Menbud Fadli Zon Menyumbangkan Dokumen Sejarah ke Museum Muhammadiyah
KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA -- Menteri Kebudayaan (Menbud) Fadli Zon mengunjungi dan meresmikan Zona Muhammadiyah di Museum Muhammadiyah di Kompleks Kampus Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta, Senin (3/2/2025). Fadli didampingi Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir dan Rektor UAD, Muchlas MT.
Dalam paparannya, Fadli mengungkapkan Indonesia memiliki kekayaan budaya di berbagai daerah di Indonesia. Budaya tersebut merupakan warisan budaya yang luar biasa, bahkan terkaya di dunia.
"Saya melihat kekayaan budaya kita ini luar biasa dari Sabang sampai Merauke, Aceh Papua sampai Pulau Rote. Dan sepanjang perjalanan hidup saya, ternyata saya sudah keliling kira-kira 100 negara, tidak ada kekayaan budaya yang lebih hebat dari kekayaan budaya Indonesia," ungkapnya.
Diakui politisi Partai Gerindra tersebut, kekayaan budaya Indonesia sebenarnya yang paling kaya. Hal itu diyakininya setelah berkunjung ke museum-museum di berbagai negara belahan dunia dan begitu juga melihat ekspresi budaya koleksi museum tersebut.
Contohnya Indonesia mempunyai peradaban tertua di dunia. Hal ini karena penemuan dari artefak-artefak manusia purba, seperti Pithecanthropus Erectus, Homo Erectus di seluruh dunia lebih dari separuh ditemukan di Indonesia.
Bahkan lebih dari 100 artefak Homo Erectus yang ada di dunia itu, 50-60 persen ditemukan di Indonesia, terutama di Jawa Tengah, di Jawa Timur, di Nusa Tenggara Timur (NTT). Hal itu membuktikan Indonesia menjadi peradaban yang tertua.
"Jadi saya mengatakan kekayaan budaya kita ini bukan lagi diversity, tapi ini sudah mega-diversity. Jadi mega-diversity kekayaan budaya kita ini," paparnya.
Karenanya Fadli Zon mendukung pengembangan Museum Muhammadiyah. Bahkan dia memberikan beberapa dokumen dan artefak untuk dipajang di museum tersebut. Di antaranya dokumen asli milik Presiden Soekarno yang merupakan kader Muhammadiyah bersama sang istri Fatmawati. Selain itu, ada mesin cetak dari Karangkajen, tempat Kiai Ahmad Dahlan yang juga akan disumbangkannya.
"Saya memiliki berbagai arsip surat dari Soekarno, termasuk dokumen penandatanganan Soekarno sebagai Ketua Dewan Pengajaran Muhammadiyah pada tahun 1938–1940, ketika beliau diasingkan di Bengkulu. Saya juga mengoleksi berbagai majalah awal Muhammadiyah, seperti Pancaran dan Suara Muhammadiyah," jelasnya.
Sementara Haedar mengungkapkan Muhammadiyah bekerja sama dengan pemerintah berupaya meningkatkan kesadaran sejarah dan budaya, terutama bagi generasi muda. Salah satunya dengan membangun Museum Muhammadiyah. Sebab minat masyarakat terhadap museum, perpustakaan, dan toko buku masih kalah dibandingkan dengan pusat rekreasi dan mal.
"Kita tentu menghargai orang-orang yang ingin berekreasi, tetapi jika ingin menjadi bangsa yang maju, kita harus mulai lebih sering mengunjungi museum, perpustakaan, dan toko buku sebagai bentuk kesadaran akan ilmu, sejarah, dan budaya bangsa," ungkapnya.
Muchlas menambahkan, Museum Muhammadiyah mengalami kesulitan dalam mencari artefak Muhammadiyah. Jumlah koleksi di museum itu baru. Kesulitan ini terjadi karena di zaman dahulu masih belum pandai dalam merawat artefak-artefak.
"Sehingga langkah-langkah yang kami lakukan adalah menggiatkan para warga persyarikatan Muhammadiyah dan masyarakat untuk bisa menyadari bahwa artefak-artefak yang mengandung nilai sejarah adalah sangat penting," jelasnya. (*)