Membahas Lambang Negara, Teman Disabilitas Berdiskusi Sunyi di Makam Pahlawan

Eko Bebek, salah seorang inisiator acara, mengungkapkan kegelisahannya.

Membahas Lambang Negara, Teman Disabilitas Berdiskusi Sunyi di Makam Pahlawan
Peserta diskusi sunyi teman difabel menyanyikan mars garuda menggunakan bahasa isyarat. (muhammad zukhronnee muslim/koranbernas.id)

KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA -- Sebuah acara unik bertajuk Diskusi Sunyi diadakan di Taman Makam Pahlawan Kusumanegara Yogyakarta, Kamis (8/2/2024). Tujuannya untuk mengutamakan komunikasi dan edukasi tentang lambang negara Garuda kepada masyarakat, khususnya tunarungu, tunawicara dan tunanetra.

Eko Bebek, salah seorang inisiator acara, mengungkapkan kegelisahannya tentang kurangnya perhatian terhadap lambang negara.

"Selama ini, teman-teman disabilitas jarang mendapatkan hak edukasi yang sama tentang Garuda. Mereka dibebani kewajiban sebagai warga negara, tetapi hak mereka untuk memahami lambang negara terabaikan," kata Eko Bebek.

Acara ini dihadiri Nugie (penyanyi), Tengku Zanzabella (tokoh publik), Nanang Garuda (pendiri Rumah Garuda) sebagai pembicara.

Peserta diajak berkomunikasi secara diam menggunakan headset nirkabel. Pendekatan ini bertujuan untuk menciptakan suasana yang kontemplatif dan fokus pada pesan yang disampaikan.

ARTIKEL LAINNYA: Ibu dan Anak Terpisah 46 Tahun, Jejaknya Berhasil Ditemukan

Dipilih lokasi makam pahlawan, kata Eko Bebek, karena energi para pahlawan yang tanpa pamrih berjuang untuk Indonesia, memotivasi berbuat dan bergerak untuk bangsa dan negara dalam koridor positif.

Diskusi Sunyi terbuka untuk umum dan gratis. Acara ini menggunakan sistem diam. Penonton harus membawa headset berkabel agar bisa berkomunikasi dengan peserta diskusi.

“Kenapa harus diam? Karena peserta Diskusi Sunyi ini bisu tuli. Sekalian memberi warna lain tahun politik yang berisik dengan pemilu ini. Saya ingin masyarakat punya kesadaran tentang lambang negara,” kata Eko Bebek yang juga menjabat Sekretaris Persatuan Seniman Komedi Indonesia (Paski) DIY.

“Semoga bisa menjadi pemicu bagi siapa pun. Acara ini non-politik,” tambahnya.

Nanang Garuda selaku penggagas ide pelestarian Garuda menekankan pentingnya edukasi tentang lambang negara. Menurutnya kurikulum sekolah masih kurang.

ARTIKEL LAINNYA: Ironi Remaja di Kota Pendidikan, Banyak yang Gagal Kuliah Karena Biaya

“Setahun lalu, kami mengadakan program di mana teman-teman netra dapat meraba relief Garuda dan menjelaskan makna lambang negara tersebut. Hasilnya, dari tujuh peserta yang terlibat mereka menjadi lebih paham tentang Garuda," ujar Nanang.

Ia berharap generasi muda dapat kembali "menggarudakan" diri mereka dengan mempelajari makna dan nilai-nilai yang terkandung dalam lambang negara. "Garuda dipilih sebagai lambang negara karena merupakan produk bangsa ini. Kita harus bangga dan mempelajarinya," kata dia.

Acara serupa akan digelar di 38 provinsi untuk memperkenalkan lambang negara kepada masyarakat. Kali ini Taman Makam Pahlawan dipilih sebagai tempat penyelenggaraan karena para inisiator ingin mengambil semangat dari para pahlawan yang telah gugur dalam membela negara.

Nugie, salah seorang kolaborator dalam acara ini, mengungkapkan komitmennya lebih mengedepankan cara berpikir leluhur bangsa. "Kita memiliki simbol yang hebat, yaitu Garuda, yang perlu kita telaah dan bahas lebih lanjut," ujarnya.

Tengku Zanzabella mengungkapkan motivasinya untuk meramaikan kesunyian ini menjadi sebuah makna. "Saya sangat termotivasi untuk memperhitungkan teman-teman disabilitas dalam pelestarian Garuda," kata Bella.

Diskusi Sunyi merupakan langkah awal yang penting dalam upaya pelestarian lambang negara Garuda. Dengan melibatkan berbagai pihak, termasuk disabilitas diharapkan generasi muda dapat kembali memahami dan mencintai Garuda sebagai simbol negara Indonesia. (*)