Napak Tilas KAI di Magelang, Ungkap Fakta Kereta Api Baterai Pertama di Pulau Jawa

Kereta api bertenaga baterai pertama di Pulau Jawa sempat beroperasi pada tahun 1925.

Napak Tilas KAI di Magelang, Ungkap Fakta Kereta Api Baterai Pertama di Pulau Jawa
Para peserta napak tilas berfoto di atas jembatan Kali Pabelan. (istimewa)

KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA – PT Kereta Api Indonesia (Persero) Daop 6 Yogyakarta bersama komunitas Indonesia Railways Preservation Society (IRPS) dan para jurnalis mengadakan Napak Tilas Jalur Kereta Api Nonaktif Yogyakarta-Magelang, Sabtu (21/12/2024).

Terungkap sejarah perkeretaapian menarik tentang keberadaan kereta api bertenaga baterai pertama di Pulau Jawa yang sempat beroperasi pada tahun 1925.

Koordinator IRPS, Aryo Hartanto Wibowo, mengatakan kereta bertenaga baterai tersebut merupakan bagian penting dalam sejarah modernisasi perkeretaapian Indonesia.

“Kereta ini adalah bukti inovasi teknologi transportasi pada masa itu. Sayangnya, lokomotif ini dihancurkan pada era pendudukan Jepang karena baterainya mengandung tembaga, yang dilebur untuk kebutuhan perang,” jelas Aryo kepada koranbernas.id.

Arsip Jerman

Meskipun fisik kereta tidak lagi ada, menurut dia, IRPS berhasil memperoleh arsip berupa gambar teknik dan foto dokumentasi dari Belanda dan Jerman.

“Kami menjalin komunikasi dengan museum-museum di sana, sehingga arsip digital dapat kami peroleh. Ini memungkinkan kami untuk memvisualisasikan kembali wujud lokomotif tersebut, meskipun sudah tidak ada fisiknya,” tambahnya.

Komunitas IRPS terus berupaya melengkapi potongan sejarah yang hilang, termasuk melalui riset dan dokumentasi.

“Kami menemukan log listrik pertama dan dokumen lainnya yang menunjukkan bahwa Jawa sudah menerapkan teknologi kereta api modern jauh sebelum banyak orang mengetahuinya. Setiap potongan data yang ditemukan seperti puzzle yang saling melengkapi,” ungkap Aryo.

Napak tilas

Napak tilas ini juga membawa belasan awak media dan anggota IRPS mengunjungi berbagai lokasi bersejarah sepanjang jalur kereta api nonaktif Yogyakarta-Magelang, termasuk bekas Stasiun Tempel, Jembatan KA Kali Krasak dan Jembatan KA Kali Pabelan.

Jalur ini pernah menjadi urat nadi transportasi sebelum ditutup pada 1976 akibat kerusakan infrastruktur yang dipicu oleh lahar Gunung Merapi.

Bekas Stasiun Tempel, misalnya, dibangun pada 1895 dan kini masih menyisakan bangunan utama beserta sisa menara air, gudang, serta tuas sinyal.

Jalur ini juga melintasi beberapa titik bersejarah lainnya seperti Stasiun Muntilan dan Stasiun Magelang Kota, yang menjadi bagian penting dalam sejarah perkeretaapian di Jawa Tengah dan DIY.

Melestarikan sejarah

Manajer Humas Daop 6 Yogyakarta, Krisbiyantoro, menyatakan kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya melestarikan sejarah perkeretaapian.

“Kami mengajak media untuk menyebarluaskan informasi sejarah ini agar masyarakat lebih memahami nilai penting dari aset-aset heritage perkeretaapian, seperti bekas stasiun dan jalur kereta,” ujarnya.

Selain itu, sebagai bentuk apresiasi bagi jurnalis, Daop 6 juga menggelar Kompetisi Jurnalistik bertema Layanan Kereta Api yang Berkelanjutan dan Selamat untuk Transportasi Indonesia. Pemenang kompetisi ini akan diumumkan bersamaan dengan kegiatan napak tilas.

Melalui napak tilas ini, PT KAI dan IRPS berharap agar masyarakat lebih memahami dan menghargai sejarah perkeretaapian Indonesia, termasuk inovasi-inovasi teknologi seperti kereta bertenaga baterai yang pernah menjadi tonggak penting perkembangan transportasi di masa lalu. (*)