel dengan teknis yang akhirnya bisa mendiagnosis lebih cepat," lanjutnya.

"Ini adalah produk yang genuine karya anak Indonesia dan belum ada di negara lain. Pertama di dunia yang merupakan terobosan, saya sudah mempromosikan di luar dan mereka tertarik," lanjutnya.

Sementara Direktur Pemasaran, Riset dan Pengembangan Kimia Farma, Jasmine Karsono sangat bangga dan mengapresiasi karya anak bangsa produk kit TB-Scan ini.

"TB-Scan merupakan produk inovasi kit radiofarmaka pertama di Indonesia untuk deteksi TB. Peluncuran produk ini sebagai bentuk komitmen Kimia Farma untuk menyukseskan hilirisasasi penelitian yang dapat dirasakan manfaatnya,” ujarnya.

Lebih lanjut Ia mengatakan, Kimia Farma telah menghilirisasi kit radiofarmaka lain yang diteliti oleh Pusat Riset Teknologi Radioisotop, Radiofarmaka dan Biodosimetri (PRTRRB) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), seperti Kit MDP untuk deteksi pencitraan tulang, Kit DTPA untuk deteksi perfusi ginjal dan Kit MIBI untuk deteksi perfusi jantung.

Kit radiofarmaka diagnostik Tubercolusis yang diberi nama TB-Scan (Kit Ethambutol) ini merupakan kit diagnostic yang akan bekerja dengan berlandaskan mekanisme radio aktif yang secara klinis dapat mampu membantu dalam deteksi dan lokalisasi penyakit Extrapulmonary TB dan Pulmonary TB, sehingga obat ini akan membantu para tenaga medis terkait dalam penegakan diagnosa dan sebaran TB.

TB-Scan memiliki tingkat akurasi, sensitivitas, spesifitas, positive predictive value dan negative predictive value yang baik. Dimana hal ini membuat TB-Scan dapat dijadikan pilihan terbaik bagi para tenaga medis untuk membantu mendeteksi dan menentukan lokasi Extrapulmonary TB dan Pulminary TB yang ada dalam tubuh manusia. Kit ini bisa digunakan oleh anak-anak maupun dewasa karena bersifat non-invasive diagnostic.

Kepala Pusat Riset Teknologi Radioisotop, Radiofarmaka dan Biodosimetri (PRTRRB) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Dr. Tita Puspitasari menambahkan, kapasitas industri farmasi nasional berbasis radiofarmaka harus diperkuat dan diperbesar.

"Semua stakeholder baik dari regulasi harus mendukung, riset yang up to date, dan insentif dari pemerintah sebagai driven kemandirian industri radiofarmaka," tandasnya.(*)